tag:blogger.com,1999:blog-57153779122363262272024-03-12T20:41:50.338-07:00WeLcome to My bLogsblogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-31456327874613206852010-04-23T19:51:00.000-07:002010-04-23T19:54:56.456-07:00SPONSORSHIPSponsorship adalah dukungan finansial kepada suatu organisasi, orang, atau aktivitas yang dipertukarkan dengan publisitas merek dan suatu hubungan. Sponsorship dapat membedakan sekaligus meningkatkan nilai suatu merek. Beberapa pedoman yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam memilih sponsorship: target khalayak, penguatan citra merek dapat diperpanjang, keterlibatan merek, biaya yang efektif dan sponsor lainnya.<br />Studi kasus: <br />Penyebab baik yang menghubungkan sponsor dan nilai citra merek yang terkait.<br /><br /> Amerika merupakan salah satu perusahaan yang pertama kali mengenali efek positif nilai pemasaran pada citra merek. American Express diciptakan untuk menggambarkan upaya-upaya untuk mendukung amal berbasis lokal dengan cara yang juga mempromosikan bisnis. Istilah ini kemudian digunakan untuk menggambarkan kampanye pemasaran yang dipimpin oleh American Express pada tahun 1983 untuk Pemulihan Patung Liberty. Satu penny untuk setiap penggunaan kartu American Express, dan satu dolar untuk setiap kartu yang baru dikeluarkan itu diberikan kepada program renovasi Patung Liberty. Selama empat bulan, $ 2 juta telah disumbangkan untuk Lady Liberty, aktivitas transaksi melonjak 28 persen dan konsep bahwa perbuatan baik itu baik untuk bisnis.<br /><br /> Pada bulan April 2001 American Express menciptakan program bisnis masyarakat yang bertujuan untuk membantu para pemilik bisnis yang ingin mendapatkan kembali akses yang mereka butuhkan untuk memulai atau menumbuhakan sumber daya atau produk perusahaan yang ingin mereka hasilkan.<br /><br /> American Express membantu sebuah kelompok usaha kecil dan pengusaha. Perusahaan meluncurkan kartu nama dan kartu kredit untuk pemilik usaha kecil, yang mengalokasikan 1 persen dari semua pemegang kartu belanja ke salah satu mitra pengembangan usaha mikro. American Express menggunakan uang ini untuk pengusaha yang membutuhkan kredit kecil dan Pelatihan. Dalam kegiatannya ini, perusahaan American Express telah menerima pengakuan dan reaksi yang postif dari konsumen dan stakeholders. Hal itu menyebabakan promosi sponsor , reputasi dan potensi masa depan American Express semakin membaik.<br /><br /> Pada Oktober 1999, makanan ConAgra yang merupakan sebuah perusahaan AS yang mempunyai lebih dari delapan puluh pemasaran merek untuk rumah tangga. Produk ini merupakan makanan untuk anak-anak yang diluncurkan untuk memberi makanan yang bergizi kepada anak-anak agar perkembangan tumbuh mereka menjadi lebih baik dan merupakan sebuah program untuk menghentikan kelaparan pada anak-anak di wilayahnya. Hal ini menarik perhatian berbagai organisasi. Oleh koorporasi anti kelaparan dengan berbagai organisasi yang bersangkutan, perusahaan mampu membawa lebih banyak makanan ke dalam sistem distribusi makanan untuk di amalkan/ di sumbangkan (menggunakan sumber daya distribusi yang luas) dan menempatkan anak-anak yang kelaparan pada agenda kegiatan amalnya (pada upaya promosi dan periklanan). Kegiatan pengiriman makanan ini merupakan bantuan dari ConAgra untuk anak-anak yang kelaparan. Terdapat lima puluh kafe anak-anak (tempat di mana anak-anak dapat menikmati makanan layak ). <br /><br /> Sejak 1995 Ford Motor Company telah mensponsori Susan G, yang merupakan yayasan komen's Breast Cancer. Perusahaan Ford membantu yayasan ini dengan sumbangan, dukungan media, dan jenis giftin. Perusahaan juga menciptakan gaya ford. Seperti, Website kunjungan serta pemeriksaan payudara dan konsultasi telepon gratis. tHal ini membuat Ford telah mampu membuat keterlibatan kalangan perempuan pada segmen pasar.<br /><br /> Timberland, produk yang berupa alas kaki, pakaian, dan aksesoris yang telah menjadi mitra dan organisasi pelayanan pemuda nasional selama lebih dari sepuluh tahun. Timberlands telah menyumbang lebih dari US $ 10juta sejak awal kemitraannya dan Timberland telah membantu dalam membangun identitas korporat dan mempromosikan layanan Timberland etnic di antara karyawan. Mereka telah memberikan lebih dari 170.000 jam pelayanan kepada masyarakat. Sebagai hasilnya, perusahaan ini terpilih sebagai salah satu dari 100 perusahaan terbaik di kota nya. <br /><br />OVERVIEW <br /><br /> Dalam bab pertama ini di jelaskan peran sponsor dalam bauran komunikasi pemasaran yang terintegrasi, dan tujuan kelompok sasaran yang akan dibahas. Sponsor telah menjadi instrumen yang semakin penting dari bauran komunikasi pemasaran. Faktor-faktor penting yang menjelaskan tumbuhnya sponsor, dan beberapa tren sponsor terbaru yang akan di jelaskan dalam bagian kedua.<br /><br /> Tiga jenis sponsor utama dapat dibedakan menjadi: Event sponsorship, Sponsor cause-related dan Broadcast sponsor. Dalam masing-masing jenis ini harus menggunakan teknik khusus yang tepat dan sesuai dengan jenis sponsor yang digunakan. Karena keberhasilan sponsor sebagian besar tergantung pada pilihan tekhnik yang tepat.. <br /><br />PERANAN SPONSOR DALAM CAMPURAN IMC <br /><br />Sponsor dapat didefinisikan sebagai: <br /> Investasi dalam bentuk tunai atau barang dalam suatu kegiatan, yang merupakan sebuah imbalan sebagai akses potensi komersial yang terkait dengan kegiatan ini. Perusahaan dapat mempromosikan kegiatan atau produk dengan minat dan merek yang menghubungkan kegiatan atau produk secara spesifik. Sponsor juga dapat menyebabkan reaksi yang baik bagi pasar dan aktifnya pasar, dan menyebabkan hubungan yang baik dengan kegiatan atau produk yang disponsori. (Meenagham, 1991; dikomentari oleh Cornwell dan maignan, 1998).<br /> Sebelum mencari sponsor, ada baiknya terlebih dahulu kita memahami konsep sponsorship yang terbaru. Saat ini banyak sekali Event Organizer atau penyelenggara acara lainnya masih melihat pencarian sponsor semata-mata sebagai aktivitas penggalangan dana untuk mendukung acara yang dibuat. Padahal kini sponsorship telah berubah menjadi sebuah bentuk kerjasama kemitraan pemasaran antara perusahaan penyelenggara event dengan perusahaan sponsor. Apabila kita tidak siap menjadi bagian dari jalinan kemitraan upaya pemasaran yang saling menguntungkan, kegiatan sponsorship yang kita bina akan gagal, mungkin saja kita berhasil mendapatkan sponsor, tapi akan gagal mempertahankan hubungan kerjasama untuk jangka panjang.<br /> Dalam beberapa tahun belakangan ini, pekerjaan untuk mencari sponsor telah berubah secara drastis. Hal ini dipicu terutama oleh meningkatnya harapan dari para sponsor. Mereka ingin kegiatan sponsorshipnya dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai berbagai sasaran sekaligus, dengan mengintegrasikan sponsorshipnya ke dalam beragam aktivitas pemasaran lain. Mereka ingin sponsorshipnya benar-benar dapat menghubungkannya dengan pasar sasaran. Dalam jangka panjang, para sponsor tidak tertarik diasosiasikan dengan acara (event) yang disponsorinya. Mereka tidak ingin mengaitkan mereknya dengan sepak bola, seni, ataupun aktivitas lainnya. Mereka ingin membangun hubungan dengan pasar sasaran sampai pada tingkat hubungan personal, memperkuat hubungan tersebut dan menciptakan tingkat relevansi yang tidak dapat dicapai oleh media pemasaran seperti televisi, radio atau surat kabar.<br /> Dengan demikian, tugas pencari sponsor telah berubah dari ibarat sebagai pengibar bendera menjadi pipa penyalur, dengan menawarkan beragam manfaat dan peluang yang dapat membantu sponsor mencapai tingkat hubungan tertentu dengan pasar sasarannya. Saat ini para sponsor juga mengharapkan agar kita membantu mereka memahami lebih mendalam mengenai para pengunjung acara yang kita selenggarakan. Mereka bukan sekedar ingin tahu tentang umur dan jenis kelamin para pengunjung, tetapi mereka juga ingin tahu mengapa orang-orang tersebut mau untuk datang ke acara kita, apa yang menjadi daya tarik utamanya. Para sponsor juga ingin dapat memperbaiki atau meningkatkan pengalamannya.<br /> Ini berarti kita sebagai pencari sponsor dituntut bekerja lebih extra keras lagi. Apabila sponsorship dipilih berdasarkan manfaat dari besarnya eksposur atau kemewahan acara, para sponsor selalu dapat memilih acara (event) lain yang diselenggarakan oleh pesaing kita. Event adalah komoditas yang mudah diganti-ganti. Sponsor dapat dengan mudah pindah ke berbagai event yang berbeda. Oleh karena itu, penyelanggara event tidak dapat mengandalkan pendapatan dari sponsor. Model baru dari sponsorship didasarkan pada kemitraan. Sponsorship yang didasarkan pada kemitraan mampu memberikan beragam jenis hasil yang menyebabkan sponsor manapun sulit untuk meninggalkan kerjasama kemitraan tersebut<br /><br /> Sebuah merek bir yang merupakan sponsor tim sepak bola, dan sebuah bank yang mendukung pameran di sebuah museum, sebuah produsen peralatan rumah tangga menyumbangkan uang kepada organisasi nirlaba sosial, atau sebuah merek televisi Cokelat untuk televisi announance deprogram, merupakan contoh dimana sepanjang sumber daya ini menghabiskan waktu tanpa tujuan komersial, kegiatan ini dapat dianggap sebagai amal perusahaan (sponsor non komersial). Sponsor komersial adalah bahwa perusahaan mensponsori dan memiliki niat untuk mengambil tindakan promosi yang diperlukan untuk kepentingan perusahaannya, serta untuk mendukung kegiatan yang disponsori melalui upaya komunikasi pemasaran yang terpadu. <br /><br /> Sponsor telah didefinisikan sebagai iklan, sebagai humas, dan promosi penjualan. Ada beberapa jenis sponsor yang erat kaitannya dengan PR, karena PR mendukung citra perusahaan secara keseluruhan terhadap berbagai stakeholder. Contoh, sebuah perusahaan yang mensponsori sebuah tim sepak bola dan mengundang pemasok, pelanggan, pemegang saham, dan stakeholder lain untuk menonton pertandingan, sebenarnya telah terintegrasi dengan proyek sponsor ke dalam upaya PR. Sebuah merek minuman ringan yang mensponsori konser, dan menggunakan kesempatan ini untuk sampel merek nya, telah memasukkan promosi penjualan ke dalam usaha sponsor tersebut. Tetapi tidak diragukan lagi sifat dan tujuan pemasaran yang berhubungan dengan sponsor yang lebih dekat dengan iklan adalah alat komunikasi pemasaran.<br /><br /> Tujuan utama dari sponsor yang mirip dengan iklan adalah untuk membangun kesadaran merek baru dan produk yang ada dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kemudian untuk membangun dan meningkatkan citra merek atau perusahaan, dan untuk memperkuat keakraban merek produk di masyarakat. Meskipun sponsor, seperti periklanan dapat juga digunakan untuk melayani tujuan-tujuan jangka pendek, seperti produk pengadilan dan penetrasi pasar, namun kekuatan utamanya terletak pada dukungan jangka panjang dari kesadaran merek dan citra merek, dan IMC yang merupakan alat-alat yang diperlukan untuk merangsang perilaku masyarakat dalam keterkaitan produk yang di tawarkan (Hock et al. 1997). <br /><br /> Namun, dibandingkan dengan iklan, sponsor juga memiliki sejumlah karakteristik yang berbeda, keuntungan, dan kerugian. Sponsor dapat memperoleh manfaat dari asosiasi yang kuat dengan suatu peristiwa yang baik yang disiarkan di program televisi. Oleh karena itu hal ini dapat berpotensi dalam pembangunan citra yang lebih kuat daripada iklan, dan secara efektif dapat menghubungkan merek tersebut ke segmen pasar tertentu. Dengan menunjukkan sebuah merek dalam keterlibatan yang tinggi dan pengalaman konteks disponsori akan berdampak lebih kuat dan jauh lebih meyakinkan untuk para konsumen dan calon konsumen.<br /><br /> Target audiens juga akan terkena dampak merek secara tidak langsung, yakni melalui pihak ketiga (kegiatan yang disponsori). Hal ini dapat mengakibatkan believability atau rasa percaya yang lebih besar dari merek tersebut. Di sisi lain, sponsor tidak akan pernah berhasil jika tidak melengkapi dan memperhatikan upaya komunikasi upaya dengan pemasaran lainnya.<br /><br /> Semua aktivitas sponsor pemasaran yang besar memerlukan dukungan anggaran yang sekurang-kurangnya tiga atau empat kali (Clow dan Baack, 2002) sebelum dapat memiliki dampak dari kegiatan sponsor tersebut. <br /> <br /><br /> Sponsor kurang fleksibel daripada iklan, karena kurang cocok untuk menampilkan produk-produk, atau memberikan informasi tentang karakteristik produk dan penggunaan produk. Ada beberapa risiko yang disebabkan oleh kegitan sponsor ini. Contohya, sebuah atlet yang disponsori berperilaku buruk, atau sebuah drama teater yang tidak sukses, hal itu akan berdampak negatif pada sponsor acara tersebut.<br /><br /> Khusus untuk kegiatan sponsor menyebabkan tiga jenis kelompok sasaran (Cornwell dan Maigan, 1998). Pertama adalah peserta yang aktif terlibat langsung dengan sponsor, acara (pemain sepak bola, karyawan dari sponsor, dll). Kelompok sasaran kedua adalah mereka yang menghadiri acara tersebut (para penonton). Ketiga, adalah kelompok media pengikut, yaitu orang-orang yang terkena ke aktivitas tersebut, sebab, atau diprogram melalui Media eksposur. Semua dari mereka dapat (potensial) pelanggan, namun juga pemegang saham lainnya, seperti anggota saluran, lembaga keuangan manajer, karyawan, dan tokoh masyarakat. Perbedaan antara biaya dan efek langsung dan efek tidak langsung dalam media Terns eksposur pengikut sangat besar. Untuk istance, Volvo telah menginvestasikan $ 4 juta dalam tenis hadiah, yang mengakibatkan 1,7 miliar konsumen kontak, dan dalam eksposur setara dengan $ 24 juta dalam periklanan (Duncan, 2002). <br /><br />SEMAKIN PENTINGNYA SPONSOR<br /> Sponsor adalah instrumen yang semakin penting dari bauran komunikasi. Untuk istance, di Inggris, sponsor anggaran diperkirakan naik dari $ 35 juta pada tahun 1980 menjadi $ 800 juta pada tahun 2000. Setengah dari jumlah ini dihabiskan pada sponsor olahraga, sementara in1980 ini hampir 90 persen (fill. 2002). <br />Di AS, lebih dari $ 8.7 miliar yang dianggarkan setiap tahun, dua-hirds yang dihabiskan pada sponsor olahraga (Duncan, 2002). Worldwide sponsor anggaran $ 1 miliar pada tahun 1980 telah meningkat menjadi $ 16.6 miliar pada tahun 1996 (Pickton dan Broderick, 2001). Antara tahun 1984 dan 1997 wordlide tingkat pertumbuhan tahunan anggaran sponsor telah 15-20 persen, dan pangsa sponsor dalam anggaran komunikasi pemasaran telah meningkat hingga hampir 6 persen (Meenaghan, 1998). <br />Faktor-faktor ini semakin penting menjelaskan peran sponsor dirangkum di sini (De Pelsmacker et al., 2004; Pickton dan Broderick). <br /><br />• Kekhawatiran mengenai efektivitas iklan media massa. <br />• Meningkatkan tingkat biaya media. <br />• Peningkatan kejadian liputan media. <br />• Mengubah peran pemerintah. <br />• Baru kesempatan sponsor. <br />• Positif perubahan sikap terhadap sponsor oleh manajemen senior. <br />• Kesadaran dan dorongan terhadap komunikasi pemasaran terpadu. <br />• Hubungan antara sponsor peserta orientasi. <br />• Efek positif terhadap berbagai kelompok stakeholder. <br />• Perlu untuk mencapai audiens ceruk dan kelompok sasaran tertentu. <br />• Perlu untuk mengembangkan asosiasi merek lebih lembut. <br /><br /> Pertama-tama, manajer pemasaran semakin kritis membahas tentang effectivenees iklan media massa yang berantakan, meningkatkan biaya media, tingkat iritasi, dan semua merek yang mengarah ke diversifikasi instrumen yang termasuk ke dalam bauran komunikasi yang digunakan. <br />Sponsor dianggap kurang efektif dan lebih kredibel, karena melibatkan dan impactful dari iklan media massa.<br /><br /> Kesempatan sponsor baru muncul, seperti dalam pemerintah yang terkadang memberlakukan pembatasan hukum pada iklan dan meninggalkan peran tradisional yang mereka sponsori dari budaya seni untuk sektor bisnis. Senior manajemen semakin menerima sponsor peran strategis dalam upaya interaksi komunikasi pemasaran. Meningkatnya kesadaran akan kebutuhan dalam jangka panjang membangun hubungan antara perusahaan dengan kepentingan di satu pihak, seperti sponsor dan mitra sponsor. Di sisi lain sponsor dapat menyebabkan lebih banyak kesuksesan dan asosiasi profesional sponsor dapat terorganisir. Sponsor semakin dianggap sebagai alat yang memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya membina hubungan dengan (calon) pelanggan, namun juga untuk mengembangkan hubungan positif dengan kelompok stackeholders lain. Dalam sponsor cause-related, posisi perusahaan sebagai involed, berkomitmen, dan diinginkan sebagai mitra, dan menawarkan beberapa membuka peluang untuk memperketat hubungan dengan pemasok, penjualan orang, distributor, (masa depan) karyawan dan konstituen lainnya. Pemasaran dan komunikasi pemasaran semakin membutuhkan "persuasif terus-up" dengan menggunakan iklan media masa. Konsumen sangat relevan dalam pengalamannya, hal ini lebih penting daripada menjual argument yang keras dan karakteristik produk yang rasional.<br /><br /> Dalam merancang program sponsor yang mampu melibatkan penonton dalam suasana emosional dan positif, lebih banyak sejalan dengan membuat keputusan untuk membeli dan mengkonsumsi , daripada melalui beberapa instrumen IMC yang lebih tradisional seperti media massa iklan dan promosi penjualan. <br /><br /> Selain meningkatkan investasi dalam sponsor, secara umum sejumlah tren lainnya dapat intified. Sampai saat ini, tembakau, alkohol, dan minuman ringan terutama digunakan sponsor dalam perusahaan. Dalam beberapa tahun terakhir perusahaan, dan pengecer menggunakan alat komunikasi ini. <br /><br /> Sebuah bagian yang lebih besar dari saat ini adalah anggaran yang dihabiskan untuk proyek-proyek sponsor yang kurang tradisional, seperti sebab-sebab yang baik, budaya dan penyiaran. Hubungan sponsor juga semakin berbasis project panjang dan estabilishing dalam hubungan jangka panjang dengan organisasi yang disponsori, dan mencoba untuk mengintegrasikan proyek ke dalam program-program hubungan pelanggan, akibatnya banyak usaha sponsor telah berevolusi menjadi proyek global (Olimpiade, Piala Dunia sepak bola), dengan media massa global (Meeghan 1998).<br /><br />JENIS SPONSOR <br /> Tiga jenis sponsor utama dapat dilihat (gambar 7.1). dalam acara sponsor perusahaan itu sendiri (co-) menyelenggarakan acara atau mensponsori acara yang diselenggarakan oleh orang lain. Cause-related sponsor perusahaan diasosiasikan dengan dan mendukung tujuan baik atau organisasi keuntungan sosial. Menyiratkan sponsor penyiaran. Sebuah perusahaan secara formal diasosiasikan dengan sebuah program televisi atau menggunakan sebuah program televisi untuk mempromosikan merek tersebut. Meskipun bentuk-bentuk tradisional sponsor (olahraga, hiburan, budaya) masih paling penting dalam beberapa tahun terakhir, cause-related dan sponsor penyiaran mengambil bagian dalam peningkatan anggaran sponsor (Pikton dan Broderick, 2001; Isi, 2002). <br /><br />Event Sponsorship <br /><br /> Event dapat memiliki dampak positif yang lebih besar pada citra merek daripada instrumen IMC lainnya (Tabel 7.1). Dengan mengasosiasikan dirinya dengan peristiwa olahraga atau budaya, perusahaan dapat memposisikan merek dalam posisi yang baik. Hal ini dapat menjangkau khalayak yang besar atau segmen sasaran yang tepat dan dapat menghubungkan produk-produknya ke pengalaman konsumen itu sendiri . <br /> <br /> Salah satu cara berkomunikasi dengan pasar dalam strategi pemasaran modern adalah dengan menyelenggarakan event sponsorship (Terence.A.Shimp, 200;615). Event sponsorship dianggap sebagai salah satu strategi efektif untuk membuat perusahaan/ produk menjadi lebih dikenal dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, kegiatan tersebut dipilih karena bentuk yang mendasar dalam menciptakan komunikasi antara satu perusahaan dengan konsumennya (Stanton, 1993:140)<br />Dengan memberikan sponsor pada berbagai kegiatan misalnya olahraga, musik, pameran dan kegiatan lainnya, berarti turut memelihara kegiatan-kegiatan yang disponsorinya. Dengan demikian diharapkan dapat menimbulkan pengertian yang baik pada masyarakat, sehingga perusahaan/ produk dapat diterima kehadirannya serta dipercaya (Jefkins, 1972:187)<br /><br /> Perusahaan dapat membuat, mengatur, dan mensponsori kegiatan khusus yang dibuat untuk perusahaan mereka sendiri. Sebagai contoh, jika sebuah makanan cepat saji membuka restoran baru di suatu negara, akan menghasilkan kegiatan yang dapat dibuat untuk menghasilkan publisitas dan untuk melibatkan semua pelanggan dalam kegiatanya tersebut.<br /><br /> Sebuah perusahaan yang meluncurkan produk baru dapat mengatur acara pers di tempat yang baik, untuk menarik perhatian dari media, penjual yang terlibat, dan membangun kesadaran konsumen. Jenis aktivitas public relations dan sponsorship, biasanya menyiratkan penggunaan instrumen IMC lainnya, seperti iklan dan pengiriman langsung untuk mengumumkan acara, dan mempromosi penjualan untuk memperkuat kegiatan public relation dan sponsorship. Perusahaan juga dapat berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan oleh organisasi lain, atau membuat acara sendiri dalam acara, misalnya dengan berpartisipasi dalam pameran exhibitons atau perdagangan. <br /><br /> Selain berpartisipasi dalam pameran exhibitons atau perdagangan, perusahaan juga dapat mendukung tim sepak bola, Olimpiade, konser pop, atau sebuah pra-Columbus pameran seni dalam bentuk tunai atau dalam bentuk natural (misalnya, bahan, orang-orang) sebagai imbalan atas paparan merek dan asosiasi dari merek dengan tim atau acara.<br /><br /> Tingkat sponsorhip dapat didefinisikan, seperti sponsor utama yang sering menerima hak eksklusif untuk mengasosiasikan dengan aktivitas sebagai satu-satunya di industri mereka, mereka juga bisa mengundang banyak pihak, dan mendapatkan posisi yang terbaik, dan mereka juga mendapatkan visibilitas terkemuka melalui undangan, billboard, dan newsletter, dan mereka sering memiliki hak untuk menggunakan asosiasi mereka dengan kegiatan atau dengan orang yang disponsori, melalui iklan, milis, dan promosi penjualan.<br /><br /> Sponsor pada tingkat bawah dapat dimanfaatkan oleh event sponsor yang mengakibatkan peningkatan yang cukup besar dalam kesadaran akan merek, dan dapat memiliki efek positif, tidak hanya pada citra perusahaan, tetapi juga pada sikap terhadap produk perusahaan. Sebagai contoh, Heineken mensponsori Piala Dunia Rugby di seluruh dunia. Lebih dari 80 persen dari semua orang di Inggris yang mengenal Heineken paling tidak 22 kali (brassington dan Pettitt, 2003). Eropa dianggap publik sepak bola Euro '96 yang mensponsori dan juga sebagai pemimpin dalam industri.<br /><br /> Di sebagian besar Negara, konsumen merasa bahwa mereka memiliki pendapat yang lebih positif tentang sponsor, mereka lebih ingin untuk mencoba suatu produk untuk pertama kalinya dan pada umumnya mereka mungkin akan membeli produk tersebut (Easton dan Mackie, 1998 ). Selain itu, acara sponsor dibuat dengan keramahan perusahaan dan kampanye yang dilakukan oleh PR, dan karena itu mampu membangun citra perusahaan dengan baik terhadap stakeholder internal dan eksternal. <br /><br /> Event sponsor juga dapat menyebabkan reaksi negatif (Tabel 7.1), misalnya karyawan yang tidak mengerti mengapa begitu banyak uang yang diinvestasikan dalam proyek yang dijalankan, atau penggemar tim lain yang tidak suka perusahaan untuk mensponsori tim tertentu. Sponsor yang melibatkan selebriti atau tim yang berperilaku buruk dapat berpotensi resiko negatif terhadap merek perusahaan.<br /> Jenis khusus dari sponsor adalah penyergapan atau parasit pemasaran. Dalam hal ini, sebuah perusahaan sengaja mencari hubungan dengan suatu peristiwa tanpa menjadi sponsor resmi, untuk membawa kesan bahwa itu adalah sponsor yang sah. Hal ini dapat dilakukan oleh media converage yang mensponsori acara tersebut, dengan mensponsori satu tim atau satu pemain, atau dengan melebih-lebihkan keterlibatannya dalam iklan atau kampanye promosi penjualan. Sebagai contoh, untuk dukung-dukungan pada antusiasme sepakbola di Belanda agar memperoleh keuntungan menjadi sponsor resmi Euro 2000 european turnamen sepak bola. <br /><br />Sponsor Cause-Related <br /><br /> Sponsor cause-related sering disebut cause-related marketing. Cause-related marketing mengacu pada tipe pemasaran yang melibatkan usaha-usaha sebuah organisasi "untuk mencari laba" bisnis dan organisasi nirlaba untuk saling menguntungkan. Istilah ini kadang-kadang digunakan secara lebih luas dan umumnya untuk merujuk kepada semua jenis upaya pemasaran sosial dan amal lainnya, seperti menyumbangkan uang untuk tujuan yang baik, kegiatan sosial, atau organisasi keuntungan sosial yang di dapatkan dalam setiap kali konsumen membeli atau menggunakan suatu produk. Contoh di Indonesia adalah Lifeboy sabun mandi:<br /> Liputan majalah Mix no. 09/2004:42-43, “Bersih Pangkal Sehat, Sehat Pangkal Lifebuoy,” mengulas kampanye LBS sebagai program untuk berbagi citra dan memperlihatkan kepedulian sosial perusahaan. Lifebuoy menyisihkan Rp10,- dari setiap penjualan sabun selama Juli-Agustus 2004 untuk pengadaan sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) dan air bersih. Dalam implementasi LBS bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia, KuIS (Koalisi untuk Indonesia Sehat), dan Yayasan Unilever Indonesia Peduli. Liputan lanjutan dalam Mix no. 10/2004:19, menggambarkan LBS sebagai program edukasi kesehatan pada masyarakat tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih melalui sarana MCK.<br /> LBS merupakan contoh penerapan konsep pemasaran berdimensi sosial (cause-related marketing), yakni program pemasaran yang diarahkan untuk memecahkan salah satu masalah di masyarakat yakni kebersihan atau kesehatan. Fokus bidang ini sangat sesuai dengan positioning Lifebuoy sebagai sabun kesehatan untuk keluarga.<br /> Promosi peduli semacam itu tampaknya menjadi pola baru. Produsen bukan saja berusaha menggaet pembeli, tapi sekaligus menanamkan citra dirinya sebagai perusahaan yang peduli terhadap problema di tengah-tengah masyarakat. Jadi promosi itu menjadi sarana kehumasan (public relations/PR) yang ampuh untuk merebut simpati di hati publik.<br />Sekarang, perusahaan yang sepenuhnya merangkul apa yang disebut "baik berbuat baik." Cause-related pemasaran dapat menjadi cara utama bahwa bisnis mengekspresikan tanggung jawab sosial mereka. <br /> <br /> Transaksi berbasis sponsor cause-related kadang-kadang disebut promosi penjualan dengan PR. Memang, pelanggan ditawari untuk membeli produk, dengan tujuan menciptakan citra warga negara yang baik bagi merek dan produk. Perusahaan dapat pergi lebih jauh dan menjadi nilai atau misi marketer. Nilai dan misi perusahaan pemasaran mendefinisikan bahwa sebuah misi tanggung jawab sosial dan satu set nilai etis, dan memilih proyek sponsor yang sejalan dengan misi dan nilai ini ditetapkan. Namun, nilai pemasaran adalah lebih dari sekedar memilih sponsor sesuai program untuk misi yang sukses harus tercermin dalam segala sesuatu dari perusahaan itu, dan dalam cara yang berprilaku terhadap pelanggan, pemasok, distributor, dan semua stakeholders.<br />Contoh lain adalah relasi jangka panjang antara timeberland, merek gaya hidup yang menjual sepatu, pakaian, dan accesosories, dan kota tahun layanan pemuda AS organisasi. Timberland telah menyumbangkan lebih dari $ 10 juta dalam bentuk hibah dan dalam bentuk hadiah dan telah corganazition beberapa program dan event. Akibatnya, perusahaan ini terpilih sebagai salah satu perusahaan terbaik. <br /><br /> Jika diterapkan dalam cara yang kredibel, cause-related marketing atau veri sposorship dapat memiliki efek positif. Penelitian menunjukkan bahwa sebanyak dua konsumen akan memperoleh pengalaman yang baik dan menyebabkan hubungan baik dengan account user ketika melakukan pembelian. Namun, menyebabkan perusahaan-perusahaan terlibat dalam komunikasi pemasaran yang berkaitan dengan proyek-proyek harus menghormati sejumlah prinsip-prinsip penting, seperti integritas, transparansi, saling menghormati, dan saling menguntungkan. <br /><br />Broadcast Sponsor <br /><br /> Broadcast sponsor merupakan siaran program sponsor sebuah merek yang mengumumkan sebuah program. Jenis sponsor ini adalah yang terdekat dengan iklan, sponsor program juga dapat memberikan informasi ke khalayak luas. <br /><br /> Kadang-kadang hubungan antara program dan melibatkan sponsor dapat menggunakan aktor terkenal yang tuujuannya untuk mendukung produk dalam kampanye iklan yang disponsori merek atau kategori produk, misalnya prusahaan sponsor juga dapat hadiah dalam kuis program, atau mengembangkan program kerjasama erat dengan saluran televisi, misalnya IFOR operator tur yang bersama-sama mengembangkan program perjalanan (lantai dan van Raaj, 2002) <br /><br /> Penempatan produk didefinisikan sebagai produk atau penggunaan nama produk di dalam sebuah program, yang dibayar oleh pemasar produk, baik oleh pating saluran televisi atau produser film, atau dengan menyediakan produk itu sendiri. Meskipun saluran televisi di banyak Negara eropa pada formulir kerjasama ini semakin digunakan. Bahkan, film mengendalikan anggaran dengan produk sangat sulit tanpa penempatan. Sebagai contoh, dalam film Bond, Die Another Day, dua puluh merek (amongs yang Aston Martin, Revlon, Swatch, Sony, Samsonite, dan British Airways) yang dipromosikan dengan cara penempatan produk dengan nilai gabungan kontrak ini E45 juta (de Morgen, 2002). Penempatan produk dapat sangat efektif, karena produk ini ditunjukkan ketika sedang digunakan dalam situasi highlyinvolving, dan oleh endorsers terkenal dan kredibel. Studi menunjukkan bahwa jenis ini mengarah ke peningkatan sponsorhip merek arti-penting, terutama ketika orang-orang seperti program atau film dan bila mereka tidak sangat akrab dengan mempromosikan merek (Johnstone dan Dodd, 200) <br /><br />Efektivitas Sponsor <br /><br /> Sponsor dapat menjadi kuat sebagai pembangun kesadaran dan gambar dengan calon pelanggan dan berbagai kelompok stakeholder. Ini memungkinkan perusahaan untuk menciptakan hubungan antara merek dan kelompok sasaran dalam cara yang melibatkan dan pengalaman. Efektivitas proyek-proyek sponsor tergantung pada seberapa baik proyek-proyek yang dipilih dan seberapa baik mereka terintegrasi dalam bauran komunikasi pemasaran. Sebuah daftar untuk seleksi proyek sponsor yang diberikan di sini (Shimp, 2002; Duncan, 2002 'De Pelsmacker ae al., 2004) <br />• Stategic kesesuaian antara perusahaan dan sponsor proyek <br />• tingkat Kualitas acara <br />• Link dengan target audiens <br />• Brand image penguatan <br />• Orisinalitas <br />• Anggaran <br />• Komunikasi pemasaran spin off dan integrasi dalam campuran IMC <br />• Track hasil <br /><br /> Yang paling penting pada titik awal adalah bahwa perusahaan harus memilih program-program sponsor yang memiliki kedekatan perusahaan sesuai dengan misi dan tujuan strategisnya. Idealnya, program sponsor harus memungkinkan bagi perusahaan untuk menetapkan jangka panjang yang kredibel-hubungan dengan proyek, untuk secara konsisten mengaitkannya (merek) nama dengan proyek, dan melakukan lebih dari tingkat kualitas link ke kelompok-kelompok target keduanya (potensial) dan stakeholders lainnya. Program sponsor harus menciptakan kesempatan untuk penguatan merek tahan lama dan dukungan. Program sponsor juga harus asli. Jika sebuah perusahaan hanya salah satu dari banyak sponsor dalam acara yang tidak berjalan dengan baik, proyek tidak akan sukses. Keeksklusifan tingkat tertentu karenanya harus dinegosiasikan, dan perusahaan harus melindungi diri terhadap ambushing. Jika perusahaan hanya mensponsori acara karena salah satu pesaing dilakukan atau telah melakukan hal yang sama.<br /><br /> Sponsor harus mencari sesuatu yang asli, agar sulit untuk ditiru dengan proyek-proyek sponsor kreatif lainnya. Seperti dengan semua kampanye komunikasi pemasaran, anggaran harus dipertimbangkan dengan teliti. Dalam kasus sponsor, perusahaan harus menyadari bahwa dukungan sponsor yang efektif anggaran mungkin jauh lebih besar daripada jumlah sponsor itu sendiri. <br /><br /> Salah satu karakteristik yang paling penting dari proyek sponsor yang baik adalah bahwa ia memberikan banyak kesempatan untuk komunikasi pemasaran spin-off, dan bahwa memang perusahaan menggunakan THM. Sponsor mungkin adalah salah satu alat komunikasi pemasaran yang memerlukan dukungan dari sebagian besar alat-alat lain untuk menjadi efektif. Perusahaan harus memastikan bahwa nama atau merek consistenly disebutkan dalam komunikasi bahkan yang disponsori itu sendiri, yang maksimal adalah memastikan liputan media, dan perusahaan diberi kesempatan untuk memperluas usaha sponsor untuk kampanye komunikasi pemasaran yang lain , seperti iklan, PR dan promosi penjualan. Ini harus secara aktif dilakukan untuk upaya mengintegrasikan sponsor ke dalam campuran IMC, dengan menggunakan atau mempromosikan tim yang disponsori, orang-orang atau kegiatan dalam periklanan, menciptakan peluang promosi penjualan, kampanye komunikasi langsung, dan dalam upaya PR, misalnya, melalui perusahaan perhotelan. <br /><br /> Jika memungkinkan, perusahaan harus berusaha untuk mengukur hasil dan efektivitas usaha atau para sponsor, dan melibatkan organisasi yang disponsori. Sponsor mungkin adalah salah satu instrumen bauran pemasaran hasil yang paling sulit untuk diukur. Salah satu alasan dasarnya adalah efek jangka panjang dari banyak sponsor pada kesadaran merek, citra merek dan loyalitas merek. Selain itu, sponsor sering diintegrasikan ke dalam instrumen lain dari bauran pemasaran, sebagai hasil dari kontribusi hasil dari upaya IMC yang sulit diukur. Sebagai contoh, apa efek keramahan perusahaan pada keuntungan perusahaan? Namun demikian, usaha-usaha harus dibuat untuk mengukur efek sponsor. Pada dasarnya, empat metode dapat digunakan (De Pelsmacker et.al). Pertama-tama. Pemaparan dari kelompok sasaran untuk merek sponsor dapat diukur, misalnya, dengan cara mendaftarkan berapa kali merek sponsor telah terpapar dengan jumlah anggota kelompok sasaran. Kedua, efek komunikasi dari sponsor kampanye dapat diukur berapa banyak orang yang sadar merek sebelum dan setelah acara, bagaimana citra merek berevolusi, berapa banyak orang yang dapat dengan benar dapat dicari, misalnya dengan mewawancarai peserta untuk suatu peristiwa atau orang-orang yang diundang untuk acara keramahan perusahaan. Akhirnya, evolusi penjualan dan pangsa pasar dapat dipantau untuk menilai efektivitas dari proyek sponsor. <br /><br />Studi Kasus:<br />Meningkatkan Efektivitas Program Sponsorship<br /> <br /> Kalau Anda adalah marketer yang dipercaya sebagai brand manager atau marketing manager dari sebuah merek yang sudah sangat terkenal, setiap tahun pastilah mendapatkan puluhan atau bahkan ratusan proposal yang masuk. Proposal ini memberikan penawaran agar perusahaan atau produk Anda mau menjadi sponsor suatu event tertentu yang diadakan oleh organisasi atau lembaga tertentu. Event ini, bisa berhubungan dengan seni, olah raga atau aktifitas sosial. <br /><br /> Bagi marketer, menentukan alokasi budget sponsorship bukanlah hal yang mudah. Apa yang menyebabkan hal ini menjadi keputusan yang sulit? Tentunya, karena cost-benefit menjadi sponsor suatu program atau aktifitas adalah sulit diukur. <br />Misalnya saja, suatu pertunjukan seni yang melibatkan 10.000 penonton meminta sponsor sebesar Rp100 juta. Apakah sponsor seperti ini akan efektif? Bila hanya dihitung secara kuantitatif, terlihat mudah. Dengan budget sebesar Rp100 juta dan melibatkan 10.000 audience, maka biaya untuk setiap exposure adalah Rp 2.000. <br /><br /> Jumlah biaya ini kemudian dapat dibandingkan dengan biaya per kontak dengan menggunakan media lain seperti media televisi atau media cetak. Yang membuat perhitungan sulit adalah bagaimana mengukur keuntungan kualitatif dalam sponsorship. Dan justru, banyak studi mencatat bahwa keuntungan terbesar dalam program sponsorship adalah aspek kualitatifnya. <br /><br /> Coca Cola, Sony, Kodak, Fuji Film, IBM, Marlboro, Samsung adalah sederet nama perusahaan atau merek produk yang sudah mempunyai sejarah yang panjang dalam hal sponsorship. Bahwa sampai hari ini, mereka masih terus mengucurkan triliun rupiah, memberikan indikasi bahwa biaya yang mereka keluarkan untuk menjadi sponsor suatu event, merupakan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. <br /><br /> Ada banyak studi yang mencatat kegagalan dan kesuksesan menjadi suatu sponsor. Adalah mereka yang gagal biasanya karena tiga hal:<br />Pertama, program sponsorship dilakukan bukan hasil perencanaan strategi pemasaran yang matang. Akibatnya, sponsorship yang dipilih cenderung yang murah saja. Justru, sponsorship yang sekadar murah, biasanya tidak memiliki benefit yang berarti. Pada akhirnya, biaya yang dikeluarkan menjadi mahal karena tidak ada dampaknya. <br /><br />Kedua, program sponsorship yang dilakukan tidak didukung dengan media lain. Sponsorship tidak akan pernah efektif bila tidak digabungkan dengan iklan dan media promosi lain. Contoh, Bank Mandiri adalah sponsor untuk Liga Sepakbola. Efektifitas dari sponsorship ini seharusnya dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan dengan berbagai promosi lainnya. Karena dilakukan secara stand alone, dampak dari sponsorship dalam menciptakan citra utuk perusahaan ini menjadi tidak optimal dibandingkan dengan biaya yang sudah dikucurkan. <br /><br />Ketiga, program sponsorship dilakukan secara snap shot dan tidak kontinyu. Padahal, dampak dari suatu sponsorship baru dapat dirasakan setelah satu hingga tiga tahun, kecuali untuk event dengan skala besar seperti olimpiade. <br /><br />Nikmati Keuntungan<br /> Mustika Ratu mulai menikmati keuntungan sebagai sponsor untuk pemilihan Ratu Kecantikan setelah beberapa tahun kemudian. Panasonic yang menjadi sponsor untuk Panasonic Award atau Sharp yang menjadi sponsor Ami Sharp Award, baru mendapatkan dampaknya, yakin setelah tahun ketiga dan selanjutnya. Jadi, sponsorship yang dilakukan sekali saja, seringkali tidak memberikan dampak yang maksimal. <br /><br /> Faktor kegagalan ini, haruslah menjadi bahan pertimbangan bagi setiap perusahaan yang ingin mengalokasikan budget untuk sponsorship. Selain itu, untuk memaksimalkan keuntungan dari aktifitas sponsorship ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan:<br />Pertama, sponsorship yang dipilih haruslah memberikan strategic direction dalam mengembangkan merek di masa mendatang. Karena itu, sponsorship yang dipilih, haruslah sesuai dengan strategi positioning dari produk tersebut. <br /><br /> Bila suatu produk diposisikan dengan elemen kejantanan, maka sponsorship seperti balap mobil atau olah raga keras relatif sesuai. Bila elemen positioning mengandung aspek fun, maka sponsorship untuk program musik atau sejenisnya akan lebih sesuai. <br /><br />Kedua, program sponsorship haruslah melibatkan pengalaman total dari para audience terhadap produk atau pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Karena itu, mereka perlu dilibatkan dalam event tersebut. <br /><br /> Dengan demikian, setiap audience akan merasakan interaksi dengan pihak yang menjadi sponsor. Untuk merealisasikan hal ini, diperlukan perencanaan yang matang dan melibatkan seluruh jajaran dan network yang ada. <br /><br /> Yang banyak dilakukan di Indonesia adalah dukungan dengan acara kuis, baik melalui televisi ataupun tempat-tempat tertentu. Ini merupakan aktifitas yang relatif baik. <br /><br /> Hanya saja, interaksinya terbatas dan sifat komunikasinya cenderung satu arah. Program-program pendukung sponsorship, akan semakin efektif bila interaksi bersifat dua arah dan personal. Membuat audience untuk dapat mengakses web dari sponsorship lebih ideal dan memberikan dampak yang lebih besar. Hanya saja, seringkali diperlukan biaya yang besar dan strategi yang sistematis untuk mendorong para audience melakukan hal seperti ini. <br /><br /> Interaksi personal dan dua arah dapat ditingkatkan dengan cara memperdayakan kekuatan jaringan dari perusahaan tersebut. Jadi, suatu merek mobil yang menjadi sponsor dari suatu event, haruslah melibatkan seluruh dealer untuk ikut berpartisipasi. Mereka diharapkan dapat menciptakan event yang melibatkan banyak calon pelanggan. <br /><br />Ketiga, haruslah merek atau perusahaan yang menjadi sponsor yang mempunyai kaitan yang kuat dengan event yang disponsori. <br /><br /> Dengan demikian, asosiasi yang positif dari event tersebut akan dapat ditransformasikan kepada merek yang menjadi sponsor. Salah satu cara yang efektif adalah menjadikan merek produk tersebut melekat pada event yang disponsori. Tidak mengherankan, sponsor utama, walau membayar mahal, tetapi lebih efektif dibandingkan dengan sponsor pendamping karena mereknya melekat kuat dengan event tersebut.blogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-32785732058492238272010-04-23T19:50:00.000-07:002010-04-23T19:51:30.205-07:00KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU (INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION)IMC (menurut buku Advertising Management; chapter 3) adalah sebuah konsep dari perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi—misalnya periklanan umum, respon langsung, sales promotion, dan PR—dan mengombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal.<br />Secara sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai “Proses dari pengelolaan customer relationships yang menggerakkan brand value.” Sedangkan secara spesifik, IMC dapat diartikan sebagai “proses yang mempunyai fungsi bersilang dalam menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan customer dan stakeholder lainnya dengan mengontrol dan mempengaruhi secara strategis semua pesan yang terkirim kepada kelompok ini serta menggerakkan dialog dengan maksud tertentu kepada mereka.”<br /> Integrated Marketing Communication (IMC) adalah satu dari sekian proses yang tersedia guna membina hubungan dengan customer. Apa yang membedakan IMC dengan proses customer-centric lainnya adalah dasar dari proses tersebut adalah komunikasi, yang merupakan jantung dari semua hubungan, dan juga merupakan proses yang sirkuler. Seperti yang sudah disebutkan diatas, konsep dasar dari IMC adalah komunikasi. Dengan komunikasi ini, IMC berusaha untuk memaksimalkan pesan positif dan meminimalkan pesan negatif dari suatu brand, dengan sasaran menciptakan brand relationship. Untuk membangun hubungan jangka panjang, IMC juga digunakan untuk membangun dan memperkuat brand. Brand relationship yang positif juga akan menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai dari pemegang saham perusahaan tersebut.<br /> Semakin banyaknya istilah IMC yang dipakai oleh para praktisi dan pakar pendidikan, namun tidak ada istilah yang benar-benar disetujui tentang apakah IMC itu? Tapi ada dua ide pokok mengenai IMC: (Sumber: buku Advertising Management)<br />1. Komunikasi pemasaran yang bersifat one-voice.<br /> Maksudnya adalah, walaupun elemen komunikasi pemasaran yang digunakan berbeda-beda dalam meraih konsumen namun semua itu harus dapat dikoordinasi dengan cara yang tepat oleh berbagai organisasi dan agensi yang bekerja pada elemen-elemen yang berbeda tersebut<br />2. Komunikasi yang berintegrasi<br />Komunikasi disini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan brand awareness atau pencitraan produk yang baik saja, namun juga harus dapat menimbulkan hasil penjualan yang baik.<br />KONSEP DASAR PENGEMBANGAN BERBAGAI PROGRAM IMC<br />1. DIRECT MARKETING<br /> Disaat perusahaan ingin berhubungan langsung dengan customer tanpa melalui retailer, maka digunakanlah direct-response marketing, seperti: close-loop, interactive, database-driven messaging system yang menggunakan banyak jenis media untuk menciptakan respon behavioral.<br /> Direct marketing merupakan salah satu fungsi IMC yang terdiri dari front-end dan back end operations. Front-end menyusun harapan-harapan dari konsumen yang mencakup the offer (yakni segala sesuatu yang nyata maupun tidak dijanjikan oleh perusahaan guna mencapai perilaku customer yang diinginkan perusahaan, misal: penawaran harga khusus, garansi, dll), the database (mendapatkan data customer-nya dan menggunakan data itu untuk penawaran selanjutnya) dan the response (memberikan respon yang baik terhadap customer, misal: dengan membuat toll-free-line untuk layanan customer) sedangkan back end berusaha mempertemukan harapan konsumen dengan produk, mencakup fulfillment (yakni membuat produk atau informasi yang diminta oleh konsumen cocok, efektif dan tepat waktu).<br />2. SALES PROMOTION<br /> Sales promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari customer. Contoh dari nilai tambah itu sendiri adalah “kesempatan untuk memenangkan hadiah”, potongan harga (seperti diskon 20 %, sale 50 % off, dsb.), produk ekstra (seperti “isi teh kotak 30% lebih banyak”), sample gratis dan premiums (misalnya beli rinso dapat piring cantik)<br /> Pada konsepnya, Sales promotion digunakan untuk memotivasi customer agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran produk dalam jangka waktu terbatas.<br /> 3. PUBLIC RELATIONS/MPR<br /> PR dalam konsepsi IMC melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak hanya bertugas men-track opini publik saja, tetapi juga bertugas me-manage corporate brand dan menjaga reputasinya.<br /> Lalu MPR merupakan salah satu fungsi PR yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan brand information guna mempengaruhi calon customer atau customer secara positif. MPR sendiri lebih fokus kepada customer atau calon customer dan melengkapi strategi marketing yang lain dengan 4 cara: (1) meningkatkan kredibilitas brand message; (2) menyampaikan message sesuai targetnya berdasarkan aspek demografis, psikografis, etnik atau khalayak secara regional; (3) mempengaruhi opinion leader atau trendsetter yang berpengaruh; (4) melibatkan customer dan stakeholder lainnya pada event spesial.<br />4. PERSONAL SELLING<br /> Personal Selling adalah komunikasi dua arah dimana seorang penjual menjelaskan fitur dari suatu brand untuk kepentingan pembeli. Dalam Personal Selling, dilibatkan komunikasi yang sifatnya tatap muka dan kegiatannya pada sekaramg ini terfokus pada pemecahan masalah dan penciptaan nilai bagi customer (lebih dikenal sebagai partnership) Dimensi dari partnership ini adalah, seorang salesperson harus memahami customer-nya dengan baik.<br /> Personal selling sendiri merupakan bagian dari direct marketing, namun perbedaan dasarnya adalah dalam personal selling, perusahaan yang dijembatani salesperson berinteraksi secara tatap muka dengan customer. <br /> 5. ADVERTISING<br /> Advertising merupakan “Suatu bentuk dari presentasi non-personal dan promosi dari suatu ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar) dan dilakukan oleh sponsor (perusahaan) yang teridentifikasi. Karakteristik dari iklan sendiri adalah bersifat non-personal, komunikasi satu arah, ada sponsor (khalayak yang peduli), dan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku. Biasanya advertising itu dipakai ketika suatu perusahaan ingin mengubah customer dari unaware, menjadi aware terhadap suatu brand.<br />6. PUBLICITY<br /> Publicity sendiri merupakan salah satu jasa yang disediakan oleh Public Relations Firm maupun Advertising Agency. Publicity timbul untuk membantu menangkap perhatian publik dan membedakan tiap-tiap perusahaan tersebut dari perusahaan-perusahaan lain yang menjadi saingannya. Publicity dalam MPR berarti memeproleh penyebutan nama merek di media massa dalam cara-cara yang berbeda, waktu dan tempat sesering mungkin sehingga menjadi top-of mind awareness. Walaupun PR menawarkan kredibilitas yang lebih besar dalam membangun publicity, namun advertsing dapat menawarkan awareness dan kontrol yang lebih besar. Lalu untuk beberapa alasan, maka sejumlah perusahaan menyampaikan pesan PR mereka lewat advertising.<br />7. EVENTS/SPONSORSHIP<br />Event marketing adalah situasi yang signifikan atau peristiwa promosional yang mempunyai fokus utama untuk menangkap perhatian dan melibatkan customer dalam event tersebut. Perusahaan dan organisasi-organisasi non-profit menggunakan events dengan beberapa alasan, yaitu: untuk melibatkan sasaran khalayak, untuk mengasosiasikan sebuah brand dengan aktivitas, gaya hidup atau orang-orang tertentu, untuk meraih sasaran khalayak yang sulit dijangkau, untuk meningkatkan brand awareness dan untuk menyediakan platform yang baik bagi brand publicity.<br />Sponsorship adalah dukungan finansial kepada suatu organisasi, orang, atau aktivitas yang dipertukarkan dengan publisitas merek dan suatu hubungan. Sponsorship dapat membedakan sekaligus meningkatkan nilai suatu merek. Beberapa pedoman yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam memilih sponsorship: target khalayak, penguatan citra merek, dapat diperpanjang, keterlibatan merek, biaya yang efektif dan sponsor lainnya.<br /> 8. INTERACTIVE MARKETING<br /> Interactive marketing disini lebih tertuju kepada bagaimana suatu perusahaan mampu atau tidak berkomunikasi dengan customer-nya atau mampu memberikan solusi yang baik, yang terkait dengan penggunaan produk. Dalam hal ini interactive marketing juga terkait dengan customer relationship management.blogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-11879757339906080282010-04-23T19:43:00.000-07:002010-04-23T19:47:10.591-07:00Proses Pembelajaran KonsumenPembelajaran konsumen merupakan proses dimana para individu memperoleh pengetahuan dan pengalaman pembelian dan konsumsi yang mereka terapkan pada perilaku yang berhubungan di waktu yang akan datang. Walaupun beberapa pembelajaran disengaja, kebanyakan pembelajaran di peroleh secara kebetulan. Unsur-unsur pokok yang meyumbang pada pemahaman terhadap pembelajaran adalah motivasi, petunjuk, tanggapan, penguatan.<br /><br />MOTIVASI <br />Motivasi didasarkan pada kebutuhan dan sasaran. Motivasi berlaku sebagai pemacu pembelajaran. Contoh, “Sabun Lifeboy”. Seorang ibu yang sangat memperhatikan kesehatan untuk keluarganya, akan terdorong/ termotivasi untuk mempelajari dan mencari informasi mengenai pencegahan berbagi penyakit dan sabun apa yang cocok untuk keluarganya. Dan para ibu cenderung akan memilih sabun yang mempunyai kandungan anti bakteri dan virus seperti Lifeboy. Sebaliknya, seorang ibu yang tidak terlalu memperhatikan hal ini, tentu tidak akan tertarik dan mungkin akan mengabaikan informasi yang berkaitan mengenai hal ini. Tingkat keterkaitan, atau keterlibatan, menentukan tingkat motivasi konsumen untuk mencari pengetahuan atau informasi mengenai suatu produk atau jasa. Menentukan motif konsumen merupakan salah satu tugas utama para pemasar, yang kemudian berusaha mengajar konsumen yang termotivasi mengapa dan bagaimana produk mereka dapat memenuhi kebutuhan para konsumen.<br /><br />ISYARAT<br /> Isyarat (cues) merupakan stimuli yang memberikan arah berbagai motif ini. Di pasaran, semua hal seperti harga, gaya, kemasan, iklan, dan penataan toko menjadi isyarat untuk membantu para konsumen memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang spesifik menurut produk. Contoh: “Toko perlengkapan bayi”. Penataan ruangan dan penataan item-item tersusun rapih dan warna cat toko tersebut berwana cerah misal, warna pink dan biru muda yang di sertai dengan gambar-gambar kartun yang lucu. Harga dari produk itu pun terjangkau sehingga calon konsumen tertarik untuk membeli produk ditoko tersebut.<br /><br />RESPON<br /><br />Cara bereaksi para individu terhadap dorongan atau isyarat-bagaimana mereka berperilaku akan membentuk respon mereka. Pembelajaran dapat terjadi bahkan ketika tanggapan tidak jelas. Isyarat memberikan beberapa petunjuk, tetapi banyak terdapat isyarat yang bersaing menarik perhatian konsumen. Contoh: iklan produk “Happy Call” di TV, menawarkan produk untuk calon konsumen dan diharapkan calon konsumen tertarik, merespon produk tersebut dan menghubungi kontak yang telah di sediakan. <br /><br />PENGUATAN<br /> <br /><br />Penguatan (reinforcement) meningkatkan kemungkinan bahwa respon khusus akan terjadi di masa yang mendatang karena adanya berbagai isyarat atau stimuli khusus. Misalnya, “Restaurant”. Saat kita makan disana ternyata makanannya sangat enak dan pelayanan dari restaurant itu sangat memuaskan. Dari situ akan terbentuk pembelajaran melalui penguatan yang positif. Sebaliknya apabila kita makan di restaurant yang makanan nya kurang enak dan pelayan disana tidak ramah, maka kita tidak akan mengunjungi restaurant itu kembali, karena tidak adanya penguatan walaupun, restaurant itu memiliki penataan ruangan yang bagus.<br /><br />BEBERAPA TEORI PEMBELAJARAN PERILAKU<br /> <br />Teori pembelajaran perilaku terkadang di sebut teoti stimulus-tanggapan karena didasarkan pada pemikiran bahwa tanggapan yang nyata terhadap stimuli eksternal tertentu memberi pertanda bahwa telah terjadi pembelajaran. Jika seseorang bertindak (memberi tanggapan) dengan cara yang dapat diramalkan terhadap stimulus yang dikenal, ia dikatakan telah “belajar”. Teori perilaku tidak begitu banyak hubungannya dengan proses pembelajaran seperti halnya pada masukan dan hasil pembelajaran; yaitu pada stimuli yang dipilih para konsumen dari lingkungan dari perilaku yang nyata yang dihasilkan. Dua teori perilaku yang banyak mempunyai hubungan dengan pemasaran adalah pengkondisian klasik dan pengkondisian instrumental (atau operant).<br /><br />PENGKONDISIAN KLASIK<br /><br />Dalam pembicaraan sehari-hari, kata pengkondisian berarti seperti respon (atau otomatis) terhadap situasi yang terjadi melalui pemaparan yang berulang-ulang. Menurut teori Pavlov (psikolog Rusia), pembelajaran yang dikondisikan terjadi jika stimulus tertentu yang dipasangkan dengan stimulus lain yang mendatangkan tanggapan yang di kenal menimbulkan tanggapan yang sama jika digunakan sendiri saja. Misalnya, “produk soffell (lotion anti nyamuk)”. Ketika seseorang sudah merespon produk tersebut, maka di ingatannya jika memakai soffel sebelum tidur tidak akan digigit nyamuk. Setelah itu dilakukan secara terus menerus, maka otomatis di ingatannya yang akan ia lakukan sebelum tidur adalah memakai soffel lotion anti nyamuk sebelum ia tidur.<br /><br />PEMBELAJARAN ASOSIASI KOGNITIF<br /> <br />Pembelajaran asosiasi kognitif yaitu bukan perolehan dari refleks baru, tetapi merupakan perolehan dari pengetahuan baru. Pengkondisian merupakan pembelajaran yang diakibatkan oleh keterbukaan terhadap berbagai hubungan di antara berbagai peristiwa didalam lingkungan; keterbukaan tersebut menimbulkan berbagai harapan mengenai struktur lingkungan tersebut. Berbagai studi menemukan bahwa pengkondisian mendorong perhatian pada merk yang diiklankan dalam promosi berikutnya. Misalnya, perusahaan yang menggunakan stimuli pada produk itu sendiri untuk menggerakan perilaku penggantian. Contoh, “Obat nyamuk Hits elektrik” memasang “sistem peringatan dini” yang menunjukan (jika warna biru pada obat nyamuk telah berubah menjadi putih) tiba saatnya obat nyamuk tersebut untuk diganti.<br /><br /><br />Aplikasi Strategis Pengkondisian Klasik<br /> <br />Tiga konsep pokok yang berasal dari pengkondisian klasik adalah: pengulangan, generalisasi stimulus, dan diskriminasi stimulus. Setiap konsep ini penting bagi aplikasi perilaku konsumen yang strategis.<br /><br />Pengulangan<br /><br />Pengulangan dapat meningkatkan kekuatan asosiasi antara stimulus yang dikondisikan dan memperlambat proses melupakannya. Tetapi, riset mengemukakan bahwa ada batas pegulangan yang akan membantu ingatan. Walaupun pembelajaran yang berlebihan, (yaitu, pengulangan yang melebihi yang diperlukan untuk belajar) membantu ingatan, pada satu titik orang akan merasa jemu dengan banyaknya paparan, dan perhatian maupun ingatan akan menurun. Akibat ini, yang dikenal dengan kebosanan terhadap iklan, dapat dikurangi dengan mengubah pesan iklan. Beberapa pemasar menghindari kebosanan dengan menghindari kebosanan dengan memakai strategi variasi kosmetik dan variasi substansif. Variasi kosmetik (dengan menggunakan latar belakang yang berbeda, tipe cetak yang berbeda, juru bicara iklan yang berrbeda) sambil mengulang tema iklan yang sama. Contoh, “iklan IM3”. Sebelumnya juru bicara iklan ini adalah ”saykoji” dengan pesan iklan “online terus pake IM3”. Sekarang juru bicara iklan ini adalah “J-Rocks” dengan pesan iklan “Meraih mimpi” dengan IM3. Variasi substansif adalah berbagai perubahan isi iklan yang meliputi berbagai versi iklan, dengan tidak ada perubahan ciri-ciri produknya. Contoh, “Mie sedap” yang mengeluarkan tiga varian iklan untuk mengiklankan produknya yaitu versi “Nusantara atau Indonesia”, versi “Band Padi” dan versi “Anak”. Jelas disini pesan iklan, juru bicara iklan berbeda namun tema iklan tetap sama. <br /><br />Generalisasi Stimulus<br /> <br />Menurut pakar teori pengkondisian klasik, pembelajaran tidak hanya tergantung pada pengulangan, tetapi juga pada kemampuan para individu untuk menggenaralisasikannya. Jika kita tidak sanggup melakukan generalisasi stimulus-yaitu, melakukan reaksi yang sama terhadap stimuli yang agak berbeda-tidak banyak pembelajaran yang akan terjadi. Generalisasi stimulus menjelaskan alasan berbagai produk tiruan (me too) sukses di pasaran. Para konsumen mengacaukan produk-produk tersebut dengan produk asli yang telah mereka lihat diiklankan. Hal ini juga menjelaskan mengapa sebuah pabrik/perusahaaan yang mempunyai merk sendiri berusaha membuat kemasan mereka serupa betul dengan merk yang memimpin secara nasional. Mereka mengharapkan agar para konsumen mengacaukan kemasan mereka dengan merk yang utama dan membeli merk mereka daripada merk yang utama.<br /><br />Perluasan Lini, bentuk, dan Golongan Produk.<br /> <br />Prinsip generalisasi stimulus diterapkan oleh para pemasar pada perluasan lini, bentuk, dan golongan produk. Dalam memperluas lini produknya, pemasar menambahkan berbagai produk yang berkaitan ke merk yang sudah mapan, karena mengetahui produk baru lebih berkemungkinan untuk di terima jika dihubungkan dengan merk yang sudah dikenal dan dipercayai. Sebaliknya, akan jauh lebih sulit mengembangkan merk yang sama sekali baru. Para pemasar tidak hanya menawarkan perluasan lini produk yang mencakup ukuran yang berbeda, warna yang berbeda, bahkan rasa yang berbeda (contoh: indomie yang dulu hanya mempunyai rasa ayam bawang, kini mengeluarkan berbagai rasa seperti, rasa soto, kari ayam, soto pedas) mereka juga menawarkan perluasan bentuk produk (contoh: Susu Bendera. Dulu produk ini hanya susu bubuk saja. Namun sekarang, menjadi susu cair, susu kemasan, dan susu kental manis) dan perluasan golongan produk (contoh: ). Suksesnya strategi ini tergantung pada sejumlah faktor. Sebagai contoh, jika citra merk induk merupakan merk yang berkualitas tinggi, para konsumen lebih berkemungkinan memberikan asosiasi yang positif kepada perluasan golongan yang baru. Para konsumen cenderung menghubungkan perluasan merk tertentu dengan berbagai produk lain yang tergabung dalam merk itu. Para peneliti melaporkan bahwa jumlah produk yang berbeda dan berafiliasi pada sebuah merk benar-benar memperkuat merk, sepanjang perusahaan dapat mempertahankan citra kualitas pada semua perluasan merk. Kegagalan melakukan hal tersebut, dalam jangka panjang, secara negatif dapat mempengaruhi kepercayaan dan penilaian konsumen terhadap semua yang ditawarkan merk <br />tersebut.<br /><br />Pemakaian Merk Gabungan (family branding)<br /> <br />Pemakaian merk gabungan praktik pemasaran seluruh lini produk perusahaan di bawah satu merk yang sama merupakan strategi lain yang memanfaaatkan kemampuan konsumen untuk menggeneralisasikan asosiasi merk yang sesuai dari satu produk ke produk berikutnya. Contoh: “PT. Indofood” (memiliki berbagai produk makanan seperti Indomie, Supermi, Popmie, Sunrise, Bimoli, Simas, kecap Indofood dan Promina.)<br /><br />Pemberian Lisensi (Licensing)<br /> <br />Pemberian lisensi-izin menggunakan merk terkenal ke berbagai produk pabrikan lain-merupakan strategi pemasaran yang dilakukan atas dasar prinsip generalisasi stimulus. Nama perancang, pabrikan, selebriti, peusahaan dan bahkan berbagai karakter kartun di pakai dengan membayar semacam komisi (yaitu, “sewa) pada bermacam-macam produk, yang memungkinkan para pemegang lisensi mencapai pengakuan yang cepat dan kualitas yang ditunjukan bagi produk-produk yang diberi lisensi. (Contoh, Paris Hilton, memberikan lisensi namanya untuk produk parume “Paris Hilton”).<br /><br />Menggenaralisasikan Situasi Pemakaian<br /> <br />Para pemasar tidak hanya berusaha menggeneralisasikan asosiasi yang positif bagi merk mereka melalui perluasan lini produk dan perluasan golongan produk, tetapi beberapa pemasar juga berusaha menggeneralisasikan situasi pemakaian merk-merk mereka yang terkenal. Sebagai contoh: Obat sakit kepala Bodrex, memberi pesan kepada konsumen bahwa produknya adalah obat sakit kepala yang dapat diminum kapan saja walaupun sebelum makan.<br />Diskriminasi Stimulus<br /><br /> Diskriminasi stimulus adalah lawan dari generalisasi stimulus dan menghasilkan pilihan stimulus yang khusus diantara stimuli yang serupa. Kemampuan konsumen untuk melakukan pembedaan di antara stimuli yang serupa merupakan dasar bagi strategi pengaturan posisi, yang berusaha membangun citra yang khas produk tertentu kedalam pikiran konsumen.<br /><br />Pengaturan Posisi<br /><br /> Dalam masyarakat kita dimana komunikasi terjadi berlebihan, kunci diskriminasi stimulus adalah pengaturan posisi (positioning) yang efektif, keunggulan bersaing yang utama. Citra atau posisi suatu produk atau jasa yang tertanam dalam pikiran konsumen merupakan hal yang sangat penting bagi kesuksesannya. Jika seorang pemasar menargetkan konsumen dengan suatu program komunikasi yang kuat dan menitikberatkan pada cara-cara yang khas dimana produknya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, sebenarnya mereka ingin agar konsumen dapat membedakan produknya diantara berbagai produk yang bersaing. Misalnya, “Aqua”. (contoh ada seorang mahasiswa yang membeli Aqua di kantin, namun si penjual memberinya air mineral “Vit”, disini tebukti bahwa Aqua telah mempositioningkan produknya sebagai air mineral yang telah melekat di benak konsumennya. )<br /><br />Diferensiasi Produk<br /> <br />Kebanyakan strategi diferensiasi produk direncanakan untuk membedakan produk atau merk tertentu dari produk atau merk pesaing atas dasar sifat yang relevan, berarti, dan berharga bagi para konsumen. Penjelasannya adalah bahwa merk yang unggul biasanya yang pertama berada dipasar dan sudah lama “mengajar” konsumen (melalui iklan dan penjualan) untuk menghubungkan merk dengan produk tersebut. Umumnya, semakin lama masa pembelajaran-menghubungkan suatu merk dengan produk tertentu-konsumen lebih berkemungkinan untuk mendiskriminasikan dan kurang kemungkinannya untuk menggeneralisasikan stimulus.<br />Prinsip-prinsip pengkondisian klasik memberikan landasan teoritis bagi kebanyakan penerapan pemasaran. Pengulangan, generalisasi stimulus, dan diskriminasi stimulus merupakan konsep terapan utama yang membantu menjelaskan perilaku konsumen di pasar.<br /><br />Pengkondisian Instrumental<br /><br /> Seperti pengkondisian klasik, pengkondisian instrumental memerlukan hubungan antara stimulus dan tanggapan. Tetapi, pada pengkondisian instrumental, stimulus yang menghasilkan tanggapan yang paling memuaskan adalah stimulus yang dipelajari. Para pakar teori pembelajaran instrumental percaya bahwa pembelajaran terjadi melalui proses mencoba (trial and error), dimana kebiasaan di bentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk tanggapan dan perilaku tertentu. Walaupun pengkondisian klasik berguna untuk menjelaskan bagaimana para konsumen mempelajari berbagai perilaku yang sangat sederhana, pengkondisian instrumental lebih bermanfaat untuk menjelaskan berbagai kegiatan yang kompleks dan berorientasi tujuan.<br /><br /><br />Perilaku yang berulang<br />Penguatan Perilaku<br /><br /> Skinner membedakan dua tipe penguatan (atau ganjaran) yang mempengaruhi kemungkinan bahwa tanggapan tertentu akan berulang. Tipe yang pertama, penguatan positif, terdiri dari berbagai peristiwa yang memperkuat kemungkinan timbulnya tanggapan yang khusus. Misalnya, “iklan Pond’s” yang dapat membuat kulit wajah putih dalam waktu 7hari. Membuat konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut berulang-ulang.<br /> Penguatan negatif merupakan hasil yang tidak menyenangkan atau negatif yang juga membantu mendorong timbulnya perilaku khusus. Misalnya, “iklan Nature E” yang men<br /> Penguatan positif maupun negatif dapat digunakan untuk menimbulkan tanggapan yang diinginkan. <br /><br />Melupakan dan Menghapus Ingatan<br /><br /> Jika tanggapan yang dipelajari tidak lagi diperkuat, maka akan makin menghilang sampai-sampai tingkat penghapusan; yaitu, sampai tingkat di mana hubungan antara stimulus dan ganjaran yang diharapkan hilang. Misalnya, “Klinik” jika konsumen tidak merasa puas dengan pelayanan yang di berikan oleh suatu klinik, hubungan antara stimulus (klinik) dan tanggapan (kepuasan yang diharapkan) tidak lagi diperkuat, maka kecil kemungkinan konsumen tersebut akan kembali. Jika perilaku tidak lagi diperkuat, berarti “tidak dipelajari” lagi. Tetapi, ada perbedaan antara pengahapusan dan melupakan. Melupakan sering berhubungan dengan perjalanan waktu; hal ini dikenal sebagai proses kehilangan. Para pemasar dapat mengatasi keadaan dilupakan melalui pengulangan dan dapat melawan penghapusan dengan hati-hati meningkatkan kepuasan konsumen. <br /><br />Aplikasi Strategis Pengkondisian Instrumental<br /><br /> Para pemasar secara efektif menggunakan berbagai konsep pembelajaran instrumental konsumen ketika mereka memberikan penguatan positif dengan menjamin kepuasan terhadap produk, jasa, dan keseluruhan pengalaman membeli.<br /><br />Kepuasan (Penguatan) Pelanggan <br /><br /> Tujuan semua usaha pemasaran haruslah untuk memaksimumkan kepuasan pelanggan. Para pemasar harus pasti memberikan produk yang sebaik mungkin untuk uang ysng di bayarkan dan meghindari memperbesar harapan konsumen terhadap kinerja produk ysng melebihi apa yang dapat diberikan produk tersebut.<br /> Selain dari pengalaman menggunakan produk itu sendiri, para konsumen dapat menerima penguatan dari unsur-unsur lain dalam situasi pembelian, seperti lingkungan di mana transaksi atau pelayanan terjadi, perhatian dan pelayanan yang diberikan para karyawan, dan sikap ramah tamah yang diberikan. Contoh, “Salon”. Apabila sebuah salon memberikan pelayanan yang baik, misalnya, mulai dari perwatan rambut, wajah, spa, perawatan kuku nya baik, karyawan salon ramah, mendapat 1 kali creambath gratis setiap 5 kali transaksi, maka konsumen akan merasa puas dan berkeinginan untuk mengunjungi salon itu kembali. <br /> Kebanyakan program untuk para pembeli didasarkan pada usaha menigkatkan penguatan positif dan mendorong agar mereka terus menjadi pelanggan tetap. Semakin banyak konsumen menggunakan jasa, semakin besar ganjaran yang diberikan.<br /><br />Urutan Penguatan <br /><br /> Para pemasar menemukan bahwa kualitas produk harus terus konsisten dan kepuasan pelanggan harus diberikan pada setiap pemakaian agar perilaku konsumen yang diingini terus dipertahankan. Misalnya, “Matahari” memberikan “Diskon” dan memberikan “Buy one Get one”, yang memungkinkan konsumen menerima penguatan yang positif dan mendorong timbulnya keinginan uuntuk berlangganan di “Matahari”.<br /> Para pemasar telah mengenali tiga tipe urutan penguatan: penguatan total (atau berkesinambungan), penguatan sistematis (rasio tetap), dan penguatan acak (rasio variabel). Tidak perlu dikemukakan lagi bahwa produk atau jasa dasar yang diserahkan diharapkan memberikan penguatan total setiap kali digunakan.<br /><br />Pembentukan Perilaku<br /><br /> Penguatan perilaku yang harus dilakukan para konsumen sebelum perilaku yang diinginkan dapat dilakukan disebut pembentukan perilaku. Pembentukan perilaku meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku konsumen tertentu yang diharapkan. Contoh, “Showroom Mobil”, menggunakan SPG yang cantik agar calon konsumen terdorong untuk mengunjungi showroom mereka. Diharapkan, dengan adanya SPG itu akan menghasilkan penjualan untuk produk mereka. <br /><br />Pembelajaran Terkumpul versus Pembelajaran Terdistrubusi<br /><br /> Seperti digambarkan sebelumnya, pengaturan waktu mempunyai pengaruh yang penting trehadap pembelajaran konsumen. Haruskah jadwal pembelajaran tersebar dalam jangka waktu tertentu (pembelajaran terdistribusi), atau haruskah ditempatkan “pada waktu berdekatan” sekaligus (pembelajaran terkumpul)? Pertanyaan ini penting bagi para pemasang iklan yang merencanakan suatu jadwal media, karena iklan yang terkumpul menghasilkan pembelajaran lebih awal, sedangkan jadwal yang terdistribusi biasanya menghasilkan pembelajaran yang berlangsung lebih lama. Tetapi, jika sasarannya adalah pembelian yang berulang dalam jangka panjang secara teratur, jadwal yang terrdistribusi lebih baik. Jadwal yang terdistribusi dengan iklan yang diulang secara teratur, biasanya menghasilkan pembelajaran dengan jangka lebih panjang dan relatif kebal terhadap penghapusan. <br /><br />PEMBELAJARAN MELALUI PERAGAAN ATAU PENGAMATAN<br /><br /> Para pakar teori pembelajaran memperhatikan bahwa sebagian pembelajaran terjadi dalam keadaan tidak adanya penguatan langsung, baik yang positif maupun negatif, melalui proses yang di sebut para psikolog pembelajaran melalui peragaan atau pengamatan (juga disebut pembelajaran melalui orang lain atau vicarious learning). Mereka mengamati bagaiman orang lain beperilaku dalam menjawab berbagai situasi (stimuli) tertentu dan hasil-hasil (penguatan) berikutnya yang terjadi, dan mereka meniru (model) perilaku yang di perkuat secara positif ketika menghadapi situasi yang sama.<br /> Jadi peragaan adalah proses yang digunakan individu untuk mempelajari perilaku dengan mengamati perilaku orang lain dan akibat-akibat perilaku tersebut. Model peran yang mereka pakai biasanya orang yang mereka kagumi karena sifat-sifat tertentu seperti penampilan, prestasi, keterampilan,bahkan kelas sosial.<br /><br />TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF<br /><br /> Pembelajaran yang didasarkan pada kegiatan mental disebut pembelajaran kognitif. Teori pembelajaran kognitif mengangggap bahwa pembelajaran yang menjadi cirri khas manusia adalah pemecahan masalah, yang memungkinkan para individu dan dapat mengendalikan lingkungan mereka. Tidak seperti teori pembelajaran perilaku, teori kognitif menganggap bahwa pembelajaran menyangkut pengolahan mental yang kompleks terhadap informasi. Daripada menekankan pentingnya pengulangan atau hubungan antara ganjaran dengan tanggapan tertentu, para pakar teori kognitif menekankan peran motivasi dan proses mental dalam menghasilkan tanggapan yang diinginkan.<br /><br />PENGOLAHAN INFORMASI<br /><br />Pengolahan informasi<br />Berkaitan dengan kemampuan kognitif konsumen maupun kompleksitas informasi yang akan diolah. Para konsumen mengolah informasi tentang produk berdasarkan sifat-sifat,merk, perbandingan antara merk, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Walaupun sifat-sifat yang terkandung dalam pesan dari merk dan banyaknya pilihan yang tersedia mempengaruhi intensitas atau tingkat pengolahan indormasi , para konsumen yang mempunyai kemampuan kognitif lebih tinggi jelas akan memperoleh informasi yang lebh banyak dan mampu memadukan informasi mengenai beberapa sifat produk dari pada konsumen yang lebih rendah kemampuannya. Semakin banyak pengalaman konsumen mengenai golongan produk tertentu, semakin besar kemampuannya memanfaatkan informasi produk. Keakraban yang lebih besar dengan produk itu juga meningkatkan kemampuan dan pembelajaran kognitif pada waktu pengambilan keputusan pembelian baru,terutama yang berhubungan dengan informasi teknis. Ketika orang menggunakan usaha kognitif yang lebih besar dalam mengolah informasi mengenai suatu pilihan, mereka mengalamio dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengolahan terhadap pilihan itu; karena mereka lebih cenderung memilih suatu produk yang hanya memerlukan usaha penilaian yang lebih ringan. Tetapi dampak negatif itu tidak akan mempengaruhi produk jika ada pilihan yang jelas lebih unggul. <br />Cara konsumen Menyimpan, Mempertahankan dan Mengingat kembali Informasi<br />Yang paling penting dalam pengolahan informasi adalah daya ingat manusia. Penelitian dasar yang menjadi perhatian kebanyakan pakar ilmu kognitif adalah untuk mengetahui bagaimana informasi itu disimpan dalam ingatan, bagaimana ia dipelihara dan bagaimana mengingatnya kembali.<br /> <br />Struktur Ingatan<br />Karena pengolahan informasi terjadi dalam beberapa tahap, pada umumnya dipercaya bahwa terdapat “ gudang-gudang penyimpanan” yang terpisah dan berurutan dalam ingatan tempat disimpannya informasi untuk sementara sebelum diolah lebih lanjut; penyimpanan sensoris, penyimpanan jangka pendek dan penyimpanan jangka panjang.<br />Penyimpanan Sensoris<br />Bagi para pemasar memasukkan informasi kedalam penyimpanan sensoris konsumen relatif mudah, tetapi sulit membuat kesan yang berjangka panjang. Kesan pertama cenderung bertahan lama dan beresiko memperkenalkan suatu produk sebelum waktunya ke pasar.<br /><br /><br />Penyimpanan Jangka Pendek<br />Penyimpanan jangka pendek merupakan tahap ingatan nyata di mana informasi diolah dan ditahan untuk jangka waktu yang singkat saja. Jika informasi dalam penyimpanan jangka pendek sudah menjalani pengolahan yang dikenal sebagai rehearsel (yaitu pengulangan informasi secara diam dalam hati), kemudian dipindahkan ke penyimpanan jangka panjang.<br /><br />Penyimpanan Jangka Panjang<br /><br /><br />Penyimpanan jangka panjang menahan informasi selama jangka waktu yang relatif panjang, walaupun ada kemungkinan umtuk melupakan sesuatu dalam beberapa menit setelah informasi mencapai penyimpanan jangka panjang, data dalam penyimpanan jangka panjang lebih umum bertahan selama berhari-hari,berminggu-minggu atau bahkan betahun-tahun. Contoh, “iklan coklat Kit Kat”, dari dulu sampai sekarang iklan ini mempunyai tag line “Ada break, Ada Kit Kat”. Pesan tersebut menaruh ingatan kepada konsumen untuk jangka panjang karena yang kita tahu tag line dari iklan tersebut tidak berubah selama bertahun-tahun.<br /><br />Penyimpanan dan Penyandian<br />Jumlah informasi yang tersedia untuk dikirim dari penyimpanan jangka pendek ke penyimpanan jangka panjang tergantung pada jumlah pengulangan yang dilakukan. Tujuan pengulangan adalah untuk menahan informasi dalam penyimpanan jangka pendek bisa bertahan lama agar penyandian terjadi. Penyandian adalah proses untuk memilih citra kata atau gambar guna menggambarkan objek yang dirasakan. Contoh “McDonalds” dengan logo huruf M warna kuning dan background merah awal dari kata McDonalds.<br />Para peneliti menemukan bahwa penyandian iklan TV tertentu berhubungan dengan konteks program TV selama atau sesudah disiarkan. Beberapa bagian program mungkin mengharapkan para pemirsa menggunakan sebagian besar sumber daya kognitif mereka untuk mengolah. Pria dan wanita menunjukkan pola penyandian yang berbeda. Jika para konsumen diberi terlalu banyak informasi (yang disebut informasi yang terlalu sarat), mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam menyandi dan menyimpan semuanya. Para konsumen dapat menjadi kebanyakan beban secara kognitif jika mereka diberi banyak informasi dalam waktu yang terbatas. Akibat kebanyakan beban ini akan membingungkan dan dapat menimbulkan keputusan membeli yang buruk.<br /><br />Penyimpanan<br />Informasi dalam penyimpanan dalam jangka panjang tidak hanya diam dan menuggu untuk dikeluarkan kembali. Sebaliknya informasi terus menerus di organisasikan dan diorganisasikan ulang ketika hubungan-hubungan baru antara potongan-potongan informasi terbentuk. Contoh, Film “AADC” yang dibintangi Dian Sastro dan Nicholas Saputra dengan sutradara Riri Riza mampu menyimpan informasi dalam memori kita unutk jangka panjang, padahal film tersebut ditayangkan pada tahun 2002 dan sampai sekarang kita masih tetap mengingat para pemain dan sutradaranya. Informasi produk yang disimpan dlam ingatan cenderung berdasarkan merk, dan para konsumen menafsirkan informasi baru dengan konsisten dengan carainformasi tersebut diorganisasikan. Hal ini menegaskan kenyataan bahwa merk-merk yang telah mapan mempunyai keunggulan yang penting dalam iklan. Para konsumen lebih berkemungkinan untuk mengingat informasi yang mereka terima mengenai berbagai produk baru yang menbawa merk yang telah dikenal baik dan ingatanmereka kurang begitu dipengaruhi oleh penampilan berbagai iklan yang bersaing. <br />Para konsumen menyandikan kembali secara sistematis apa yang sudah mereka sandikan agar mencakup jumlah informasi ang lebih banyak (penggumpalan). Para pemasar penting mnegetahui macam dan jumlah kelompok (gumpalan)informasi yang dapat ditangani para konsumen. Ingatan mungkin terhambat jika gumpalan informasi yang diberikan dalam suatu iklan tidak sesuai dengan kerangka acuan konsumen. Tingkat pengetahuan sebelumnya merupaka pertimbangan yang penting. Konsumen yang berpengetahuan tinggi akan menyerap berbagai gumpalan informasi yang lebih kompleks daripada mereka yang kurang pengetahuannya mengeani kategori produk itu.<br />Informasi disimpan dalam memori jangka panjang dengan dua cara : menurut peristiwa lepisodically (menurut urutan yang diperoleh) dan secara semantik/semantically (menurut konsep –konsep yang penting).<br /><br />Mengingat Kembali <br />Mengingat kembali merupakan proses untuk menemukan kembali informasi dari penyimpanan jangka panjang. Banyak orang yang mempunyai pengalaman tidak mampu mengingat sesuatu yang sudah sangat mereka kenal dengan baik. Para konsumen yang termotivasi mungkin akan menggunakan waktunya untuk menafsirkan dan membahas informasi yang mereka anggap relevan dengan berbagai kebutuhan mereka; dan cenderung akan mengaktifkan pengetahuan itu ingatan jangka panjang mereka. <br /><br />Gangguan<br />Jika jumlah iklan yang bersaing dalam kategori produk tertentu semakin banyak , ingatan konsumen pada merk yang dinyatakan dalam iklan tertentu akan semakin rendah. Pengaruh gangguan ini disebabkan oleh timbulnya kebingungan karena banyaknya iklan yang bersaing sehingga mengakibatkan kegagalan untuk mengingat kembali. Iklan-iklan untuk berbagai merk yang bersaing atau untuk produk-produk lain yang dibuat pabrikan yang sama dapat menurunkan kemampuan konsumen untuk mengingat informasi merk yang diiklankan. Tingkat gangguan yang dialami dapat tergantung pada pengalaman konsumen sebelumnya, pengetahuan sebelumnya mengenai informasi sifat merk dan jumlah informasi merk yang tersedia pada saat konsumen memilih merk yang akan dibeli. Sebetulnya terdapat dua macam gangguan. Pembelajaran baru dapat menganggu, karena mengingat kembali material yang disimpan sebelumnya, dan pembelajaran lama dapat mengganggu karena daya ingatan terhadap material yang baru saja dipelajari.<br />Pengolahan Informasi Terbatas dan Luas<br />Beberapa pakar teori mulai menyadari bahwa ada beberapa situasi pembelian yang sama sekali tidak memerlukan pengolahan dan evaluasi informasi yang ekstensif dan kompleks, kadang-kadang para komsumen hanya berangkat dari kesadran terhadap suatu kebutuhan ke pembelian rutin, tanpa banyak mencari informasi dan melakukan evaluasi mental. Pembelian seperti ini dianggap pembelian berorientasi mencari dengan keterkaitan pribadi yang minimum, berlawanan dengan keterkaitan yang tinggi. Pembelian dengan kepentingan pribadi yang minimal disebut pembelian dengan keterlibatan yang rendah dan pembelian yang kompleks yang berorientasi mencari dianggap pembelian dengan keterlibatan yang tinggi. <br />Teori Keterlibatan<br />Teori keterlibatan berkembang dari aliran riset yang disebut hemispheral lateralization atau teori belah otak. Dasar pemikiran teori belah otak adalah bahwa hemisfer otak sebelah kanan dan kiri “mengkhususkan diri” pada macam informasi yang mereka olah.<br /> <br />Teori Keterlibatan dan Strategi Media<br /> <br />Informasi kognitif (verbal) diolah oleh otak sebelah liri jadi media cetak dan media interaktif dianggap merupakan media dengan keterlibatan yang tinggi. Menurut teori ini , iklan cetak diolah dalam urutan tahap-tahap kognitif yang kompleks dan digambarkan dalam berbagai model pengolahan informasi yang klasik (yaitu pengolahan keterlibatan informasi yang tinggi). Teori pengolahan informasi yang pasif oleh otak kanan konsisten dengan pengkondisian klasik. Melalui pengulangan, produk dipasangkan dengan citra visual untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkan yaitu pembelian merk yang diiklankan. Teori pengolahan otak kanan mnekankan pentingnya unsur visual dalam iklan, termasuk pemakaian berbagai simbol kreatif. <br />Berbagai petunjuk bergambar lebih efektif dalam membangkitkan ingatan dan keakraban dengan produk, sedangkan petunjuk verbal (yang memicu pengolahan otak kiri) menggerakkan kegiatan kognitif yang mendorong para konsumen untuk menilai keuntungan dan kerugian produk tersebut. Satu riset mengemukakan bahwa, walaupun ada spesialisasi hemisferal, kedua belah otak itu mampu melakukan keterlibatan yang tinggi dan rendah, belahan kiri otak dalam pengolahan kognitif yang tinggi dan rendah, belahan kanan dalam pengolahan afektif yang tinggi dan rendah.<br />Teori Keterlibatan dan relevansinya bagi Konsumen<br />Teori ini secara singkat membuat hipotesa bahwa terdapat konsumen dengan keterlibatan yang tinggi dan rendah maka, terdapat pula pembelian dengan keterlibatan yang tinggi dan rendah. Kedua pendekatan ini menimbulkan gagasan bahwa tingkat keterlibatan konsumen tergantung pada tingkat keterkaitan pribasi yang ditimbulkan produk untuk konsumen itu. Pembelian dengan tingkat yang tinggi adalah pembelian yang penting bagi konsumen (yaitu dari sudut risiko yang dirasakan) dan dengan demikianmenggerakkan pemecahan masalah (pengolahan informasi) yang ekstensif. Para konsumen yang sangat terlibat hanya dapat menerima sedikit merk (mereka disebut pembuat kategori yang sempit) para konsumen yang tidak terlibat mungkin mau menerima bermacam-macam pesan mengenai pembelian dan akan mempertimbangkan lebih banyak merk (mereka adalah pembuat kategori yang lebar).<br />Rute Tengah dan Samping untuk Melakukan Persuasi<br />Teori rute tengah dan samping untuk melakukan persuasi menjelaskan berbagai konsep untuk pemecahan masalah yang luas maupun terbatas pada situasi pembelian dengan keterlibatan yang tinggi maupun rendah. Dasar pemikiran utama teori ini adalah bahwa para konsumen lebih mungkin untuk secara teliti menilai kebaikan dan kelemahan produk tertentu ketika produk itu mempunyai relevansi yang besar bagi mereka. Untuk pembelian dengan keterlibatan yang tinggi , rute tengah untuk melakukan persuasi yang membutuhkan pemikiran yang penuh pertimbangan dan pengolahan kognitif mungkin menjadi strategi pemasaran yang paling efektif. Untuk pembelian dengan keterlibatan yang rendah, rute samping untuk melakukan persuasi mungkin lebih efektif.<br />Model Kemungkinan Pembahasan <br />Model Kemungkinan Pembahasan mengemukakakan bahwa tingkat keterlibatan seseorang selama pengolahan pesan merupakan faktor penting dalam menentukan rute persuasi mana yang mungkin paling efektif. Jika keterlibatan tinggi, para konsumen mengikuti rute tengah dan mendasarkan sikap dan pilihan-pilihan mereka pada argumen pesan. Jika keterlibatan rendah , mereka mengikuti rute samping dan lebih memperhatikan unsur-unsur pesan lainnya sperti juru bicara atau musik latar belakangnya untuk membentuk sikap atau melakukan pilihan produk. <br />Implikasi pemasaran dari model kemungkinan pembahasaan jelas. Untuk pembelian dengan keterlibatan yang tinggi, para pemasar harus menggunakan argumen-argumen yang menekankan pada sifat-sifat yang kuat, kokoh, dan berkualitas tinggi pada produk mereka. Jadi menggunakan rute tengah (sangat kognitif). Untuk pembelian dengan keterlibatan yang rendah, para pemasar harus menggunakan rute samping untuk melakukan persuasi dengan memfokuskan pada cara penyajian daripada isi pesan.<br /><br />Ukuran Keterlibatan<br />Dengan teori keterlibatan yang berkembang dari gagasan media yang mempunyai keterlibatan yang tinggi dan rendah baik ke konsumen yang mempunyai keterlibatan yang tinggi dan rendah , ke produk dan pembelian denga tingkat keterlibatan yang tinggi dan rendah, ke cara pemberian keyakinan yang tepat dalam keadaan keterlibatan yang tinggi dan rendah, tidak mengherankan jika terdapat variasi yang lebih besar dalam pembentukan konsep dan ukuran keterlibatan itu sendiri. <br />Karena banyaknya perbedaan dalam dimensi dan pembentukan konsep keterlibatan, banyak peneliti yang setuju bahwa lebih masuk akal untuk mengembangkan profil keterlibatan daripada mengukur tingkat keterlibatan tunggal. Pembentukan konsep baru mengenai keterlibatan mengemukakakn bahwa keterlibatan didefinisikan sebagai pengerahan berbagai sumber daya perilaku untuk mencapai sasaran yang relevan bagi pribadi sampai ke taraf terpenuhinya tiga keadaan. Sasaran itu relevan secara subyektif, kemampuan yang dirasakan untuk mencapai sasaran itu cukup baik dan peluang yang dirasakan untuk mencapai sasaran itu juga dipandang cukup baik. Teori keterlibatan mempunyai sejumlah aplikasi strategis bagi pemasar. Contoh, kita ingin membeli handphone untuk sarana komunikasi dan kita akan memutuskan untuk membeli Nokia otomatis di saat pengambilan keputusan tesebut kita sudah terlibat, misalnya dengan mencari informasi dari produk Nokia baik dari segi harga, fitur, kecanggihan,bentuk,warna dll<br />Ukuran Pembelajaran Konsumen<br />Meningkatnya pangsa pasar dan konsumen yang setia pada merk, bagi kebanyakan pemasar, merupakan sasaran ganda dari pembelajaran konsumen. Kedua sasaran ini saling tergantung, konsumen yang setia pada merk menjadi basis bagi pangsa pasar yang stabil dan bertumbuh dan merk dengan pangsa pasar yang lebih besar akan secara proposional mempunyai kelompok pembeli setia yang lebih banyak.<br />Ukuran Pengenalan dan Ingatan <br />Uji pengenalan didasarkan pada ingatan yang dibantu, sedangkan uji ingatan menggunakan ingatan yang tidak dibantu. Pada uji pengenalan, para konsumen ditunjukkan sebuah iklan dan ditanyakan apakah ia ingat sudah melihatnya dan dapat mengingat beberapa hal yang menonjol. Pada ujiingatan, konsumen ditanya apakah ia telah membaca suatu majalah tertentu atau menonton pertunjukkan televisi tertentu, dan jika sudah dapatkah mengingat salah satu iklan atau iklan televisi yang ditonton, produk yang diklankan, merk dan beberapa hal yang menonjol mengenai iklan tersebut. Contoh ukuran pengenalan, iklan rokok star mild dengan tag line Losta masta dan dengan logo gambar bintang jatuh. Para konsumen rokok tahu bahwa hanya Star Mild yang memiliki logo tersebut, dan tanpa menyebut merek pun tahu bahwa itu produk rokok star mild. Contoh ukuran ingatan, apabila kita melihat iklan televisi kita akan mengingat manfaat dari produkiklan tersebut,misalnya minuman sereal “Energen”; member pesan kepada kita bahwa produk ini cocok digunakan pada wakttu yang mendesak, atau tidak sempat sarapan karena proses penyajian nya sangat praktis. Selain itu, produk ini mempunyai kandungan yang bergizi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi.<br />Tanggapan Kognitif Terhadap Iklan<br />Ukuran lain untuk pembelajaran konsumen adalah tingkat sejauh mana konsumen mengerti dengan tepat pesan iklan yang diharapkan. Pengertian merupakan fungsi dari karakteristik pesan, kesempatan dan kemampuan konsumen untuk mengolah informasi dan motivasi konsumen (tingkat keterlibatan). Untuk menjamin tingkat pengertian yang tinggi, kebanyakan pemasar melakukan pengujian teks iklan sebelum iklan tersebut betul-betul dipasang di media (pra pengujian) maupun setelah terbit (pasca pengujian). Contoh, “iklan Oreo” pada iklan tersebut bintang iklan memberi tahu konsumen cara makan oreo yang asik itu “diputer, dijilat, dicelupin”.<br /><br />Ukuran Sikap dan Perilaku pada Kesetiaan Merk<br />Ukuran sikap berkaitan dengan perasaan konsumen secara keseluruhan terhadap produk dan merk,dan maksud pembelian mereka. Ukuran perilaku didasarkan pada berbagai tanggapan yang dapat diamati terhadap stimuli promosi, perilaku pembelian, darpada sikap terhadap produk atau merk. Kerangka konseptual terpadu memandang kesetiaan konsumen sebagai hubungan antara sikap relatif individu terhadap entitas tertentu (merk, pelayanan, toko atau pramuniaga) dan perilaku berlangganan individu tersebut. Sikap relatif konsumen terdiri dari dua dimensi: kekuatan sikap dan tingkah perbedaan sikap terhadap berbagai merk yang bersaing. Keterlibatan yang tinggi menimbulkan pencarian informasi yang ekstensif dan akhirnya kesetiaan kepada merk, sedangkan keterlibatan yang rendah menimbulkan keterbukaan dan kesdaran terhadap merk dan kemudian mungkin ke kebiasaan membeli merk tersebut. Karena menignkatnya kepuasan pelanggan terhadap produk dan diikuti pembelian berulang, pencarian informasi mengenai berbagai merk alternatif akan berkurang. Para pemasar tidak hanya tertarik pada cara bekembangnya kesetiaan terhadap merk tetapi juga pada kapan kesetiaan itu berkembang pada waktu yang cukup dini, dalam konteks keluarga. Para pemasar juga tertarik mencari fajtor-faktor stimulus apa dalam promosi mereka yang dapat mempengaruhi perilaku membeli. Meningkatnya pangsa pasar para konsumen yang setia kepada merk secara tetap merupakan tujuan akhir semua pemasar. Dengan mengetahui sampai bagaimana para konsumen mempelajari merk dan menjadi terikat pada merk-merk tertentu, akan membantu pemasar mencapai tujuan ini. Contoh, apabila kita sudah aware terhadap Pond’s baik dari produk pelembab wajah, facial wash, lotion, pembersih wajah maka kita akan setia terhadap produk itu karena apa yang kita rasakan manfaatnya sudah kita rasakan. Oleh sebabitu kita akan loyal terhadap pond’s dan tidak akan menggunakan produk kecantikan lain.<br />Ekuitas Merk (Brand Equity)<br />Ekuitas merk mempermudah penerimaan produk baru dan alokasi ruang pada rak barang-barang yang lebih disukai dan meningkatkan nilai yang dirasakan, kualias yang dirasakan dan pilihan penetapan harga premium. Bagi beberapa perusahaan, ekuitas yang paling berharga adalah merk mereka. Karena menigkatnya produk baru dan tingginya tingkat kegagalan produk baru, banyak perusahaan yang lebih suka mengangkat ekuitas merk mereka melalui perluasan merk, daripada resiko meluncurkan merk baru. Ekuitas merk memungkinkan perusahaan memungut premium harga yang merupakan jumlah tambahan terhadap dan di atas harga merk toko yang sama. Contoh, “Toshiba” merk ini dikenal hampir seluruh dunia karena kualitas produk yang bisa dibanggakan meskipun produk tersebut Toshiba lebih mahal dari produk elektronik yang lain, namun para konsumen tetap setia karena kualitas Toshiba yang baik. Suatu strategi yang relatif baru diantara beberapa pemasar adalah penggunaaan merk pendamping atau co-branding (juga disebut merk rangkap atau double branding). Dasar penggunaan merk pendamping dimana dua merk ditonjolkan pada sebuah produk, adalah untuk menggunakan ekuitas merk produk lain untuk meningkatkan ekuitas merk yang utama. Merk terkenal disebut megabrand. Untuk meningktakan ekuitas merk dari merk-merk yang terbesar, beberapa pemasar telah mengadopsi strategi penggabungan merk. Ekuitas merk penting bagi pemasar karena menimbulkan kesetiaan pada merk, yang pada gilirannya menyebabkan pangsa pasar meningkat dan laba lebih besar . bagi pemasar , fungsi utama teori pembeljaran adalah untuk mengajar konsumen bahwa produk merekalah yang terbaik, mendorong pembelian yang berulang dan akhirnya memperkuat kesetiaan merk.blogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-76458376542153159212010-04-23T19:39:00.000-07:002010-04-23T19:40:28.875-07:00E-Public RelationIstilah E-public relations mungkin masih sulit dicerna bagi para praktisi Kehumasan Indonesia. E-public relations adalah kegiatan kehumasan yang dilakukan di dunia Internet. Seluruh kegiatan kehumasan dapat dilakukan didalam internet dari mulai melakukan kegiatan publikasi sampai melakukan customer relations management juga dapat dilakukan di Internet.<br />Malah kegiatan kehumasan bisa lebih fleksibel dari yang dilakukan di dunia nyata, ketika program kehumasan konvensional mengeluarkan budget hampir ratusan juta dalam sebuah perusahan besar, jika program tersebut dilakukan melalui Internet akan jauh lebih murah.<br /><br />Apa saja yang bisa dilakukan Humas dalam melakukan kegiatan kehumasan di Internet..??<br /><br />1. Publikasi<br />Kegiatan publikasi yang di lakukan Humas dalam internet dapat dilakukan dengan jalan mengikuti mailing list-mailing list yang sesuai dengan target market perusahaan kita. Banyaklah menuliskan tulisan berupa artikel, press release mengenai perusahaan anda dalam milis tersebut. Dengan begitu seluruh anggota milis akan kena terpaan publikasi yang telah Humas lakukan.<br /><br />Selain mengikuti mailing list yang sesuai dengan target market perusahaan, humas juga harus secara berkesinambungan memproduksi e-newsletter kepada member website perusahaan anda. Tetapi, jangan sekali-kali melakukan spamming terhadap pengguna internet, karena dengan melakukan spamming maka kredibilitas perusahaan anda akan hancur. Karena spamming adalah kegiatan berkonotasi negatif bagi pengguna internet, spamming bisa dikatakan sebagai kegiatan yang memaksakan kehendak dalam memberikan informasi. Jalan yang paling aman adalah mengirimkan newsletter pada anggota website anda yang secara sukarela mendaftarkan alamat emailnya untuk dikirimkan informasi tentang perusahaan anda.<br /><br />2. Menciptakan Berita (Media Relations)<br />Untuk menjaga hubungan baik dengan wartawan dapat dilakukan melalui email, jika seorang humas mempunyai database alamat email seorang wartawan akan lebih sangat mudah dalam mengirimkan siaran pres. Jika perusahaan anda mempunyai siaran pres yang butuh disampaikan dengan segera, anda tinggal sekali "click" maka siaran pres anda akan langsung sampai di meja wartawan.<br /><br />Untuk tetap menjaga hubungan baik, anda bisa menyapa wartawan tersebut lewat email menanyakan kabar wartawan tersebut dan kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan. Malah jika anda sudah sangat akrab dengan wartawan tersebut anda dapat melakukan wawancara / konferensi dengan menggunakan Instant Messenger seperti Yahoo Messenger, ICQ, atau yang lainnya.<br /><br />Keuntungan melakukan kegiatan media relations dengan Internet adalah anda sebagai seorang humas sangat memudahkan para kuli tinta tersebut melakukan pekerjaannya. Bayangkan jika mereka harus melakukan wawancara dengan mendatangi kantor anda, akan membuang waktu perjalanan yang cukup lama. Tetapi jika melakukan wawancara dengan melalui Instant Messenger, kerja para wartawan akan lebih mudah, hanya duduk di meja mereka, login, dan langsung dapat wawancara. Hasil wawancara langsung dapat dirangkum dalam bentu teks yang dapat diformat dalam MS word.blogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-31924604667710574712010-04-23T19:10:00.001-07:002010-04-23T19:14:05.060-07:00FAKTA-FAKTA TENTANG KOMUNIKASIUntuk melakukan sebuah komunikasi yang efektif terlebih dahulu kita harus memahami aksioma komunikasi. Yang dimaksud aksioma adalah prinsip-prinsip dasar komunikasi yang hampir tak terbantahkan lagi kebenarannya. Beberapa prinsip dasar komunikasi adalah sebagai berikut :<br /><br />1. Segala yang kita lakukan adalah komunikasi<br />Manusia hidup selalu berlomunikasi. Bayi lahir yang menangis merupakan upaya untuk berkomunikasi. Shalat yang tanpa suarapun sudah termasuk komunikasi (dengan sang pencipta). Dengan demikian seluruh kegiatan manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi.<br /><br />Setiap komunikasi tujuan, manfaat, dan secara sadar memiliki motivasi tertentu. Meski seringkali awal komunikasi dilakukan tanpa kesadaran untuk melakukannya dan pada saat yang sama bahkan kita tak menginginkannya. Kapanpun kita terlibat dalam suatu situasi interaksi, kita pasti akan memberikan tanggapan. Bahkan, jika kita memilih untuk tidak menanggapi secara verbal atau kita memilih diam dan tak menggerakkan satu pun otot kita, maka itu pun sudah berarti sebuah tanggapan. <br /><br />Tanggapan tersebut, tentu saja, memiliki pesannya sendiri, juga dapat mempengaruhi orang lain. Tanggapan, baik verbal maupun non verbal tetap memiliki maksa. Maka dalam setiap aktivitasnya, manusia sering kali memperlihatkan banyak tanda (petunjuk) baik verbal maupun non-verbal sebagai bentuk komunikasi kita. <br />Oleh karenanya, seberapa besar upaya kita, kita tak dapat untuk tidak berkomunikasi (we cannot not to communicate), karena seluruh perilaku kita adalah komunikasi dan memiliki nilai pesannya sendiri.<br /><br />2. Cara pesan disampaikan selalu mempengaruhi bagaimana pesan tersebut Diterima <br />Dalam berkomunikasi terdapat dua dimensi, yaitu dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi komunikasi berkaitan dengan tingkat data atau informasi dan menggambarkan perilaku yang diharapkan sebagai respon (tanggapan). Sedangkan dimensi hubungan komunikasi menyangkut bagaimana pertukaran itu diterjemahkan, serta sinyal apa yang dipikirkan seseorang tentang orang lain. Misalnya kalimat, “Tutup Pintu!” Isi kalimat itu mengharapkan orang lain untuk melakukan suatu tindakan yaitu menutup pintu. Namun, kalimat tersebut bisa disampaikan dalam nada perintah, permohonan atau imbauan. <br />Perbedaan cara menyampaikan itu akan menandakan hakikat hubungan antar peserta komunikasi. Berdasarkan cara-cara tersebut, kita memberikan petunjuk kepada orang lain tentang bagaimana kita memandang hubungan kita dengan orang tersebut.<br /><br />3. Komunikasi yang sebenarnya adalah pesan yang diterima, bukan yang diharapkan untuk diterima<br />Siapapun bisa mendengar atau melihat pesan yang disampaikan oleh orang lain. Namun, persoalan dasarnya adalah apakah orang lain tersebut mengerti apa yang kita komunikasikan, sesuai dengan harapan kita. Di sini persoalan menjadi lebih rumit. Hanya pada pesan yang dimengerti itulah kita bisa menyebutnya sebagai komunikasi, bukan seberapa banyak kita melemparkan pesan.<br /><br />4. Cara kita memulai pesan seringkali menentukan hasil komunikasi<br />Seringkali kita mengalami tanggapan yang tidak menyenangkan dari kawan komunikasi kita. Hal itu, seringkali, disebabkan oleh awal komunikasi yang kita lakukan. Pilihan kata dan nada suara pada awal komunikasi kita, dapat menyebabkan orang lain tersinggung dan menjaga jarak, bahkan menolak komunikasi kita. Sehingga keberhasilan komunikasi kita akan ditentukan oleh bagaimana kita memulainya.<br /><br />5. Komunikasi merupakan jalan dua arah, kita harus dapat memberi tidak hanya menerima<br />“Seorang pembicara yang baik (a good speaker) muncul dari seorang penyimak yang baik (a good listener).” Jika komunikasi kita ingin berhasil, maka kita tidak hanya menyampaikan komunikasi dengan jelas, namun kita juga harus menyimak komunikasi orang lain, sehingga komunikasi itu menjadi jelas. Pada akhirnya, pengertian dan kesepahaman akan didapat. <br /><br />6. Komunikasi adalah ‘tarian’<br />Komunikasi tidak hanya sekedar memberi dan menerima. Namun lebih dari itu, kita harus melakukannya bersama-sama. Suatu proses dua arah. Kita tidak bicara ‘kepada’ kawan bicara kita, namun kita bicara ‘dengan’ mereka. Oleh karenanya, tidak akan ada komunikasi yang sama. Karena pengalaman komunikasi kita dengan mereka akan berbeda setiap saat. Seperti sebuah tarian bersama, maka semua penari harus menyelaraskan gerakannya agar terlihat indah, tidak atas kemauan pribadinya sendiri.<br /><br />Dari pemahaman mengenai kenyataan dalam berkomunikasi di atas, dapat dirumuskan hal-hal yang harus disadari oleh seorang komunikator, jika ingin melakukan komunikasi dengan baik. Seorang komunikator harus sadar bahwa:<br />1. Komunikasi sebenarnya tidak akan pernah terjadi, kecuali jika ada khalayak yang mau melihat atau mendengar apa yang kita sampaikan.<br />2. Kita tidak hanya berkomunikasi semata-mata melalui serangkaian kata-kata, tetapi juga melalui seluruh penampilan kita (fisik bangunan, penampilan petugas, penampilan media, dan sebagainya).<br />3. Berkomunikasilah kepada khalayak dalam pengalaman mereka, jika ingin mereka perhatikan.<br />4. Jika proses komunikasi ini menemui kesulitan, itu menjadi pertanda bahwa strategi kitalah yang salah, bukan pikiran khalayak yang salah.<br />5. Dan jika akhirnya kita gagal dalam proses komunikasi tersebut, maka bukan sekedar kata-kata yang harus diperbaiki, melainkan semua pikiran atau pertimbangan di balik kata-kata tersebut.<br />6. Sebelum mulai berkomunikasi, kita harus mengetahui persis apa yang diharapkan khalayak dari proses komunikasi tersebut.<br />7. Komunikasi kita akan semakin efektif jika melibatkan nilai dan aspirasi khalayak.<br />8. Jika yang kita nyatakan berlawanan dengan keyakinan, aspirasi, serta motivasi<br />9. khalayak, maka hampir bisa dipastikan bahwa komunikasi kita gagal sama sekali.<br />10. Yang menjadi masalah bukan yang ada dalam pikiran kita, melainkan apa yang<br />11. diterima dan diserap oleh khalayak.blogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-72292788932105899232010-04-23T18:36:00.000-07:002010-04-23T18:52:45.822-07:00Cara Penularan dan Pencegahan HIV/AIDSPengertian dan Cara Penularan HIV/AIDS <br /><br />Virus HIV<br /> <br />HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. <br /> <br />Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.<br />Penyakit AIDS<br /> <br />AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.<br /><br />Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.<br /><br />Cara Penularan :<br /><br />a. Lewat cairan darah:<br />Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV<br /><br />b. Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan pengguna Narkotika Suntikan<br />Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah<br /><br />c. Lewat cairan sperma dan cairan vagina :<br />Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus), tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.<br /><br />d. Lewat Air Susu Ibu :<br />Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI.<br />Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif. <br /><br />Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar HIV) l Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll) yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisasi terlebih dahulu. <br /><br />Karena HIV - dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui: air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing). <br />Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV tanpa memakai kondom, Melalui transfusi darah, Melalui alat-alat tajam yang telah tercemar HIV (jarum suntik, pisau cukur, tatto, dll), Melalui ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya. <br /> <br />Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman. <br /><br />Karena kegiatan sehari-hari Odha tidak memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang menularkan HIV. Kita tidak tertular HIV selama kita mencegah kontak darah dengan Odha dan jika berhubungan seks, kita melakukannya secara aman dengan memakai kondom <br /><br />Seorang Odha kelihatan biasa, seperti halnya orang lain karena tidak menunjukkan gejala klinis. Kondisi ini disebut "asimptomatik" yaitu tanpa gejala. Pada orang dewasa sesudah 5-10 tahun mulai tampak gejala-gejala AIDS. <br /><br />Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.<br /><br />AIDS tidak ditularkan melalui :<br />• Makan dan minum bersama, atau pemakaian alat makan minum bersama. <br />• Pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, WC umum, dan kolam renang. <br />• Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya. <br />• Lewat keringat, atau gigitan nyamuk<br /><br />CARA PENCEGAHAN:<br /><br />Gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru setiap kali akan melakukan penyuntikan atau proses lain yang mengakibatkan terjadinya luka. Selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman (artinya : hubungan seks yang tidak memungkinkan tercampurnya cairan kelamin, karena hal ini memungkinkan penularan HIV). Bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu tentang semua resiko dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya sendiri dan bayinya, sehingga keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan. <br />Ada tiga cara: <br />1. Abstinensi (atau puasa, tidak melakukan hubungan seks) <br />2. Melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia kepada pasangannya <br />3. Untuk yang melakukan hubungan seksual yang mengandung risiko, dianjurkan melakukan seks aman termasuk menggunakan kondom<br />Ada dua hal yang perlu diperhatikan: <br />1. Semua alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, atau pisau cukur) harus disterilisasi dengan benar <br />2. Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain <br /><br />TANDA-TANDA SESEORANG TERTULAR HIV <br /> Sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa menandai apakah seseorang telah tertular HIV, karena keberadaan virus HIV sendiri membutuhkan waktu yang cukup panjang (5 sampai 10 tahun hingga mencapai masa yang disebut fullblown AIDS). <br /> Adanya HIV di dalam darah bisa terjadi tanpa seseorang menunjukan gejala penyakit tertentu dan ini disebut masa HIV positif. Bila seseorang terinfeksi HIV untuk pertama kali dan kemudian memeriksakan diri dengan menjalani tes darah, maka dalam tes pertama tersebut belum tentu dapat dideteksi adanya virus HIV di dalam darah. Hal ini disebabkan kaena tubuh kita membutuhkan waktu sekitar 3 - 6 bulan untuk membentuk antibodi yang nantinya akan dideteksi oleh tes darah tersebut. Masa ini disebut window period (periode jendela) . Dalam masa ini , bila orang tersebut ternyata sudah mempunyai virus HIV di dalam tubuhnya (walau pun belum bisa di deteksi melalui tes darah), ia sudah bisa menularkan HIV melalui perilaku yang disebutkan di atas tadi.<br /><br /> Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah:<br />1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat <br />2. Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan) <br />3. Diare berkepanjangan (lebih dri satu bulan) <br />Sedangkan gejala-gejala tambahan berupa :<br />1. Batuk berkepanjagan (lebih dari satu bulan) <br />2. Kelainan kulit dan iritasi (gatal) <br />3. Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan <br />4. Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh, seperti di bawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. <br /><br />Daftar singkatan dalam artikel ini :<br />AIDS : Acquired immune deficiency syndrome<br />HIV : Human immunodeficiency virus<br />CD4+ : Sel T pembantu<br />CCR5 : Chemokine (C-C motif) receptor 5<br />CDC : Centers for Disease Control and Prevention<br />WHO : World Health Organization<br />PCP : Pneumocystis pneumonia<br />TB : Tuberkulosis<br />MTCT : Mother-to-child transmission<br />HAART : Highly active antiretroviral therapy<br />STI/STD : Sexually transmitted infection/diseaseblogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-49583072872440300342010-04-10T01:57:00.000-07:002010-04-10T02:00:47.831-07:00Mengenal Aktivitas PRBanyak definisi yang dikemukakan para ahli mengenai PR. Salah satunya William F. Arens mendefiinisikan PR sebagai sebagai sebuah fungsi manajemen yang memfokuskan diri pada membangun/ mengembangkan relasi serta komunikasi yang dilakukan individual maupun organisasi terhadap publik guna menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Publik yang dimaksud dari definisi di atas menurut Arens ada tujuh kategori publik, yaitu para Employees - Stockholders- communities- Media – Government - Investment Community - Customers. <br /><br />Definisi William F Arens mengandung makna bahwa aktifitas Public Relations berada pada kata manajemen relasi dan komunikasi yang berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak demi meningkatkan pencitraan individu atau perusahaan tersebut. Pencitraan yang terbentuk dengan baik akan memberikan dampak yang baik pula demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan individu ataupun organisasi. Akan meraih keuntungan dari produk yang dijual karena memilliki citra yang baik. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap individu atau organisasi dalam menjalankan bisnis.<br /><br />Dengan demikian fungsi dan peranan Pubic Relations dianggap sebagai ujung tombak individu atau perusahaan yang berhadapan langsung dengan publik, baik publik yang bersentuhan langsung maupun yang tidak dengan kepentingan-kepentingan mereka terhadap perusahaan. Terhadap publik yang tidak bersentuhan langsung pun tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti sebuah informasi akan sampai di benak mereka.<br /><br />Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan dampaknya pada perkembangan media massa memberikan peluang akses informasi masyarakat luas. Public Relations Society of America (PRSA), sebuah Organisasi Public Relations yang terbentuk pada tahun 1947 di Amerika, pada tahun 2002 merumuskan aktifitas-aktifitas Public Relations.<br /><br />1. Community Relations. <br />Hubungan publik yang memfokuskan diri pada komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan. Misalnya, para pemilik lahan/tahan haruslah mendapat perhatian dan kepuasaan dari perjanjian pembelian tanah oleh perusahaan yang membutuhkan tanah mereka untuk proyek pembangunan lapangan terbang baru. Jika tidak, maka komunitas yang tidak terpuaskan ini bisa menghambat proyek yang sedang dilaksanakan.<br /><br />2. Counseling. <br />Para profesional Public Relations hendaklah secara rutin memberikan masukan/pertimbangan kepada pihak manajemen sebelum mereka mengambil keputusan, membuat kebijakan, membangun relasi, atau melakukan komunikasi dengan berbagai macam publik. Jajaran manajemen menyatakan kepada publik ‘apa yang mereka lakukan’ sedangkan profesional atau bagian Public Relations membantu mendefinisikan dan mempresentasikan pesan tersebut untuk sampai ke publik.<br /><br />3.Development/Fundraising. <br />Semua organisasi baik yang profit maupun non-profit dapat bertahan karena ada kontribusi dari berbagai pihak dalam bentuk waktu maupun uang. Peran Public Relations yang menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan organisasi tersebut kepada pihak-pihak yang memiliki peluang dan atau kemampuan memberikan kontribusi.<br /><br />4.Employee/ Member Relations. <br />Sebagai bagian inti dari jalannya perusahaan, tugas Public Relations untuk menciptakan hubungan-hubungan yang baik, tidak hanya sekadar pada para pekerja melainkan juga kepada keluarga pekerja. Dengan demikian akan terbentuk motivasi yang baik pula dan moral yang tinggi dari para pekerja sehingga loyal pada perusahaan.<br /><br />5.Financial Relations. <br />Investor merupakan salah satu bagian terpenting dari sumber pendanaan perusahaan. Peran Public Relations adalah membangun jembatan komunikasi<br />antara investor-pemilik perusahaan, para pemegang saham, komunitas finansial seperti bank, dan publik. Kebanyakan dari strategi perusahaan, dalam rangka ekspansi pasar maupun akuisisi perusahaan, tergantung dari seberapa bagus hubungan-hubungan finansial yang tercipta.<br /><br />6. Government Affairs. <br />Inilah tipe aktifitas Public Relations yang memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak pemerintahan. Karena sebagai perusahaan publik, tidak bisa dilepas-pisahkan hubungannya dengan pemerintahan. Bahkan untuk beberapa kasus, perusahaan yang ingin mengikuti tender proyek harus memiliki endors resmi dari pemerintah, misalnya SIUPP dan NPWP.<br /><br />7. Industry Relations. <br />Perusahaan tidak hanya menjalin relasi yang terbatas pada konsumen/ pelanggan semata, melainkan juga harus menciptakan relasi yang baik dengan perusahaan lain yang secara langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan seperti para suppliers, distributor, agen bahkan relasi terhadap perusahaan kompetitor sekaligus.<br /><br />8. Issues Management. <br />Manajemen isu melibatkan publik dalam jumlah besar demi terciptanya imej produk maupun citra dari perusahaan. Akrifitas Public Relations untuk mengembangkan manajemen isu ini sebagai bagian dari kekuatan perusahaan. Sebuah perusahaan pertambangan, sebagai misal, harus mengelola manajemen isu yang baik terhadap publik bahwa usaha yang dilakukan tidak berdampak pada kerusakan alam. <br /><br />9. Media Relations.<br />Perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap bentuk-bentuk media massa memberikan pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Liputan yang baik di media akan memberikan pencitraan yang baik pula bagi perusahaan, meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam memakai produk perusahaan, dan akhirnya menumbuhkan minat pemodal untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan. Aktifitas Public Relations inilah yang menjalin relasi dengan media dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media.<br /><br />10. Marketing Communication. <br />Kombinasi dari aktifitas menjual produk, servis, maupun ide. Iklan-iklan yang dilakukan melalui berbagai media memberikan efek yang menguntungkan pada aktifitas Public Relations. Bentuk kemasan produk yang unik dan bagaimana memajang produk di pasar merupakan terpaan dari pembentukan imej dari perusahaan yang membedakan dari perusahaan lainnya.<br /><br />11. Minority Relations/Multicultural Affairs.<br />Aktifitas Public Relations yang memfokuskan diri pada terbentuknya relasi pada kelompok minoritas yang secara langsung maupun tidak akan memberikan dampak publisitas perusahaan.<br /><br />12. Public Affairs. <br />Interaksi Public Relations yang melibatkan para ofisial dan pemimpin dari berbagai bentuk organisasi atau para pemegang kekuasaan. Relasi dengan komunitas maupun pemerintahan merupakan fokus dari aktifitas Public Relations.<br /><br />13. Special Events and Public Participant. <br />Aktifitas langsung yang melibatkan publik dan dilakukan oleh Public Relations untuk menjalin interaksi antara organisasi/perusahaan dengan publik. Dari rumusah tersebut jelas bahwa posisi Media Relations menempati bagian terpenting dari aktifitas Public Relations. Bahwa Media Relations merupakan corong atau penyuara perusahaan untuk menjangkau publik melalui media.blogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-71758811467881412232010-03-31T22:30:00.000-07:002010-03-31T22:38:40.046-07:00Meneglola Reputasi PR<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CACERAS%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="Edit-Time-Data" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CACERAS%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_editdata.mso"><!--[if !mso]> <style> v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} </style> <![endif]--><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CACERAS%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CACERAS%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:"Times New Roman";} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations#main"><span style="display: none;color:blue;" >skip to main </span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >| </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations#sidebar"><span style="display: none;color:blue;" >skip to sidebar</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/"><b><span style="color:blue;">Warna Warni Komunikasi</span></b></a></span><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="3260644239707384427"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/mengelola-reputasi.html"><span style="color:blue;">Mengelola Reputasi</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBANijRIWzUol_LkcfUVMFCdFRMiF-vdlaJh66tAdy7d9hMWmw2xxV5t__nHy9HkrWKO6kHRdmI2b8G87aG0SYA0hKxsF4y1caOdUszqERrMmwnyJ8zn3dx_ZNSKLxzWQrHqfmROrNpKbd/s1600-h/reputation.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420674840776865122" spid="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBANijRIWzUol_LkcfUVMFCdFRMiF-vdlaJh66tAdy7d9hMWmw2xxV5t__nHy9HkrWKO6kHRdmI2b8G87aG0SYA0hKxsF4y1caOdUszqERrMmwnyJ8zn3dx_ZNSKLxzWQrHqfmROrNpKbd/s400/reputation.jpg" style="'width:300pt;height:225pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg" title="reputation"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBANijRIWzUol_LkcfUVMFCdFRMiF-vdlaJh66tAdy7d9hMWmw2xxV5t__nHy9HkrWKO6kHRdmI2b8G87aG0SYA0hKxsF4y1caOdUszqERrMmwnyJ8zn3dx_ZNSKLxzWQrHqfmROrNpKbd/s400/reputation.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420674840776865122" width="400" border="0" height="300" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Ada semacam paradoks yang berkembang dalam pengelolaan reputasi, bahwa semakin dibutuhkan, reputasi cenderung semakin sulit untuk dikelola. Yang jelas, kehilangan reputasi yang baik jauh lebih gampang dibanding usaha untuk membangunnya. Sebagian orang menyatakannya dalam metafora, dibutuhkan sepuluh tahun untuk membangun reputasi yang baik, tetapi cukup satu menit saja untuk meruntuhkannya. Mempertahankan reputasi seseorang tidaklah mudah, apalagi mempertahankan reputasi yang baik dari perusahaan.
<br />
<br />Adam Joly menyatakan bahwa secara makro kunci dari pengelolaan reputasi adalah: behave well. Kelihatannya sederhana, tapi dalam prakteknya tidaklah sesederhana itu. Mengingat reputasi perusahaan merupakan resultan dari pemenuhan terhadap ekspektasi rasional dan ekspektasi emosional masing-masing stakeholder terhadap perusahaan dalam setiap momen interaksinya. Ekspektasi rasional seperti kita ketahui bersama lebih didasarkan atas kinerja atau kualitas dari produk yang dikonsumsi sedangkan ekspektasi emosional lebih didasarkan atas perilaku dan persepsi stakeholder. <b style="">Stakeholder di sini mencakup karyawan</b>, <b style="">pelanggan, pemasok, pemegang saham, LSM, ataupun pemerintah</b>. Padahal, masing-masing stakeholder memiliki derajat kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Luasnya cakupan khalayak ini mengakibatkan upaya membangun reputasi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan membangun citra perusahaan.
<br />
<br />Tidak heran jika reputasi perusahaan merupakan aset strategis, karena reputasi dapat meningkatkan value dari perusahaan yang bersangkutan. Pengalaman penulis selaku konsultan yang juga menggeluti jasa executive search menunjukkan betapa reputasi yang kuat membantu perusahaan tidak hanya dalam menjual produknya dengan harga yang menguntungkan, tetapi juga dalam menarik karyawan berpotensi tinggi untuk bekerja padanya. Perusahaan dengan reputasi yang kuat cenderung menjadi perusahaan idaman dan tambatan bagi profesional yang qualified.
<br />
<br />Wajar jika belakangan ini makin banyak perusahaan bergiat dalam mengelola reputasinya. Hanya saja, ada beberapa catatan penulis menyikapi fenomena yang terjadi di lapangan. Ada kecenderungan bahwa perusahaan melihat reputasi perusahaan lebih berdasarkan persepsi internal. Akibatnya, perusahaan terjebak dalam perspektif yang menyesatkan. Lantas, bagaimana cara untuk mengetahui seberapa kuat reputasi perusahaan? Dalam hal ini yang dapat dilakukan adalah mengukurnya melalui penelitian pasar. Proses ini dapat menunjukkan di posisi apa reputasi perusahaan jika dibandingkan dengan reputasi para pesaing. Selain itu pegukuran reputasi perusahaan juga dapat menunjukkan sektor mana saja yang perlu diprioritaskan dan secara umum berlaku sebagai road map bagi perjalanan proses pengelolaan reputasi itu sendiri.
<br />Beberapa perusahaan melakukan pengukuran reputasi dengan pendekatan media coverage untuk kemudian menterjemahkan isinya ke dalam reputation score cards. Memang opsi ini lebih baik daripada tidak ada action evaluasi sama sekali, walaupun opsi ini bukannya tidak mempunyai kelemahan. Kalau diperhatikan secara lebih seksama akan tampak betapa pendekatan ini lebih fokus kepada merekam outcome dari aktivitas humas di media, sedangkan pengaruhnya terhadap khalayak sasaran luput dari pengukuran.
<br />Secara sepintas, ada empat indikator yang dapat dipakai untuk menaksir seberapa kuat reputasi suatu perusahaan. Pertama, daya saing perusahaan dalam menjual produknya dengan harga premium pada kurun waktu yang tidak sebentar. Kedua, kesanggupan perusahaan dalam merekrut dan mempertahankan staf kunci yang berkualitas. Ketiga, konsistensi perusahaan dalam mendapatkan dukungan words of mouth berupa rekomendasi positif baik dari sisi pasokan maupun pemasaran. Keempat, keberpihakan publik ketika terjadi masalah, tidak saja dalam kemampuan perusahaan untuk berkelit dari media ataupun kritikan publik.
<br />
<br />Penulis juga mengamati, terutama saat keadaan memaksa perusahaan untuk berubah, tidak sedikit perusahaan dalam mengelola reputasinya hanya dengan perubahan yang sifatnya hanya menyentuh kulit. Perubahan kosmetis seperti penggantian logo semata tidak akan berarti banyak. Pengelolaan reputasi, apalagi bagi perusahaan yang baru saja mengalami krisis, membutuhkan perubahan yang fundamental dalam satu proses yang terintegrasi. Tidak lain, karena reputasi bukanlah sekedar masalah kepercayaan diri tetapi menyangkut jalinan yang didasarkan atas kepercayaan (trust) dan integritas.
<br />Reputasi yang kuat dibangun dari tindakan operasional sehari-hari yang konsisten dengan tata nilai perusahaan, tidak cukup satu gebrakan saja. Diperlukan segmentasi dan penentuan skala prioritas untuk membidik khalayak yang secara kritis mempunyai dampak yang tinggi (high impact), misalnya influencer yang dapat merubah opini.
<br />
<br />Untuk menjembatani perusahaan dengan khalayaknya baik dalam masa krisis maupun masa ’damai’ tentu saja dibutuhkan komunikasi yang proaktif dan terencana dengan baik.
<br />Pesan yang sesuai dengan budaya komunitas yang disasar harus dibuat sedemikian rupa sehingga lebih dari sekedar dapat diterima tetapi betul-betul menarik, menggugah, dan dapat menjadi ’mantra’. Untuk itu pesan harus dikemas secara unik dan disampaikan secara konsisten kepada khalayak yang tepat. Outreach yang baik dengan melibatkan media berpengaruh jelas sangat penting artinya untuk penyampaian pesan. Demikian halnya dengan program-program yang berkenaan dengan corporate social responsibility dan sponsorship yang sifatnya strategis. Pembentukan citra yang positif dengan iklan juga akan mampu meningkatkan reputasi perusahaan.
<br />
<br />Pengelolaan reputasi merupakan tanggung jawab bersama, tidak cukup hanya dibebankan pada bagian PR atau bahkan pimpinan perusahaan semata. Sebaliknya, tanpa dukungan dari manajemen puncak, pengelolaan reputasi cenderung akan berjalan di tempat. Masing-masing pihak dituntut untuk tidak hanya sadar atau percaya terhadap proses pengelolaan reputasi, tetapi juga berkomitmen untuk secara konsisten mewujudkannya. Untuk itu harus ada konsensus antara manajemen dan karyawan dalam tata nilai utama (core values) dan tujuan perusahaan. Meskipun demikian, perlu diorganisasikan dengan jelas antara pengelolaan reputasi perusahaan dan pengelolaan reputasi produk. Masing-masing mempunyai porsi dan penanggung jawab sendiri-sendiri dan diatur sedemikian rupa agar tidak saling berbenturan sehingga tidak kontra produktif.
<br />
<br />Pengelolaan reputasi yang efektif tidak bisa dilepaskan dari peran bisnis perusahaan dalam menangkap peluang (ofensif) dan menanggulangi ancaman (defensif). Strategi ofensif bisa diterapkan saat launching produk baru, melakukan akuisisi atau merubah model bisnis. Dengan demikian, reputasi menjadi bagian dari karakter, budaya, dan DNA perusahaan, yang penulis perlu tekankan kembali: harus direfleksikan dalam kegiatan operasional sehari-hari. Tidak boleh dilupakan, karyawanlah yang dalam prakteknya berperan sebagai duta yang akan mempengaruhi reputasi perusahaan. (Ditulis oleh : A.B. Susanto) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=3260644239707384427" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_3" spid="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_3" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="7960960271129853213"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/corporate-identity-sejarah-dan.html"><span style="color:blue;">Corporate Identity, Sejarah Dan Aplikasinya</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/corporate-identity-sejarah-dan.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg0KO_Bp9nAVjZcAaeebAxXgAH7Wf8iOCiyH8hwrX9E0276PENuUi4HPbPLpvNakWN4uaDazDsXDiaAauZVgBUymXHEbj7I8yuLtffBsnzIt6TJQ9wtyeNOjtzB1Yff89MXeA_NCoBnW8r/s1600-h/ci.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420669837414325362" spid="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg0KO_Bp9nAVjZcAaeebAxXgAH7Wf8iOCiyH8hwrX9E0276PENuUi4HPbPLpvNakWN4uaDazDsXDiaAauZVgBUymXHEbj7I8yuLtffBsnzIt6TJQ9wtyeNOjtzB1Yff89MXeA_NCoBnW8r/s400/ci.jpg" style="'width:262.5pt;height:300pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.jpg" title="ci"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg0KO_Bp9nAVjZcAaeebAxXgAH7Wf8iOCiyH8hwrX9E0276PENuUi4HPbPLpvNakWN4uaDazDsXDiaAauZVgBUymXHEbj7I8yuLtffBsnzIt6TJQ9wtyeNOjtzB1Yff89MXeA_NCoBnW8r/s400/ci.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420669837414325362" width="350" border="0" height="400" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Dalam era globalisasi dewasa ini, dan dengan berkembangnya pasar (market), banyak perusahaan bersaing untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli produknya. Salah satu cara untuk bersaing dan dapat bertahan di dalam pasar yang terus erkembang ini adalah dengan menciptakan suatu image dan identitas graphic. Tulisan ini akan membahas tentang corporate identity, image, fungsi dan aplikasinya.
<br />
<br />Di dalam pasar (market) yang penuh dengan perusahaan-perusahaan besar dan kecil, yang masing-masing bersaing untuk menarik perhatian konsumen, image suatu perusahaan menjadi sangat penting terhadap keberhasilan perusahaan tersebut. Banyak perusahaan, terutama perusahaan-perusahaan besar yang sadar akan pentingnya menciptakan dan mempertahankan sebuah identitas grafts yang kuat dan mantap. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi produk-produk yang sama dan bersaing dalam pasar yang bertambah luas, sebuah identitas grafts menjadi sebuah ciri yang menonjol dari sebuah perusahaan (dan / atau produk).
<br />Saat ini perusahaan-perusahaan besar yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kemampuan berkomunikasi secara visual (graphic) mulai berkembang pesat. Sebagai konsekuensinya, banyak desainer komunikasi visual yang dibutuhkan tenaganya untuk menciptakan dan mengembangkan konsep suatu sistem identitas perusahaan. Selain itu, seorang desainer komunikasi visual mempunyai tanggung jawab
<br />untuk membuat identitas itu menjadi alat jual yang efektif.
<br />
<br /><b>Sejarah Corporate Identity</b>
<br />Sejarah corporate identity yang merupakan salah satu aplikasi desain komunikasi visual, tidak terlepas dari sejarah desain komunikasi visual itu sendiri. Bentuk paling sederhana dari corporate identity adalah simbol. Manusia telah menggunakan simbol untuk berkomunikasi sejak jaman purba (Jaman Gua) untuk menceritakan dan mencatat apa yang mereka alami dan kerjakan sehari-hari. Tetapi bentuk identitas grafis yang paling awal bermula pada jaman di mana para pembuat barang-barang tembikar membuat tanda pada bagian bawah dari barang-barang tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh para peternak dengan menandai ternak-ternak mereka. Bentuk identitas grafis lain adalah lambang-Iambang pada perisai-perisai para kesatria dan bendera-bendera kerajaan pada jaman Medieval.
<br />
<br />Pada jaman moderen, identitas grafis mulai berkembang pada masa industrialisasi
<br />dimana barang-barang yang dihasilkan dari pabrik dan dikemas. Karena banyaknya
<br />perusahaan yang memproduksi jenis barang yang sarna, maka diperlukan suatu identitas untuk membedakan produksi perusahaan A dari perusahaan B. Dari sinilah kita mengenal yang disebut logo dan cap atau merek dagang (trademark) yang digunakan untuk memasarkan barang-barang tersebut. Merek dagang yang berkembang pada rnasa ini antara lain Kodak, Singer dan Coca-Cola. Walaupun demikian logo-logo tersebut hanya bersifat dekoratif, bukan bersifat "menjual".
<br />
<br />Perkembangan nyata dalam desain logo adalah pada rnasa setelah Perang Dunia II, dimana Amerika memasuki era kemakmuran dan banyak orang memasuki sekolah-sekolah ternama dan mulai menekuni bidang ini. Periode ini menandai "trend" dalam
<br />desain trademark. Sampai saat sebelum itu, grafis hanya digunakan sebagai dekorasi.
<br />Belum ada pemahaman tentang hubungan antara desain dan keberhasilan dalam pasar
<br />.Para desainer mulai menjual desain mereka kepada para pengusaha sebagai alat penjualan dan pemasaran.
<br />
<br />Perusahaan desain pertama yang berspesialisasi di bidang trademark design adalah Lippincott & Margulies. Perusahaan inilah yang menjadi “trend setter”. Pada Jaman Gua. kurang lebih 30.000 tahun yang lalu. manusia menggunakan simbol-simbol untuk
<br />berkomunikasi. Simbol-simbol ini berupa gambar-gambar sederhana dari benda-benda yang ada di sekeliling mereka. seperti: binatang, pohon, senjata, dan lain-lain. Gambar-gambar ini disebut pictograph.
<br />
<br />Pada tahun 1950 dan 1960-an. dengan berkembangnya banyak perusahaan multinasional. menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya kebutuhan desain
<br />trademark untuk satu jenis produk atau jasa. Pada masa inilah puncak kejayaan desain
<br />trademark. Identitas visual pada masa ini benar-benar “mengatakan”, "Saya ingin benar-benar berbeda dan menarik dari yang lain. Dengan kata lain identitas visual mulai benar- benar memiliki konsep yang kuat dan ingin menyampaikan dan mengkomunikasikan
<br />sesuatu.
<br />
<br />Di tahun 1970-an popularitas identitas visual mulai menurun. Hal ini dikarenakan pada masa itu banyak negara yang terkena krisis ekonomi (Great Depression). Sehingga banyak perusahaan yang mengencangkan ikat pinggangnya. Mereka lebih memilih untuk bersifat low profile. dan menggunakan uang untuk program-program sosial daripada untuk memperbaiki image mereka.
<br />
<br />Setelah era Great Depression berakhir. banyak perusahaan kecil dan besar yang melebarkan sayapnya. sehingga pada tahun 1980-an identitas visual mulai banyak digemari kembali. Banyak perusahaan yang mendesain ulang logo mereka untuk menciptakan image yang baru. Selain itu banyak pula produk baru yang muncul, sebagai konsekuensinya dibutuhkan pula trademark-trademark baru untuk produk-produk tersebut.
<br />
<br /><b>Corporate Image Versus Corporate Identity</b>
<br />Perusahaan, seperti halnya manusia mempunyai karakter. kesan dan filosofi sendiri-sendiri. Meskipun demikian. rnasyarakat sering menganggap bahwa perusahaan adalah perusahaan. mereka "dingin" dan tidak mempunyai karakter, dengan kata lain mereka hanyalah benda. Sebuah trademark. suatu bagian dari identitas perusahaan yang lebih sering tampak. membantu "memanusiakan" suatu perusahaan dengan menampilkan
<br />sifat-sifat perusahaan tersebut dalam bentuk simbol. Simbol yang ditampilkan mencerminkan identitas perusahaan dan membentuk image perusahaan itu secara positif. Inilah salah satu perbedaan antara image dan identity.
<br />
<br /><b>a. Corporate Image</b>
<br />Corporate image adalah bagaimana suatu perusahaan dipersepsikan dan dilihat oleh masyarakat atau publik, dalam hal ini konsumen, pesaing, suplier, pemerintah dan masyarakat umum. Corporate image terbentuk dari kontak dengan perusahaan tersebut
<br />dan dengan menginterpretasikan informasi mengenai perusahaan tersebut. Informasiinformasi ini dapat didapatkan dari produk-produk dan iklan-iklan dari perusahaan tersebut.
<br />
<br />Image dapat terus berubah secara konsisten. Dengan berkembangnya informasi, jaman dan trend bisnis, informasi-informasi baru ditambahkan atau memodifikasi kesan yang telah ditampilkan. Contohnya, sebuah perusahaan yang berkembang dan memiliki staf dari sebanyak 10 orang menjadi 75 orang dalam waktu 2 tahun dapat memberikan kesan bahwa perusahaan itu menguntungkan. Tetapi, kepada orang lain dapat berkesan
<br />bahwa perusahaan ini terlalu cepat maju.
<br />
<br />Pesan dan kesan yang hendak disampaikan oleh suatu perusahaan dapat disalahartikan dan dapat pula diacuhkan oleh masyarakat. Dan karena pesan dan kesan yang hendak disampaikan itu umumnya lebih dari satu, maka suatu corporate image yang baik harus mempunyai dan menunjukkan karakter-karakter di bawah ini:
<br />
<br /><b>1. Memiliki respon emosiona1 yang kuat.</b>
<br />Kekuatan respon ini berkembang seiring dengan lamanya suatu image digunakan.
<br />Suatu image yang baik dapat bertahan menghadapi tekanan-tekanan dan para pesaing
<br />dan mendarahdaging dalam benak konsumen. Contohnya, perusahaan minuman ringan
<br />Coca Cola yang ingin memberikan image bahwa minuman ringan tersebut
<br />menyegarkan. Walaupun saat ini banyak pesaing yang memproduksi minuman ringan sejenis, seperti Pepsi, perusahaan ini tetap menduduki puncak penjualan minuman ringan dan disukai oleh konsumen tua maupun muda.
<br />
<br /><b>2. Memperlihatkan kekuatan.</b>
<br />Konsumen ingin merasakan kekuasaan dan kekuatan dari suatu perusahaan melalui
<br />produk dan jasanya. Konsumen juga membutuhkan perasaan bahwa mereka berurusan
<br />dengan perusahaan yang stabil dan dapat diandalkan pada saat mereka membeli produk dan jasa atau berinvestasi dalam perusahaan itu. Contohnya, dari berpuluh-puluh merek mie instan yang tersedia di pasar, merek Indo Mie yang paling dicari dan
<br />dibeli oleh konsumen. Salah satu a1asannya adalah karena produsen Indo Mie termasuk perusahaan yang dapat dipercaya dan diandalkan mutu dan produknya.
<br />
<br /><b>3. Menunjukkan penga1aman, kepercayaan diri dan tradisi.</b>
<br />Jika sebuah perusahaan telah memiliki dan mengembangkan karakter-karakter ini, maka ia dapat memperkenalkan produk atau jasa baru berdasarkan "penampilan"
<br />terdahulu. Keyword seperti, "Satu lagi dari Mayora", sangat efektif. Di sini perusahaan makanan ringan (snack) Mayora selain memperkenalkan satu produk baru lagi, juga secara tidak langsung menekankan pada pengalaman mereka selama bertahun-tahun di bidang ini.
<br />
<br /><b>b. Corporate Identity</b>
<br />Corporate identity adalah suatu bentuk visual dan ekspresi graphis dari image dan identitas suatu perusahaan.3 Sebagai bentuk visual, corporate identity menampilkan
<br />simbol yang mencerminkan image yang hendak disampaikan. Sebagai suatu ekspresi
<br />grafis, sebuah identitas perusahaan dapat diciptakan dan mempengaruhi nasib dari
<br />perusahaan tersebut.
<br />
<br />Sebuah corporate identity yang efektif harus memiliki karakter-karakter sebagai
<br />berikut:
<br />
<br /><b>1. Simbolisme yang sederhana tetapi mengena.</b>
<br />Kesederhanaan adalah dasar dari kombinasi identitas brand-package-symbol yang
<br />baik. Semakin sederhana suatu simbol, semakin jelas pula pesan yang hendak disampaikan.
<br />
<br /><b>2. Mempunyai pemicu visual yang kuat.</b>
<br />Sebuah simbol yang efektif harus mampu memicu respon terhadap suatu produk atau
<br />perusahaan. Di saat di mana konsumen berurusan dengan perusahaan itu, maka ia
<br />hanya perlu memikirkan produk atau jasa dari perusahaan tersebut, dan nama
<br />perusahaan itu akan diingat dengan sendirinya. Contohnya, bila kita ingin membeli. Pada tahun 1959 dalam majalah Print, William Golden, seorang desainer komunikasi visual mengatakan, "Image adalah bagaimana Anda dilihat dan dipersepsikan; identitas adalah siapa diri Anda." Minyak goreng, maka kebanyakan dari kita akan mengingat bahkan langsung membeli merek Bimoli.
<br />
<br /><b>3. Identitas sebagai alat promosi dan pemasaran.</b>
<br />Corporate identity ada1ah alat promosi yang sangat efektif dan aktif. Walaupun kampanye untuk suatu iklan produk berakhir, tetapi identitas tetap dipakai sampai
<br />bertahun-tahun.
<br />
<br /><b>4. Corporate identity harus dapat diingat dan mengesankan. </b>
<br />Suatu corporate identity yang baik mempunyai dua sifat : mengusulkan suggestiveness) dan mengingatkan (recall).5 Bila konsumen ingin membeli suatu produk, maka ia akan teringat nama suatu perusahaan, ini disebut mengusulkan (suggestion). Bila konsumen ini kemudian datang lagi dan membeli produk yang sama dan ia menghubungkan kembali dengan produsennya, maka ini disebut mengingatkan (recall).
<br />
<br />Sebuah perusahaan yang baik harus dapat menyampaikan image sesuai dengan
<br />identitasnya. Dalam suatu perusahaan, image adalah kesan yang diberikan oleh
<br />perusahaan itu kepada publik melalui produk-produknya, kegiatan-kegiatannya, dan
<br />usaha-usaha pemasarannya. Karena itu dibutuhkan sebuah identitas yang kuat sebagai
<br />patokan untuk menciptakan image atau kesan yang ingin disampaikan. Sebaliknya, image merupakan cerminan dari suatu perusahaan.
<br /><b>
<br /></b>Fungsi Corporate Identity
<br />Selain berfungsi sebagai identitas perusahaan, corporate identity juga mempunyai
<br />fungsi-fungsi lain, antara lain :
<br />
<br /><b>1. Sebagai alat yang menyatukan strategi perusahaan.</b>
<br />Sebuah corporate identity yang baik harus sejalan dengan rencana perusahaan tersebut
<br />- bagaimana perusahaan itu sekarang dan bagaimana di masa yang akan datang. Selain itu corporate identity harus dapat dengan tepat mencerminkan image perusahaan, melalui produk dan jasanya.
<br />
<br /><b>2. Sebagai pemacu sistem operasional suatu perusahaan.</b>
<br />Pertanyaan pertama yang muncul dalam pembuatan corporate identity adalah
<br />bagaimana suatu perusahaan ingin dilihat oleh publik. Pertanyaan ini secara tidak
<br />langsung membuat personil-personil perusahaan tersebut berpikir dan mengevaluasi
<br />sistem operasional mereka selama ini. Dari sini dapat ditemukan kelemahan atau
<br />kesalahan yang selama ini dilakukan, sehingga tercipta tujuan perusahaan yang lebih
<br />baik dan mantap.
<br />
<br /><b>3. Sebagai pendiri jaringan network yang baik.</b>
<br />Sebuah perusahaan yang berimage positif, stabil, dapat dipercaya dan diandalkan akan
<br />menarik perhatian para investor untuk menanamkan modal dalam perusahaan tersebut.
<br />Jenis perusahaan yang seperti ini juga yang mendapat banyak keringanan saat ia
<br />membutuhkan tambahan modal dari bank. Produk-produk dari perusahaan ini juga
<br />mungkin menjadi produk yang paling laku dan digemari di pasar.
<br />
<br /><b>4. Sebagai alat jual dan promosi.</b>
<br />Perusahaan dengan image yang positif berpeluang besar untuk mengembangkan
<br />sayapnya dan memperkenalkan produk atau jasa baru. Konsumen yang telah lama
<br />memakai produk dari perusahaan tersebut akan dengan setia terus memakai produk
<br />itu. Mereka akan lebih menerima karena telah membuktikan sendiri bahwa produk itu
<br />benar-benar cocok untuk mereka.
<br />
<br /><b>Aplikasi Corporate Identity</b>
<br />Tahap terakhir dari proses desain corporate identity adalah aplikasi. Dalam tahap
<br />ini seorang desainer komunikasi visual harus tahu apa yang penting dan efektif untuk
<br />bentuk desain komunikasi visual ini; apakah itu aplikasi pada business stationery, catalog, daftar harga, gedung perusahaan, bahkan kendaraan perusahaan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menciptakan suatu sistem komunikasi visual yang efektif dan menyatu.
<br />
<br />Berkonsultasi dengan klien juga sangat penting dalam tahap ini. Karena bagaimanapun juga merekalah yang selama ini berurusan dengan perusahaan tersebut dan merekalah yang paling banyak tahu tentang perusahaan tersebut dan apa yang dibutuhkan.
<br />
<br />Banyak sekali aplikasi corporate identity yang sering digunakan, antara lain:
<br />1. Business Stationery (kop surat, amplop, memo, kartu nama,forms, bon, dan lain-lain).
<br />2. Advertising
<br />3. Poster
<br />4. Brosur dan katalog
<br />5. Signage system
<br />6. Gedung perusahaan
<br />7. Annual Report (Laporan Tahunan)
<br />8. Newsletter (Buletin perusahaan)
<br />9. Kendaraan perusahaan
<br />
<br /><b>Kesimpulan</b>
<br />Corporate identity yang dulunya hanya bersifat dekoratif sekarang telab berkembang menjadi salab satu elemen dalam strategi perusabaan, yang mencerminkan rencana perusahaan yang matang. Sebuab corporate identity yang baik harus sejalan dengan strategi dan rencana perusahaan tersebut. Selain itu ia juga hams dapat menciptakan image, yaitu cerminan dari perusahaan tersebut; bagaimana perusabaan itu dilihat oleh publik.
<br />
<br />Dalam menciptakan suatu corporate identity, seorang desainer komunikasi visual
<br />harus tabu image yang ingin disampaikan oleh perusabaan tersebut dan mengimplementasikan pada identity yang diciptakan. la juga hams dapat menciptakan
<br />suatu si stem identity yang efektif dan menyatu pada aplikasi-aplikasinya.Tulisan oleh : Christine Suharto Cenadi)
<br />
<br /><b>Kepustakaan</b>
<br />Abbey, Norman. Notes. Art 50A, Pasadena City College. Pasadena, California. 1992.
<br />Arntson, Amy E. Graphic Design Basics. Holt, Reinhart and Winston, Inc., Orlando.
<br />1988
<br />Cotton, Bob. The New Guide to Graphic Design. Phaidon, Oxford. 1990.
<br />De Neve, Rose. The Designer's Guide to Creating Corporate ID Systems. North Light
<br />Books, Cincinnati, Ohio. 1992.
<br />Falzone, Michael. Notes. Graphic Design n. American College for the Applied Arts, Los
<br />Angeles, California. 1994.
<br />Napoles, Veronica. Corporate Identity Design. Van Nostrand Reinhold, New York. 1988.
<br />Wells, William. Advertising -Principles and Practice 3 rd Edition. Phaidon, Oxford. 1990. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=7960960271129853213" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_5" spid="_x0000_i1028" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_5" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="8353533673660868961"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/press-tour.html"><span style="color:blue;">PRESS TOUR</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati on Minggu, 27 Desember 2009 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/media"><span style="color:blue;">media</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >, </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/press-tour.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8roTYFxeZPJYHd-nO3xJs8_VC4ekbXuAXu94KDSOYEin1OtxrzmlvMxlBp__GmB0SjRH3V-CzCvFsiSBfPwZ7QrW_js-QndEXmIMYohsOSLRzlj9FmBth4QbhxHn4gcXPsp7-jvJu-yKq/s1600-h/Hamas+press+tour.jpe.jpeg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420101275032126322" spid="_x0000_i1029" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8roTYFxeZPJYHd-nO3xJs8_VC4ekbXuAXu94KDSOYEin1OtxrzmlvMxlBp__GmB0SjRH3V-CzCvFsiSBfPwZ7QrW_js-QndEXmIMYohsOSLRzlj9FmBth4QbhxHn4gcXPsp7-jvJu-yKq/s400/Hamas+press+tour.jpe.jpeg" style="'width:300pt;height:189pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg" title="Hamas+press+tour"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8roTYFxeZPJYHd-nO3xJs8_VC4ekbXuAXu94KDSOYEin1OtxrzmlvMxlBp__GmB0SjRH3V-CzCvFsiSBfPwZ7QrW_js-QndEXmIMYohsOSLRzlj9FmBth4QbhxHn4gcXPsp7-jvJu-yKq/s400/Hamas+press+tour.jpe.jpeg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420101275032126322" width="400" border="0" height="252" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />
<br />
<br />Sebagaimana yang telah sisampaikan bahwa tujuan mendasar dari humas adalah membangun hubungan dengan publik kunci perusahaan ( Ledingham dan Bruning, 1998; Hon dan Grunic, 1999
<br />
<br />Peran pers menjadi penting sebagai Penyambung lidah dalam menyampaikan berita tentang aktivitas perusahaan agar mendapat pengakuan dari publik. Pemberitaan yang terintegrasi ari hulu sampai hilir, dari a sd z merupakan idaman setiap perusahaan/organisasi agar publiknya mengetahu segala ktivitasnya. Salah satu cara yang dilakukan PR agar wartawan/media mampu memberitakan perusahaannya secara menyeluruh dan seimbang tanpa ada yang dilewati, perusahaan kerapkali menyelenggaran acara Pres Tour.
<br />
<br />Press Tour adalah :suatu kegiatan yang mengajak insan pers bersama-sama melakukan perjalanan wisata sambil menyampaikan informasi-informasi penting tentang perusahaan.
<br />
<br />Kegiatan Press Tour yang dilaksanakan oleh PR Perusahaan biasanya terbagi dalam kegiatan kegiatan kegiatan kerja berikut :
<br />- Kegiatan rutin : Promosi rutin
<br />- Peristiwa penting :
<br />- Peresmian Kantor Cabang
<br />- Launching product
<br />- Studi banding
<br />
<br />Membawa tim wartawan ke luar daerah tentu bukanlah persoalan yang sederhana. Wartawan tersebut harus diurus dari a sd z dan diberikan kenyamanan selama perjalanan/peliputan. Sudah barang tentu konsekuensi yang paling terasa untuk kegiatan ini adalah besarnya biaya yang diperlukan. Namun perusahaan tetap saja memasukan kegiatan Press Tour sebagai salah satu agenda kerja yang strategis. Sudah barang tentu hal ini terkait dengan manfaat Press Tour bagi PR/Perusahaan. Manfaat tersebut diantaranya :
<br />- Meningkatkan citra perusahaan
<br />- Hubungan baik
<br />- Pemberitaan gratis
<br />- Menumbuhkan kepercayaan pers terhadap perusahaan
<br />- Menjadi “kepanjangan” mata dan pikiran
<br />
<br />Sebaliknya pihak Pers selalu menyambut baik ajalan Press Tourdariperusaan. J-Hal ini bukan semata-mata karena kunjungan/wisata gratis. Banyak manfaat yang diperoleh insan Pers dengan mengikuti Pers Tour. Manfaat tersebut adalah:Memancing kegairahan insan pers dalam menyampaikan informasi kepada publik
<br />- Refreshing
<br />- Hubungan baik
<br />- Memahami kegiatan perusahaan
<br />- Memperoleh informasi yang lengkap
<br />
<br />Persiapan Pers Tour
<br />Sebagaimana yang telah disampaikan kegiatan Press Tour memiliki konsekuensi ke biaya, pun juga ke wartawan yang harus meyediakan waktunya untuk meninggalkan bangku perkerjaan dengan berganti melakukan liputan perusahaan kita. Oleh karena itu, agar kegiatan Press Tour memberikan hasil maksimal kepada kedua belah pihak, perlu diperhatikan tip berikut :
<br />- Tentukan Tema liputan ; biasanya disesuaikan dengan kegiatan
<br />- Tentukan Tujuan
<br />- Siapkan materi pendukung
<br />- Tentukan peserta
<br />- Tentukan waktu kunjungan
<br />- Siapkan petugas pendamping dari PR
<br />- Koordinasi dengan kantor daerah tujuan
<br />- Siapkan transportasi, akomodasi dan konsumsi
<br />- Siapkan media kit
<br />- Tentukan anggaran <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=8353533673660868961" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_7" spid="_x0000_i1030" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_7" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="7436594301166400702"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/press-conference-jumpa-pers.html"><span style="color:blue;">JUMPA PERS</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/media"><span style="color:blue;">media</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >, </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/press-conference-jumpa-pers.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmRuVG3dY_VG1gbadNokImwrdW27Fw3T_ERbNe48VUWn3DEfFfZHxZtH7LBi9bK2qO9yE7ccezeDK_8mPeqMqMB2uai2lJavMj7hZmpdr18XJl2szdLsHAuvBAIHEtOeA6krOKTwWFkLUg/s1600-h/Press_Conference_05_July_2006_01.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420100344565922690" spid="_x0000_i1031" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmRuVG3dY_VG1gbadNokImwrdW27Fw3T_ERbNe48VUWn3DEfFfZHxZtH7LBi9bK2qO9yE7ccezeDK_8mPeqMqMB2uai2lJavMj7hZmpdr18XJl2szdLsHAuvBAIHEtOeA6krOKTwWFkLUg/s400/Press_Conference_05_July_2006_01.jpg" style="'width:300pt;height:199.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.jpg" title="Press_Conference_05_July_2006_01"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmRuVG3dY_VG1gbadNokImwrdW27Fw3T_ERbNe48VUWn3DEfFfZHxZtH7LBi9bK2qO9yE7ccezeDK_8mPeqMqMB2uai2lJavMj7hZmpdr18XJl2szdLsHAuvBAIHEtOeA6krOKTwWFkLUg/s400/Press_Conference_05_July_2006_01.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420100344565922690" width="400" border="0" height="266" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />
<br />Kegiatan media relations lainnya yang paling sering dilakukan adalah konferensi pers atau jumpa pers. Kegiatan ini dilakukan dengan mengundang wartawan untuk berdialog, di mana materi sudah disiapkan secara matang oleh Humas. Inilah yang menjadi kelebihan dari kegiatan ini, yaitu aspek diskusi atau tanya jawab.
<br />
<br />Konferensi pers adalah acara pertemuan para jurnalis yang disengaja berkumpul / dikumpulkan untuk mendapatkan / diberikan suatu informasi perihal topik yang tengah hangat dibicarakan.
<br />
<br />Terdapat beberapa alas an mengapa jumpa pers perlu diselnggarakan. Alasan-alasan itu diantaranya adalah :
<br />- Menyambut peristiwa/kegiatan penting dan besar.
<br />- Dilakukan sesudah suatu kegiatan berlangsung.
<br />- Konferensi pers yang dikenal dengan sebutan press briefing, yaitu jumpa pers yang dilakukan secara rutin selama berlangsungnya suatu acara
<br />
<br />Dalam jumpa pers ada jugayang disebut Pers Briefing. Kegiatan Press briefing ini biasanya dilakukan pada acara-acara atau kegiatan akbar. Misalnya dalam kongres nasional maupun internasional yang berlangsung beberapa hari, atau sidang tahunan lembaga/instansi. Dalam kegiatan seperti itulah dilakukan temu wartawan secara rutin untuk menginformasikan hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
<br />
<br />Kegiatan konperensi Pers ini biasanya disambut dengan baik oleh wartawan. Biasanya mereka hadir sesuatu dengan waktu yang ditentukan oleh penyelenggara. Konferensi Pers memang diperlukan oleh wartawan dengan alasan :
<br />- Untuk mencari informasi/berita yang diperlukan medianya;
<br />- Konfirmasi atau cek ulang ucapan informan agar tidak salah kutip; kunjungan persahabatan ;
<br />- Penawaran kerjasama sponsorship untuk kegiatan organisasi kewartawanan.
<br />
<br />Dilain pihak, Konferensi Pers juga tidak sedikit artinya bagi PR, maka dengansegala konsekuensinya yang harus mengeluarkan biaya dan tenaga pihak perusahaan juga berkepentingan untuk menyelenggarakan konperensi Pers mengingat beberapa manfaatnya yaitu :
<br />- Menyebarkan informasi positif kepada publik tentang kegiatan lembaga seperti pergantian pimpinan, penandatanganan kerjasama :
<br />- Menetralisir atau membantah berita yang tidak benar atau negatif tentang lembaga, manajemen, atau karyawan;
<br />- Meningkatkan citra yang dapat menunjang kegiatan lembaga/instansi;
<br />- Membina hubungan secara langsung dengan pers.
<br />
<br />Dalam konperensi pers akan timbul komunikasi timbal balik antara nara sumber dan wartawan. Pertanyaan-pertanyaan wartawan bila tidak dimonitor/diatur dengan baik seringkali keluar dari konteks penyelengaraan konperensi pers itu sendiri. Oleh karenanya PR sebagai penyelenggaran konperensi pers seperti itu harus melakukan persiapan dengan pernyataan lisan dan tulisan. Sebaliknya wartawan juga sudah mempersiapkan diri mengajukan pertanyaan secara lisan
<br />
<br />Keunggulan konferensi Pers
<br />Beberapa keunggulan yang bisa diperoleh dengan kita melakukan konperensi Pers :
<br />- Konperensi Pers paling efektif untuk mengklarifikasi masalah
<br />- Satu kali menyampaikan informasi sudah mencakup banyak media (merata), dan informasi yang akan ditampilkan di media akan sama
<br />- Masalah dapat segera terselesaikan.
<br />
<br />Jika dilihat dari sisi media massa, maka tujuan kedatangan wartawan ke konferensi pers atau ke kantor perusahaan adalah; untuk mencari informasi/berita yang diperlukan medianya; konfirmasi atau cek ulang ucapan informan agar tidak salah kutip; kunjungan persahabatan; penawaran kerjasama sponsorship untuk kegiatan organisasi kewartawanan.
<br />
<br />Sedangkan dari sisi humas, konferensi pers bermanfaat untuk; menyebarkan informasi positif kepada publik tentang kegiatan lembaga/instansi, seperti penandatanganan kerjasama dan pergantian pimpinan; menetralisir atau membantah berita yang tidak benar atau negatif tentang lembaga, manajemen, atau karyawan; meningkatkan citra yang dapat menunjang kegiatan lembaga/instansi; membina hubungan secara langsung dengan pers.
<br />
<br />Dari kepentingan-kepentingan di atas, maka penyelenggaraan jumpa pers ini bisa atas inisiatif lembaga humas, bisa pula atas permintaan waratawan yang menginginkan informasi lebih lengkap tentang suatu peristiwa menarik yang terjadi di masyarakat Namun siapapun yang berinisiatif, tetap lembaga/instansi yang terlibat dalampenyelenggaraan konferensi pers harus sudah mempersiapkan diri dengan pernyataan lisan dan tulisan. Karena sebaliknya, wartawan juga sudah mempersiapkan diri mengajukan pertanyaan secara lisan. Maka di sinilah akan diuji pejabat yang bersangkutan dalam menjawab pertanyaan. Di sini wartawan dapat menilai kualitas pejabat tersebut.
<br />
<br />Oleh karenanya agar keunggulan-keunggulan tersebut manfaatnya dapat kita petik secara maksimal terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Konferensi Pers ?
<br />- Tujuan : Harus ada alasan mengapa konferensi dilakukan. Apakah berita/informasi yang akan disampaikan benar-benar perlu diliput pers atau tidak. Apakah kita sudah yakin tentang sesuatu yang akan kita sampaikan.
<br />- Waktu pelaksanaan : Memilih tanggal yang tepat dan mempersiapkan dengan matang dari jauh hari sebelumnya, sehingga berbagai pihak yang diundang dapat menyesuaikan jadwalmereka.
<br />- Menyesuaikan waktu/tanggal pertemuan dengan jadwal kerja orang-orang pers. Lama dan jalannya konferensi pers diatur secara ringkas, padat, jelas dan terarah agar waktu tidak terbuang bagi kalangan pers.
<br />- Pilih tanggal dan saat yang akan memungkinkan hadirnya sebanyak mungkin kalangan pers agar sesuatu yang hendak disampaikan pada acara tersebut bisa memperoleh publikasi yang maksimal.
<br />- Tempat penyelenggaraan : Memilih tempat yang menarik agar peserta tertarik dan bersemangat menghadirinya, harus mudah dijangkau oleh berbagai pihak yang diundang, memiliki ukuran ruang yang cukup luas untuk menampung jumlah undanganyang hadir, memiliki sarana yang lengkap untuk penyelenggara, seperti pengeras suara, toilet, lapangan parkir yang cukup, slide/OHP/In Focus/Video.
<br />- Daftar tamu : mengidentifikasi siapa pihak-pihak yang diundang, mengecek ulang datang tidaknya undangan melalui telefon, mempersiapkan segala sesuatu, membuat daftar hadir/buku tamu untuk wartawan yang hadir, berisikan nama media massa yang diwakilinya, alamat, dan paraf mereka. Jika ada wartawan yang tidak diundang, usahakan untuk tetap melayaninya dengan baik. Identifikasikan setiap tamu dengan papan nama kecil di dada agar mereka mudah dikenali. Sebaiknya warna dibuat berbeda dari yang dikenakan oleh para petugas penyelenggara.
<br />- Persiapan : untuk bisa melaksanakan konferensi pers yang baik, Anda harus mempersiapkan segala sesuatu dengan sematang mungkin.
<br />
<br />Persiapan sebelum pelaksanaan :
<br />- Kirimkan undangan kepada redaksi minimal tiga hari sebelum konferensi pers dilangsungkan.
<br />- Mengecek kembali undangan yang sudah dikirim itu, apakah sudah diterima atau belum oleh pihak redaksi.
<br />- Membuat press release tentang topik yang ingin disampaikan kepada pers.
<br />- Menunjuk dan mempersiapkan juru bicara dengan baik. Diusahakan yang mengetahui betul permasalahan yang akan dibahas dalam pertemuan ini.
<br />- Dapat menyediakan konsumsi yang sesuai dengan suasana dan waktu.
<br />- Sediakan souvenir (kalau ada)
<br />- Memperkirakan pertanyaan.
<br />
<br />Konsep perencanaan (sebelum acara konperensi Per), dengan kunci:
<br />- Memiliki alasan yang jelas
<br />- kepastian akan anggaran yang tersedia.
<br />- Tempat yang nyaman dan mudah dicapai (accessible).
<br />- Memilih tanggal yang tepat
<br />- Daptar undangan
<br />- Persiapkan makanan kecil.
<br />
<br />Konsep pelaksanaan, dengan kunci:
<br />- Buatlah agenda umum : nara sumber, tanya jawab
<br />- Menyediakan Media Kit yang layak.
<br />
<br />Konsep setelah pelaksanaan (setelah acara konperensi pers), dengan kunci:
<br />- Kirimkan media kit kepada undangan yang tidak hadir.
<br />- Buatlah kliping terhadap liputan media cetak yang memuat konferensi pers tersebut serta rekaman liputan dari media elektronik.
<br />- Sampaikanlah hasil peliputan media kepada manajemen.
<br />- Siapkan laporan umum yang meliputi evaluasi berbagai aspek penyelenggaraan konferensi untuk acuan di masa datang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=7436594301166400702" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_9" spid="_x0000_i1032" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_9" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="8408862970595889104"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/press-release.html"><span style="color:blue;">PRESS RELEASE</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/press-release.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeZzRUmXTV89XIodKR51Zct3U2jYSgtkdw-AChfP4fEF2xT7Z0IIIuogc2BnT0d7JOF7CF34SC9xZJS-GHt78I5GwP6AZqLu1cdzH7RrHAE3gW2eGjp55KlyZI6MszyDcwKwcVPz9fywH8/s1600-h/press-release.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420093728119499810" spid="_x0000_i1033" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeZzRUmXTV89XIodKR51Zct3U2jYSgtkdw-AChfP4fEF2xT7Z0IIIuogc2BnT0d7JOF7CF34SC9xZJS-GHt78I5GwP6AZqLu1cdzH7RrHAE3gW2eGjp55KlyZI6MszyDcwKwcVPz9fywH8/s400/press-release.jpg" style="'width:262.5pt;height:272.25pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg" title="press-release"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeZzRUmXTV89XIodKR51Zct3U2jYSgtkdw-AChfP4fEF2xT7Z0IIIuogc2BnT0d7JOF7CF34SC9xZJS-GHt78I5GwP6AZqLu1cdzH7RrHAE3gW2eGjp55KlyZI6MszyDcwKwcVPz9fywH8/s400/press-release.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420093728119499810" width="350" border="0" height="363" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Mengingat keterkaitan dalam pekerjaannya dan perannya dalam emndukung kegiatan Humas terkait pempublikasiannya ke stakeholdernya, maka PR tidak bisa lepas dari media atau wartawan.
<br />
<br />Untuk itu hubungan dengan media merupakan satu upaya berkesimabungan yang dilakukan PR dengan media. Hubungan pers yang idel sangat bermanfaat sebagai salah satu bentuk upaya untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan / informasi PR dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan ybs. Melalui media, PR berusaha “menciptakan pengetahuan dan pemahaman”. mengenai perusahaan/organisasinya kepada stakeholder/khalayaknya yang tersebar demi mendapatkan citra positif.
<br />
<br />Untuk itu antara PR dan media diperlukan media understanding yaitu bagaimana seorang PR memahami suatu media yang akan digunakan untuk membuat image positif dari per/sahaan kepada publiknya. Dan untuk mempermudah media menyampaikan informasi tentang perusahaan-perusahaan kita,kwajiban PR untuk memberikan/mensuplai informasi kepada pihak media mengenai hal0hal yang terkait dengan perusahaan yang patut diketahu oleh masyarakat atau mempu menjawab pertanyaan masyarakat. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan informasi Pers adalah dengan melakukan Rers Release atau yang disebut juga siaran Pers.
<br />
<br />Press Release adalah suatu berita / informasi dari PR yang ditujukan kepada khalayak Bentuk dari press release ini berupa news story, playing story, maupun entertainment press yang dimuat dalam media untuk disiarkan kepada pemirsa ataupun publik.
<br />
<br />Pembagian Press Release
<br />Pressrelease dapat dikategorikan berdasarkan kebutuhan dan informasi yang akan disampaikan. Adapun pembagian itu adalah :
<br />1. Umum : informasi yang disampaikan mengandung nilai berita bagi media lokal / nasional (seminar, loka karya, dll )
<br />2. Product release : informasi yang disebarkan berkaitan dengan peluncuran produk / jasa baru dari suatu perusahaan / organisasi.
<br />3. Financial report : informasi yang disebarkan berkaitan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan besar untuk diketahui oleh publik ( Laporan tahunan ).
<br />
<br />Mengapa merancang Press release :
<br />Terdapatbeberapa alas an mengapa suatu perusahaan melakukan Press Release. Alasan-alasan itu adalah :
<br />1. Perubahan perilaku para journalis dalam menjalankan pekerjaan.
<br />2. Memenuhi kebutuhan para journalis dengan memberikan ruang lebih besar pada pencarian ide-ide penulisan berita.
<br />3. Customize yaitu memenuhi kebutuhan seluruh segment para journalist dari berbagai media massa.
<br />4. Quality Driven:
<br />News worthy sesuai kepentingan dan kebutuhan para journalist.
<br />5. Menjalin komunikasi dua arah untuk selalu mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan para journalist secara lebih tepat.
<br />6. Mampu mengatasi segala kendala geografis dan waktu.
<br />7. Access Driven yaitu selalu memantau proses pull (penarikan) dan push (mendorong) press release secara lebih tepat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=8408862970595889104" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_11" spid="_x0000_i1034" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_11" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="6368221034312189402"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/wawancara-pers.html"><span style="color:blue;">WAWANCARA PERS</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/wawancara-pers.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSckIbkmuhzT8Lbqzkw9v6yJ8I1CYBP7Ohn1soH-gU1lPM9b3ixMtiEOlnBTRlcWj4dlCPDx15IkqfD5H6Rl1QrJxKldzaUrqXwbrVUGN-QIBeE-77e9GrBP-8p9iKJBvZZwq7iCzlgn5y/s1600-h/public.jpg3.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420090246108590370" spid="_x0000_i1035" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSckIbkmuhzT8Lbqzkw9v6yJ8I1CYBP7Ohn1soH-gU1lPM9b3ixMtiEOlnBTRlcWj4dlCPDx15IkqfD5H6Rl1QrJxKldzaUrqXwbrVUGN-QIBeE-77e9GrBP-8p9iKJBvZZwq7iCzlgn5y/s400/public.jpg3.jpg" style="'width:300pt;height:214.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.jpg" title="public"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSckIbkmuhzT8Lbqzkw9v6yJ8I1CYBP7Ohn1soH-gU1lPM9b3ixMtiEOlnBTRlcWj4dlCPDx15IkqfD5H6Rl1QrJxKldzaUrqXwbrVUGN-QIBeE-77e9GrBP-8p9iKJBvZZwq7iCzlgn5y/s400/public.jpg3.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420090246108590370" width="400" border="0" height="286" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Diantara banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam media relations, terdapat dua kegiatan yang paling sering dilakukan, yaitu wawancara pers dan konferensi pers. Wawancara adalah kegiatan sehari-hari jurnalis. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk wawancara, sisanya untuk menuliskannya. Karena itu, hasil wawancara mereka adalah harta yang paling berharga dari seorang jurnalis. Wawancara pers datang dari insiatif media massa. Wawancara yang berlangsung dapat berupa wawancara yang dipersiapkan maupun wawancara spontan.
<br />
<br />Dalam melakukan wawancara, seorang jurnalis memiliki teknik-teknik dan cara-cara wawancaranya sendiri. Beberapa teknik yang sudah sering digunakan mereka bisa dimanfaatkan PR dalam mengantisipasi setiap modus operandi para jurnalis dalam mengorek berita.
<br />
<br />Hal-hal apakah yang harus dipersiapkan seprang journalist saat melakukan wawancara
<br />1. Mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Ketahui sebanyak mungkin tentang karir, pekerjaan, hobi, latar belakang dan hal-hal lain dari orang yang akan diwawancarai. (Pers)
<br />2. Jangan terkejut, kaget, atau emosi, apabila jurnalis mendekati kita dari hal-hal yang sifatnya pribadi. (PR)
<br />3. Bersikap dan berperilakulah yang wajar dan ramah. Menanyakan dengan baik identitas, media, dan maksud kedatangan wartawan tersebut, menjaga kata-kata dan tidak emosi. (PR)
<br />4. Mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan dalam urutan-urutan yang sistematis. (Pers)
<br />5. Persiapkanlah jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan wartawan. (PR)
<br />6. Mencoba mendekatkan diri. Karena dalam pelaksanaan wawancara, acapkali pendekatan secara tidak langsung terhadap masalah yang akan dipertanyakan, membawa hasil yang lebih baik. Jangan begitu ketemu langsung menanyakan masalah, tetapi bawalah dulu pada percakapan ke arah titik-titik yang menjadi perhatian orang yang akan diwawancarai. (Pers)
<br />7. Jangan terlena apabila pers memulai dengan pertanyaan ringan, atau pertanyaan yang kita sukai. Fokuskan pikiran anda pada topik yang sedang dibahas. Jangan ragu, curiga, atau takut, kendati ada masalah di lembaga/instansi yang bisa menjadi konsumsi pers. (PR)
<br />8. Ingatlah bahwa kita adalah orang yang bertanya. Jadi jangan sekali-kali, atau hindarkan sedapat mungkin berbicara terlalu banyak. Apalagi mengemukakan pendapat, saran, atau usul. Ajak sekali-kali wartawan berdiskusi karena seringkali mereka memiliki saran dan usul yang baik. (Pers)
<br />9. Jalinlah hubungan yang akrab.Pertahankanlah sedapat mungkin suasana wawancara yang tidak tegang, bawalah ke suasana santai dan rileks, tapi bebas dan sopan. (PR/Pers)
<br />10. Nikmati Susana santai dan rileks yang mereka bangun, selama masih sopan dan tidak keluar dari topik yang sedang dibahas. (PR/Pers)
<br />11. Pertanyaan langsung pada sasaran. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang langsung, to the point, jangan bertele-tele. (Pers)
<br />12. Usahakan untuk memberikan pula jawaban-jawaban yang langsung, to the point. (PR)
<br />13. Hindarilah penggunaan catatan. Jangan terlalu banyak mencatat dalam notes, tapi lebih banyak mencatat dalam otak. Buku catatan lebih baik baru dikeluarkan kalau kita menghadapi jawaban yang berisi data, angka, atau statistic yang sulit diingat, atau jika kita ingin mengutip pernyataan yang penting. (Pers)
<br />14. Persiapkan bahan-bahan tertulis untuk diberikan pada wartawan, jika informasi kita memiliki unsur-unsur data yang sulit untuk diingat. (PR)
<br />15. Perhatikan hal-hal baru. Perhatikan hal-hal yang mungkin datang dengan tiba-tiba, yang dapat menjadi berita baru. (Pers)
<br />16. Jangan menjawab terlalu luas sehingga memunculkan berita baru bagi wartawan. Dalam melayani, cukup sikap komunikatif dan informatif yang kita tampilkan.(PR)
<br />17. Bertanyalah bila ada istilah yang meragukan. Jangan segan-segan untuk menanyakan hal-hal yang sangat sederhana jika memang Jangan menggunakan istilah yang tidak kita ketahui dengan pasti maknanya. tidak mengetahui maknanya. (Pers)
<br />18. Ingatlah bahwa banyak rekan pers lain yang juga ingin bertanya. Ajukan pertanyaan satu persatu, dan jangan diborong sendiri. Sebab yang lain pun perlu diberi kesempatan bertanya. (Pers)
<br />19. Alihkan pertanyaan dari wartawan yang mendominasi, dengan mempersilahkan wartawan lain untuk bertanya. (PR)
<br />20. Ingatlah akan waktu. Jika waktu sudah habis, dan waktu wawancara terlalu lama, sudahi wawancara tersebut. (Pers)
<br />21. Batasi waktu wawancara. Perhatikan jawaban-jawaban yang off the record. Patuhi untuk tidak me-release-nya. Sebab sekali kita me-release-nya, akan habislah reputasi kita sebagai wartawan yang memiliki integritas. (PR)
<br />22.Perhatikan integritas wartawan dalam menyampaikan informasi off the record. (PR)
<br />
<br />Beberapa pegangan pokok yang harus diingat PR dalam menghadapi suatu wawancara pers, yaitu:
<br />1. Pertanyaan-pertanyaan wartawan hendaknya dijawab sebagaimana mestinya,
<br />kecuali yang bersifat rahasia atau sesuatu yang tidak/belum boleh diumumkan.
<br />2. Sedapat mungkin hindari pemberian keterangan yang sifatnya off the record.
<br />3. Hendaknya selalu terbuka bagi kunjungan-kunjungan wartawan.
<br />4. Press service yang baik dapat menjamin hubungan yang baik antara instansi atau lembaga yang bersangkutan dengan pihak pers. Jalinan yang baik ini memperlancar arus informasi melalui media massa. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=6368221034312189402" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_13" spid="_x0000_i1036" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_13" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="1903577441472992110"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/media-relations.html"><span style="color:blue;">MEDIA RELATIONS</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/media-relations.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhArqHWyXgobBkNzaGHCuSI3Aa0qYN93Ho9XempmfW4AKyatzQWt19WKb6u0YUsf0U267lZgebRv7YEvrWkfxiZBtfZvXKxJjO1qkkJsVW9eacdePEl34i304iRHqjVeLTQ3a1S_qdMzxls/s1600-h/mediarelations.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420088718703064674" spid="_x0000_i1037" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhArqHWyXgobBkNzaGHCuSI3Aa0qYN93Ho9XempmfW4AKyatzQWt19WKb6u0YUsf0U267lZgebRv7YEvrWkfxiZBtfZvXKxJjO1qkkJsVW9eacdePEl34i304iRHqjVeLTQ3a1S_qdMzxls/s400/mediarelations.jpg" style="'width:295.5pt;height:300pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.jpg" title="mediarelations"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhArqHWyXgobBkNzaGHCuSI3Aa0qYN93Ho9XempmfW4AKyatzQWt19WKb6u0YUsf0U267lZgebRv7YEvrWkfxiZBtfZvXKxJjO1qkkJsVW9eacdePEl34i304iRHqjVeLTQ3a1S_qdMzxls/s400/mediarelations.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420088718703064674" width="394" border="0" height="400" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Dalam dunia kehumasan, terutama dalam menjalin hubungan dan menciptakan image positif dengan publik eksternal, PR tidak bisa lepas dari media. Yang dimaksud media disini adalah pers / wartawan (termasuk institusinya). Dalam banyak kesempatan dua profesi ini sering kali bersinergi positif, saling membutuhkan. Public Relations sering kali menjadi nara sumber untuk insan pers, sebaliknya pers menjadi kepanjangan tangan yang menyuarakan kegiatan-kegiatan PR agar apa-apa yang dilakukannya diketahui oleh stakeholdernya. Oleh karena hubungan dengan per memerlukan treatment tersendiri.
<br />
<br />Untuk menjalin hubungan dengan media, diperlukan suatu pemahaman media ( media understanding ). Media understanding adalah bagaimana seorang PR memahami suatu media yang akan digunakan untuk “menjual” / membuat image positif dari suatu perusahaan / organisasi kepada publik. Oleh karena itu salah satu relationship yang dilakukan oleh PR adalah media relations.
<br />
<br />Beberapa definisi Media Relations adalah sebagai berikut :
<br />
<br />PRSSA, Stanley J Baran (2004, 361) mendefinisikan Media Relations sebagai “…the public relations professional maintain good relations with professionals in the media, undestrand their deadlines and other restraints, and earn their trust (PR profesional menjaga hubungan baik dengan para profesional di media, mereka memahami deadline dan hambatan lain, dan mendapatkan kepercayaan mereka”.
<br />
<br />Philip Lesly (1991:7) memberikan definisi Media Relations sebagai hubungan d engan media komunikasi untuk melakukan publisitas atau merespon epentingan media terhadap kepentingan organisasi.
<br />
<br />Yosal Iriantara (2005:32) mengartikan Media Relations merupakan bagian dari Public Relations eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan organisasi.
<br />
<br />Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan pers adalah usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan / informasi PR dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Tujuan pokok dari hubungan pers / hubungan media adalah “menciptakan pengetahuan dan pemahaman”, jadi bukan hanya semata – mata untuk menyebarkan suatu pesan yang sesuai dengan keinginan perusahaan demi mendapatkan suatu sosok / citra yang lebih indah dari aslinya.
<br />
<br />Sedangkan ditelaah berdasarkan relasi relasi antara individu atau organisasi/ perusahaan dengan media, media relations adalah relasi yang dibangun dan dikembangkan dengan media untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan individu maupun organisasi/perusahaan.
<br />
<br />Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa perusahaan mengunakan media massa sebagai medium penyampai pesan dan pencitraan kepada publik. Semakin banyak akses yang didapat publik dari media massa berkaitan dengan produk atau layanan yang diberikan oleh perusahaan, maka diharapkan semakin besar tingkat kepercayaan publik. Pada akhirnya publik akan memakai produk atau jasa perusahaan yang dipublikasikan media; atau setidaknya, publik dapat menjadi saluran kembali yang secara tidak langsung mempromosikan produk atau jasa kepada komunitasnya melalui word of mouth.
<br />
<br />Dalam media Relations, relasi yang dibangun dan dikembangkan menggunakan media untuk menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan individu maupun organisasi/perusahaan. Fungsi media relations adalah meningkatkan citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan publik, meningkatkan point of selling, membantu perusahaan keluar dari komunikasi krisis, dan meningkatkan relasi dari beragam publik.
<br />
<br />Pada dasarnya, banyak pilihan saluran komunikasi atau media yang bisa dipakai perusahaan dalam menyampaikan pesan. Dalam kajian komunikasi massa ada empat saluran komunikasi, yaitu media antarpribadi, media kelompok, media massa, dan media publik.
<br />
<br />Sebagai saluran komunikasi, media massa memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan media lainnya. Hafied Cangara (2003: 134-135) memaparkan lima karakteristik media massa. Pertama, bersifat melembaga, pihak yang mengelola media melibatkan banyak individu mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. Kedua, bersifat satu arah. Ketiga, jangkauan yang luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan daris egi waktu. Juga, bergerak secara luas dan simultan di mana dalam waktu bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu. Keempat, pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa membedakan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, suku bangsa, dan bahkan tingkat pendidikan. Kelima, dalam penyampaian pesan media massa memakai peralatan teknis dan mekanis.
<br />
<br />Melihat skema tersebut jelas terlihat bahwa masing-masing saluran komunikasi akan memberikan hasil dan dampak tersendiri. Namun, kecepatan menjangkau publik hanya bisa dilakukan oleh media massa.
<br />
<br />Adapun media memiliki peran serta fungsi yang sangat penting bagi perusahaan.
<br />- Fungsi media relations dapat meningkatkan citra perusahaan.
<br />- Meningkatkan kepercayaan publik terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
<br />- Meningkatkan point of selling dari produk dan jasa.
<br />- Membantu perusahaan keluar dari komunikasi krisis.
<br />- Meningkatkan relasi dari beragam publik, seperti terhadap lembaga pemerintahan, perusahaan-perusahaan, organisasi kemasyarakatan, maupun individu.
<br />
<br />Fungsi-fungsi inilah yang menempatkan media relations sebagai bagian dari aktifitas public relations. Bahkan John Vivian (2008, 344) memberikan perhatian khusus pada posisi media relations. Bahwa public relations memiliki tiga tanggung jawab fungsional;
<br />- Relasi Eksternal. Komunikasi yang dijalin dengan kelompok orang-orang di luar
<br />perusahaan, konsumen, dealer, supplier, tokoh masyarakat, orang-orang pemerintahan.
<br />- Relasi Internal. Komunikasi yang dikembangkan untuk menjaga hubungan optimal antara
<br />- karyawan, manajer, serikat pekerja, pemegang saham, dan kelompok internal lainnya.
<br />- Relasi Media. Komunikasi yang dilakukan perusahaan dengan media massa.
<br />
<br />Untuk membina hubungan baik, diperlukan sebuah pengenalan media yang baik. Adapun klasifikasi media adalah sebagai beriku “
<br />1. Berdasarkan jenis :
<br />- Media Cetak ( Koran, majalah, tabloid, dll )
<br />- Media Elektronik ( radio, televisi, internet, dll )
<br />
<br />2.Berdasarkan ruang lingkupnya :
<br />- Media Lokal ( Surya, Surabaya pagi, dll )
<br />- Media Nasional ( Republika, Kompas, dll )
<br />- Media Internasional.
<br />
<br />HAL-HAL POKOK TENTANG MEDIA
<br />Dalam menjalin hubungan yang baik dengan media, seyogyanya PR mengetahui beberepa hal pokok yang dimiliki media :
<br />a.Kebijakan Editorial
<br />Hal ini merupakan pandangan dasar dari suatu media, yang dengan sendirinya akan melandasi pemilihan subjek / berita yang akan disampaikan. Misalnya ada suatu media yang mengkhususkan untuk mengulas tentang bisnis, olah raga, dll.
<br />
<br />b.Frekuensi Penerbitan
<br />Setiap media memiliki frekuensi terbitan yang berbeda – beda, bisa harian, mingguan, bulanan, dll. Akan lebih baik jika seorang PR mengetahui jumlah edisi yang diterbitkan dalam satu kali penerbitan.
<br />
<br />c.Tanggal Terbit
<br />Informasi tanggal terbit suatu media sangat diperlukan karena berhubungan dengan deadline dalam menyerahkan suatu media release kepada redaksi. Hal ini juga ditentukan oleh frekuensi dan jenis cetakan yang digunakan.
<br />
<br />d.Proses pencetakan
<br />Yang dimaksud adalah teknik apa yang digunakan dalam proses percetakan. Apa dicetak dengan teknik biasa ( letterpress ), teknik fotogravur, dll.
<br />
<br />e.Daerah Sirkulasi
<br />Apakah jangkauan sirkulasi dari suatu media itu berskala lokal khusus di pedesaan, perkotaan, provinsi, atau berskala nasional.
<br />
<br />f.Jangkauan Pembaca
<br />Siapa saja dan berapa orang yang membaca media tersebut?, seorang PR diharapkan mengetahui kelompok usia, tingkat sosial, jenis kelamin, pekerjaan dari khalayak pembaca suatu media.
<br />
<br />g.Metode Distribusi
<br />Para praktisi PR juga perlu mengetahui metode distribusi dari suatu media. Apakah melalui toko buku / kios, penjajakan langsung dari pintu ke pintu, lewat pos, dll. Dari hal tersebut bisa membantu PR dalam memahami luas jangkauan suatu media.
<br />
<br />KARATERISTIK TIAP MEDIA
<br />1.Media Cetak
<br />Dalam Media cetak secara garis besar dibagi 4 bagian yaitu :
<br />- Departemen Editorial, yang bertugas menangani isi / aspek editorial atas bahan cetakan yang akan menjadi produk terbitan.
<br />- Depertemen Produksi, yang bertugas untuk mengatur, mengarahkan / merekayasa tata letak isi berita / iklan secara keseluruhan
<br />- Departemen Iklan, yang bertugas menangani fungsi penjualan dan bertanggung jawab atas pendapatan perusahaan (menjual ruang / halaman )
<br />
<br />2.Media Elektronik
<br />Radio : mengandalkan suara manusia untuk mendekatkan diri dengan khalayaknya. Materi yang diproduksi relatif murah dan cepat.
<br />Dapat dinikmati jutaan orang. Jangkauannya luas dan dapat menggunakan berbagai macam bahasa
<br />Televisi : Mengandalkan suara dan gambar / gerakan, program relatif lebih mahal, karena mengandalkan tayangan visual, maka harus dikemas semenarik mungkin
<br />
<br />Acara PR yang bersinergi dengan media
<br />1. Konferensi Pers
<br />Adalah acara pertemuan para jurnalis yang disengaja berkumpul / dikumpulkan untuk mendapatkan / diberikan suatu informasi perihal topik yang tengah hangat dibicarakan. beberapa keunggulan konferensi pers dibandingkan dengan media yang lain adalah :
<br />- Paling efektif untuk mengklarifikasi masalah, Satu kali menyampaikan informasi sudah mencakup banyak media (merata), dan informasi yang akan ditampilkan di media akan sama.
<br />- Masalah dapat segera terselesaikan.
<br />- Insan pers dalam hal ini para wartawan, bisa langsung bertanya dan memberi pendapat kepada pihak organisasi sekiranya diperlukan.
<br />- Efektif untuk membina persahabatan antara organisasi dan insan pers. Tapi dalam mengundang wartawan, perlu bersikap selektif.
<br />Saran : Undanglah wartawan dari media yang bercitra baik. Sehingga nggak akan muncul 'wartawan tanpa media' yang sekedar datang tapi tidak pernah menulis berita.
<br />
<br />2. Resepsi Pers
<br />Merupakan suatu acara yang diadakan suatu perusahaan dengan cara mengumpulkan para wartawan dengan tujuan untuk menjalin hubungan baik. Biasanya acara ini lebih menyenangkan, dan lebih terencana. Dalam acara ini para Pers dapat diundang untuk meliput suatu acara, atau hanya sekedar undangan makan dan bercakap – cakap guna mendekatkan para wartawan dengan pihak perusahaan. Ada juga sebagian perusahaan / organisasi yang mengemas acara ini dengan Acara outbond .
<br />
<br />3. Kunjungan Pers :
<br />Yang dimaksud kunjungan pers adalah suatu perusahaan mengundang para wartawan untuk datang ke perusahaan tersebut, bisa dalam rangka promosi, peresmian kantor cabang baru yang dilanjutkan dengan peninjauan bersama, atau demonstrasi peralatan / produk baru. Alat yang bisa digunakan untuk berhubungan dengan media
<br />
<br />4. Media Release ( Press Release )
<br />Media release adalah suatu berita / informasi dari PR yang ditujukan kepada khalayak melalui media.
<br />
<br />5. Product release :
<br />Informasi yang disebarkan berkaitan dengan peluncuran produk / jasa baru dari suatu perusahaan / organisasi.
<br />
<br />6. Financial report : informasi yang disebarkan berkaitan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan besar untuk diketahui oleh publik ( Laporan tahunan ). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=1903577441472992110" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_15" spid="_x0000_i1038" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_15" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="8097934912873204776"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/prinprinsip-prinsip-berhubungan-dengan.html"><span style="color:blue;">PRINSIP – PRINSIP BERHUBUNGAN DENGAN MEDIA</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/prinprinsip-prinsip-berhubungan-dengan.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQgnT6_Iraf96YdppfWhhVwwSnCqyTOqu3HdwvYZBvGIrL9JnfOZSfpKRAoU57QuF0_Fzl7NhY4-HiIyHZZOb2m0iMxEBm6Enir3dWKb4owfVPvHmw4cDahihr_ypSvcdAdh5pQkzqRz3O/s1600-h/MicrophoneMedium.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420085266775964866" spid="_x0000_i1039" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQgnT6_Iraf96YdppfWhhVwwSnCqyTOqu3HdwvYZBvGIrL9JnfOZSfpKRAoU57QuF0_Fzl7NhY4-HiIyHZZOb2m0iMxEBm6Enir3dWKb4owfVPvHmw4cDahihr_ypSvcdAdh5pQkzqRz3O/s400/MicrophoneMedium.jpg" style="'width:300pt;height:120pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.jpg" title="MicrophoneMedium"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image009.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQgnT6_Iraf96YdppfWhhVwwSnCqyTOqu3HdwvYZBvGIrL9JnfOZSfpKRAoU57QuF0_Fzl7NhY4-HiIyHZZOb2m0iMxEBm6Enir3dWKb4owfVPvHmw4cDahihr_ypSvcdAdh5pQkzqRz3O/s400/MicrophoneMedium.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5420085266775964866" width="400" border="0" height="160" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />PR dan Media Massa atau Pers sebagai mitranya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap lembaga/instansi yang menginginkan publisitas dan citra positif, tak dapat meremehkan kemampuan media massa dalam menjangkau dan mempengaruhi khalayaknya. Karena itu, dapat dikatakan bahwa pesan yang disampaikan dalam media adalah elemen fundamental dalam pekerjaan kehumasan.
<br />Apapun media massanya, setiap orang/lembaga yang menggunakannya akan menghadapi dua permasalahan mendasar.
<br />
<br />Pertama, media massa merupakan khalayak independen yang memiliki tujuan sendiri, sehingga dapat bersinggungan kepentingan (bahkan berakibat konflik) dengan pencari publisitas.
<br />
<br />Kedua, ada kompetensi yang hebat untuk mendapatkan ruang serta waktu yang terbatas dalam media. Benturan kepentingan inilah yang selanjutnya mengakibatkan hubungan kedua profesi ini sering terlihat kurang mesra.
<br />
<br />Namun di balik permasalahan tersebut, mau tidak mau, PR dan media massa harus mengakui bahwa faktanya kedua pihak sebenarnya saling membutuhkan satu sama
<br />lain. Dimana lembaga pemerintahan dibutuhkan sebagai sumber berita mereka, sedangkan media massa dibutuhkan lembaga sebagai sarana yang efektif dalam menyampaikan pesan. Meskipun kadang ada saling ketidakpuasan, tetap keduanya hidup dalam sebuah ikatan. Suatu ikatan yang disebut sebagai mutual dependency (saling ketergantungan).
<br />Rasa saling ketergantungan inilah yang selanjutnya mendorong para praktisi PR
<br />untuk menjaga hubungan dengan media massa. Kegiatan yang dikenal dengan nama media relations ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kedua belah pihak, dan membangun keterpercayaan. Tidak ada lagi PR yang menjadi bulan-bulanan pemberitaan Pers, dan tidak adalagi Pers yang diperalat PR untuk memuat pemberitaan yang mencerminkan kebohongan kepada publik.
<br />
<br />Walaupun pada dasarnya media relations dilakukan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan media, tetap saja lembaga/instansi mengharapkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya dalam usaha ini. Terutama untuk memperoleh publisitas seluas mungkin mengenai kegiatan serta langkah perusahaan yang dianggap baik untuk diketahui publik. Namun dalam prakteknya, tidak semua informasi mengenai kegiatan lembaga dapat dimuat dalam media massa. Sebab seringkali standar yang digunakan oleh wartawan dan para komunikator pemerintah sangat berbeda. Maka tidak heran apabila banyak informasi yang dianggap sebagai kepentingan vital oleh media massa, tersesat dalam gundukan informasi yang dibuat oleh PR lembaga pemerintah, sebab PR mengedepankan sisi lembaga saja. Sedangkan media massa sendiri tentu memiliki harapan-harapan yang harus kita penuhi dalam membangun ikatan saling ketergantungan tadi, yaitu:
<br />1. Harapan agar mendapatkan informasi yang terbaru dari PR dan eksekutif sebuah
<br />organisasi.
<br />2. Reporter juga mengharapkan tidak ada yang disembunyikan dari mereka.
<br />3. Eksekutif, yang mempresentasikan organisasi, diharapkan memberikan informasi lebih cepat dari sumber lainnya.
<br />4. Surat kabar berjuang dengan sungguh-sungguh untuk memasukkan muatan berita sebanyak mungkin dengan ruang yang terbatas. Karena itu, media massa tidak mengharapkan detail yang tidak penting dan tidak menarik bagi pembaca.
<br />5. Ada tenggat waktu terbit dalam surat kabar. Karenanya media massa mengharapkan praktisi PR harus mempertimbangan hal ketepatan waktu dalam pengiriman siaran pers, pemberian informasi, verifikasi, dan sebagainya.
<br />6. Media massa mengharapkan lembaga memberikan pemikiran yang sungguhsungguh dan jelas jenis informasi apa yang akan diberikan kepada mereka. Apakah akan memberikan berita, latar belakang, atau informasi untuk feature.
<br />7. Dan mereka juga mengharapkan untuk disediakan gambar, grafik, atau diagram yang berhubungan dengan organisasi dan dibutuhkan oleh mereka.
<br />
<br />Untuk dapat memenuhi harapan media tersebut, maka PR dalam menjalankan media relations-nya dapat menggunakan tiga pendekatan sebagai berikut:
<br />1.Pendekatan Reaktif
<br />Yang harus diperhatikan dalam pendekatan bentuk ini adalah:
<br />a. Simpanlah selalu file yang mengundang perhatian media
<br />b. Pahamilah tenggat waktu/deadline
<br />c. Selalulah siap dan membalas telepon
<br />d. Ingin tahu-lah dan bertanya
<br />e. Tempatkan diri Anda dalam kepentingan reporter
<br />f. Upayakanlah keseimbangan dan tahu cara mendapatkannya
<br />g. Ketahuilah informasi latar belakang yang mana yang membantu
<br />h. Rekamlah pembicaraan Anda
<br />i. Jangan bohong.
<br />
<br />2. Pendekatan Proaktif
<br />Yang harus diperhatikan dalam pendekatan bentuk ini adalah:
<br />a. Apakah Anda tahu pesan-pesan yang ingin Anda kirimkan ?
<br />b. Apakah pesan Anda sudah jelas, langsung dan lugas ?
<br />c. Media yang mana yang ingin Anda capai menurut prioritasnya ?
<br />d. Reporter/editor yang mana yang ingin Anda hubungi ?
<br />e. Apa nilai berita dari pesan yang ingin disampaikan
<br />f. Bagaimana harus Anda harus mengemas dan menjual pesan tersebut?
<br />g. Siapa pihak ketiganya, dan apa kata mereka?
<br />h. Apakah Anda menangkap kesan bahwa reporter sedang sibuk atau tidak tertarik?
<br />i. Apakah mereka paham jika mereka tidak tertarik, Anda akan pergi ke media lainnya?
<br />
<br />3. Pendekatan interaktif
<br />Pada pendekatan ini, hasil yang maksimal dapat dicapai apabila interaksinya dilakukan secara terus-menerus (on-going). Hal yang harus diperhatikan dalam pendekatan bentuk ini adalah:
<br />a. Diskusikan isu-isu yang mungkin menarik perhatian, bukan hanya berita yang sudah ada
<br />b. Jadilah nara sumber andal; buatlah diri Anda siap untuk berkomentar sebagai
<br />seorang pakar dalam industri Anda
<br />c. Selalulah berpikir dalam terminologi kebutuhan dan tenggat waktu
<br />d. Eksklusifitas harus tergantung kepada subyek, tujuan organisasi, keterbukaan
<br />hukum, serta aturan-aturan lainnya
<br />e. Bicarakanlah penerbitan dan reporter lain, serta bagaimana mereka membuat
<br />pendekatan pada isu-isu lainnya
<br />f. Perhatikan alasan-alasan non-berita yang wajar ketika berhubungan dengan
<br />media
<br />g. Selalulah bicara tentang berita yang relevan dan jangan menyimpang
<br />h. Hindarkan meminta kebaikan; kecuali sekedar saran
<br />i. Sesuaikan pesan dan percakapan Anda dengan kendala waktu yang dimiliki
<br />reporter serta tingkat minat mereka.
<br />
<br />Pendekatan interaktif hanya mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Agar kita bisa sukses berkomunikasi dengan media melalui pendekatan ini, maka kerangka komunikasi kita harus didasarkan kepada :
<br />a. Pengetahuan bisnis
<br />b. Pengetahuan tentang pokok masalah
<br />c. Pemahaman tentang berita (berita harus termasa, relevan dan menarik
<br />khalayak)
<br />d. Jaringan internal yang luas untuk mengembangkan dukungan informasi
<br />e. Pengetahuan tentang pakar pihak ketiga sebagai acuan
<br />f. Terkenal karena terbaca dan terdengar luas dalam kegiatan-kegiatan dunia serta dalam berita-berita bisnis
<br />g. Pendekatan yang konsisten dengan harapan manajemen internal
<br />h. Pengalaman praktis, dalam berhubungan dengan media
<br />i. Pengetahuan tentang reputasi dan pengalaman kerja reporter
<br />j. Pemahaman tentang bagaimana bagian tertentu dari suatu media akan meliput berita
<br />k. Kemampuan interpersonal
<br />l. Relationship menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan profesional
<br />
<br />Matthew P. Gonring, Vice President dari Corp. Communication USG Corporation, menjelaskan bahwa media relations yang efektif dimulai dari pemahaman terhadap perbedaan kebutuhan dan pendekatan masing-masing media. Meskipun ada ciri-ciri yang unik, namun secara global media itu memiliki ciri khas sebagai berikut :
<br />1. Surat kabar harian, tenggat waktu sangat ketat; butuh sumber yang bisa dikutip, informasi latar belakang serta visual; dibanjiri banyak rilis dan harus memilih sedikit di antaranya untuk dimuat.
<br />
<br />2. Surat kabar mingguan, punya staf editorial yang terbatas.; umumnya suka tulisan feature atau tulisan dengan fokus lokal; kadang tergantung kepada matrelease, naskah ber-foto serta foto.
<br />
<br />3. Majalah regional/nasional, memiliki sumber daya yang beragam, tergantung kepada luas sirkulasi dan pendapatan iklannya. Staf editornya biasanya membidangi beberapa fokus yang khusus. Mereka sangat membutuhkan akses kepada foto dan kutipan yang bertataran tinggi (high-level).
<br />
<br />4. Majalah perdagangan, tenaga editor-nya terbatas, subyeknya terfokus, sangat tergantung kepada penulis lepas dan sumber-sumber luar lainnya. Para profesional suka menulis artikel di sini atau mengajukan studi kasus.
<br />
<br />5. Penerbitan dengan minat khusus, memiliki khalayak yang sangat tersegmentasi atas gaya hidup atau minat. Media seperti ini sangat ingin memuaskan khalayaknya, sehingga mereka sangat berkepentingan untuk bicara dengan bahasa/jargon khalayaknya tersebut.
<br />
<br />6. Newsletter/warkah warta, biasanya hanya pada satu subyek tertentu saja dan cenderung untuk sangat rinci dengan pendekatan mendalam (in-depth). Mereka umumnya mengasumsikan pembaca telah memiliki pengetahuan sebelumnya atas subyek tersebut.
<br />
<br />7. Stasiun televisi, butuh hot-news, berorientasi hiburan dan kadang menampilkan feature. Mereka membutuhkan akses kepada gambar/visual dan selalu ketat dalam tenggat-waktu.
<br />
<br />8. Stasiun radio, memiliki staf pendukung yang terbatas dan sangat membutuhkan suara (audio) untuk siaran langsung (on-air)nya.
<br />
<br />9. PR Wire, di Indonesia seperti yang dimiliki Antara, sangat membutuhkan fakta dan data yang akurat dan cepat, umumnya berita hot-news dengan sejumlah kecil feature.
<br />
<br />10. Internet/on-line service, memungkinkan komunikasi yang segera (instantly) dan interaktif dengan para pelanggan, pemodal, atau karyawan secara global. Perusahaan bisa mendapatkan data serta dapat memperbaruinya menit per menit.
<br />
<br />Memahami ciri-ciri media memang dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan kebutuhan dan pendekatan masing-masing media. Namun, Rhenald Kasali lebih jauh mensyaratkan kita untuk juga memahami karakteristik dari ‘kuli berita’ itu sendiri. Karakteristik yang harus diingat dari mereka adalah:
<br />1. Wartawan tidak menyukai protokoler
<br />Hampir tidak ada wartawan di dunia ini yang menyukai protokoler. Mereka menginginkan kebebasan keluar masuk untuk memotret, atau keluar masuk menemui siapa saja, tanpa dihalangi oleh sekretaris, ajudan, atau anggota keluarga sumber berita. Sekretaris perusahaan sering kesal dengan wartawan yang mau `nyelonong` saja ke ruang direkturnya, karena wartawan merasa selama ini direksi cukup akrab dengannya di luar kantor. Bila dihambat, wartawan adalah orang yang paling pandai mencari tahu di mana dan kapan waktu yang paling tepat untuk menemui direksi. Tidak dipatuhinya protokol maupun prosedur umumnya karena hal-hal itu dirasakan sebagai hambatan yang tidak netral dan muncul dari orang-orang yang tidak mengerti pekerjaan wartawan.
<br />
<br />2. Wartawan dikejar deadline
<br />Wartawan apapun selalu dikejar deadline. Sebelum deadline, wartawan sudahharus menyerahkan laporan tertulisnya kepada editor untuk diproses bersama laporan lainnya. Bila diterjemahkan secara harfiah, deadline berarti garis kematian. Artinya bila lewat waktu yang ditetapkan naskah tidak juga turun atau wawancara tidak didapat, habislah kesempatan untuk menulis. Karena deadline tersebut, wartawan akan mengejar terus sumber beritanya. Bila tidak dapat di kantor, akan dikejar ke lapangan golf. Bila tidak mungkin, sumber berita akan dikejar pada seminar, rumah makan, bahkan di rumah sumber berita pada pagi hari sebelum menuju tempat bekerja. Kadang-kadang wartawan tidak memerlukan jawaban panjang. Sumber berita cukup mengatakan, “Kasus sedang diteliti oleh yang berwajib, dan saya belum bisa memberikan keterangan apa-apa.” Wartawan sudah puas. Tapi kadangkadang wartawan datang dengan setumpuk pertanyaan. Sumber berita memerlukan waktu untuk merumuskan jawaban bersama PR-nya.
<br />
<br />3. Wartawan menyukai relationship
<br />Sekali lagi, masih banyak orang tertutup dan takut berhubungan dengan wartawan. Mereka takut wartawan akan mempublikasikan hal-hal yang menyangkut pribadi. Wartawan profesional adalah wartawan yang bisa membedakan mana pekerjaan jurnalistik dan mana yang bukan. Wartawan ingin agar sumber berita tidak hanya menerima wartawan sebagai penulis berita atau sebagai corong perusahaan, tetapi juga sebagai teman diskusi, sahabat, dan anggota keluarga. Pada saat pena hendak digariskan, sahabat wartawan akan mengatakan, “Saya akan memulai dengan menulis X, coba apa 7 pendapat saudara?” garisnya jelas. Hanya dengan persahabatan, keduanya saling memahami bukannya saling menjatuhkan.
<br />
<br />4. Wartawan menyukai ekslusifitas
<br />Meski solidaritas pers cukup tinggi, para wartawan saling bersaing untuk mendapatkan berita yang eksklusif. Bila ada konferensi pers, maka wartawan yang jeli akan menyelinap dari kerumunan publik dan melakukan wawancara sendiri di balik panggung dengan sumber-sumber tertentu. Konferansi pers memang menarik minat wartawan, tetapi konferensi pers juga memberikan kesempatan yang sama kepada wartawan, sehingga dianggap kurang menantang. Namun tak dapat dipungkiri, bahwa untuk memuaskan para pembaca, pendengar, atau pemirsa, jurnalis pada akhirnya dituntut untuk memuat hal-hal yang menarik minat mereka, bukannya apa yang diinginkan oleh praktisi PR. Maka ada kalanya para jurnalis memilih suatu berita yang sama sekali tidak diinginkan oleh para praktisi PR. Musibah atau skandal yang melanda suatu lembaga, merupakan santapan lezat bagi jurnalis, tapi merupakan pil pahit bagi PR lembaga yang bersangkutan. Berita-berita tentang kecelakaan, penyelewengan, atau persengkokolan jelas bukanlah merupakan sesuatu yang menyenangkan. Namun tidak peduli apakah PR itu senang atau tidak, para pembaca memang lebih menyukai berita semacam itu, ketimbang berita yang serius. Oleh sebab itu, PR harus menyadari bahwa para jurnalis tidakselamanya akan menjadi sekutu atau sahabat yang menyenangkan. Ini bukanlah pandangan sinis, melainkan praktisi dan realistis karena ancaman yang timbul dari hubungan dengan media cukup serius, perusahaan memerlukan bantuan PR untuk melindungi figur perusahaan dari kesalahan.
<br />
<br />Hal-hal yang dapat dilakukan oleh PR antara lain adalah:
<br />1. Membuat hubungan yang mesra dengan pers
<br />Kesalahan perusahaan umumnya terjadi karena perusahaan baru bergerak menghubungi pers bila perusahaan sudah membutuhkan pers. PR dapat membuka jalan masuk ke media dengan mengenal editor dan wartawan di berbagai media. Bila suatu saat membutuhkan, keduanya dapat segera membantu tanpa melalui prosedur formal yang memakan waktu.
<br />
<br />2. Mendidik pimpinan agar bersedia menjadi publik figur
<br />Pihak media akan lebih senang membuat berita bila di perusahaan terdapat publik figur. Bila perusahaan tumbuh besar, tidak dapat dihindari bahwa pemimpin puncaknya akan menjadi publik figur. Selalu saja ada berita yang dapat ditulis oleh wartawan menyangkut perusahaan, mulai dari hobi pimpinan, keluarga, pindah kantor, sampai kerjasama. Masalahnya, banyak di antara mereka yang kurang siap atau kurang mempersiapkan diri sehingga muncul kecurangan. Tugas PR di sini adalah mempersiapkan para eksekutifnya agar tahu kepada siapa mereka berbicara dan apa akibatnya terhadap citra perusahaan secara menyeluruh.
<br />
<br />3. Mengatur pertemuan dengan pers
<br />PR dapat menentukan siapa sumber yang layak ditemui oleh wartawan diperusahaannya dan mengatur jadwal untuk wartawan. Bila jam kerja sudah padat, PR dapat mencari jadwal di luar jam kerja. Sebelum wawancara, biasanya humas memperkenalkan keduanya dan membuat suasana kaku hilang (ice breaking). PR dapat berperan sebagai moderator untuk mendampingi sumber berita. Namun bagaimanapun juga, perlu diingat bahwa sumber berita adalah tokoh yang diwawancarai, bukan PR. Karena seringkali dapat disaksikan ulah PR yang bertindak terlalu jauh dengan memborong jawaban yang diajukan. Sikap yang over protected ini sebaiknya dihindari. Latihlah sumber berita untuk menjawab pertanyaan wartawan sebelum wawancara dan jangan memborongnya sekalipun anda lebih tahu jawabannya.
<br />4. Memberitahukan hak-hak sumber berita
<br />Agar sumber berita lebih siap, PR perlu memberitahu hak-hak seorang sumber berita, misalnya hak untuk tidak menjawab, hak untuk merahasiakan referensi atau hak jawab, hak bantah, dan sebagainya.
<br />
<br />5. Menyusun strategi wawancara
<br />PR tidak hanya menyiapkan bahan tertulis untuk diberikan sebagai sumber berita kepada pers, tapi juga merancang strateginya. Termasuk di dalamnya adalah merumuskan isu yang hendak dilontarkan, sumber lain yang yang akan diminta turut berpendapat, eksklusivitas media, ruang yang disediakan, suasana
<br />wawancara, dan sebagainya.
<br />
<br />Dari rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan PR di atas, untuk membina media
<br />relations dengan lembaga, maka dapat dirumuskan hubungan pers, yaitu:
<br />1. Memahami dan melayani media. Seorang praktisi harus mampu menjalin kerjasama dengan pihak media, di mana hubungannya harus bersifat timbal balik dan menguntungkan
<br />2. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. PR harus senantiasa siap menyediakan atau memasok materi-materi yang akurat di mana saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan itu, ia akan dinilai sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis.
<br />3. Menyediakan salinan yang baik.
<br />4. Bekerja sama dalam penyediaan materi.
<br />5. Menyediakan fasilitas verifikasi (pembuktian kebenaran). Para PR juga perlu memberi kesempatan kepada jurnalis untuk melakukan verifikasi atas setiap materi yang mereka terima. Contoh konkretnya, para jurnalis diizinkan untuk langsung melihat fasilitas atau kondisi-kondisi organisasi yang hendak diberitakan.
<br />6. Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan sikap saling menghormati profesi masing-masing.
<br />
<br />Dari inti hubungan di atas, maka dapat dilihat bahwa mereka menerima berbagai hal, mulai dari informasi, pelayanan serba ramah tamah, keakraban dan sebagainya. Meskipun demikian bukan berarti kalangan humas tidak menerima apa-apa sama sekali. Apa yang diterima oleh para PR memang lebih abstrak, namun tidak kalah pentingnya, yaitu suatu mitra yang akan dapat menunjang berbagai macam kegiatan PR dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kehumasan.
<br />
<br />Kalangan media massa akan kehilangan banyak informasi berharga yang penting bagi khalayaknya. Jadi sebenarnya, para praktisi PR itu membantu para editor dan penerbit dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan menyajikan segala bantuan kepada kalangan pers, maka para PR akan dapat memetik manfaat berupa dukungan dan berbagai kemudahan dalam menyebarkan berbagai pesan demi menciptakan pengetahuan dan pemahaman khalayak mengenai segala aspek organisasinya. Jika kedepannya harapan ini dapat dipenuhi, maka wajar jika kelak PR lembaga pemerintah akan memperoleh tempat dalam pemberitaan pers, liputan, laporan, tajuk yang objektif, wajar, dan seimbang mengenai hal-hal yang menguntungkan perusahaan. Inilah wujud dari hubungan yang stabil dan berkelanjutan, serta dilandasi oleh rasa saling percaya dan saling menghormati. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=8097934912873204776" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_17" spid="_x0000_i1040" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_17" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="2502865570246577518"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/yukmengenal-aktivitas-pr.html"><span style="color:blue;">YUK...MENGENAL AKTIVITAS PR</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati on Rabu, 16 Desember 2009 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/yukmengenal-aktivitas-pr.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRWCo9fYHBoKKfFb82-oXGXTuJhAmPs42AzEkYD5nmrg4eY2gSMpfrErur9Ir5jb4emEpMmeUWIsDwkmwdaj_T0VrVPvXojhYp2BFEivJEXSMOWzft3RezBRdIT-qJ6ncWgtwYk7TT4SXF/s1600-h/rosie_the_riveter1.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5416038399893904754" spid="_x0000_i1041" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRWCo9fYHBoKKfFb82-oXGXTuJhAmPs42AzEkYD5nmrg4eY2gSMpfrErur9Ir5jb4emEpMmeUWIsDwkmwdaj_T0VrVPvXojhYp2BFEivJEXSMOWzft3RezBRdIT-qJ6ncWgtwYk7TT4SXF/s200/rosie_the_riveter1.jpg" style="'width:150pt;height:127.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.jpg" title="rosie_the_riveter1"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRWCo9fYHBoKKfFb82-oXGXTuJhAmPs42AzEkYD5nmrg4eY2gSMpfrErur9Ir5jb4emEpMmeUWIsDwkmwdaj_T0VrVPvXojhYp2BFEivJEXSMOWzft3RezBRdIT-qJ6ncWgtwYk7TT4SXF/s200/rosie_the_riveter1.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5416038399893904754" width="200" border="0" height="170" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Banyak definisi yang dikemukakan para ahli mengenai PR. Salah satunya William F. Arens mendefiinisikan PR sebagai sebagai sebuah fungsi manajemen yang memfokuskan diri pada membangun/ mengembangkan relasi serta komunikasi yang dilakukan individual maupun organisasi terhadap publik guna menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Publik yang dimaksud dari definisi di atas menurut Arens ada tujuh kategori publik, yaitu para Employees - Stockholders- communities- Media – Government - Investment Community - Customers.
<br />
<br />Definisi William F Arens mengandung makna bahwa aktifitas Public Relations berada pada kata manajemen relasi dan komunikasi yang berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak demi meningkatkan pencitraan individu atau perusahaan tersebut. Pencitraan yang terbentuk dengan baik akan memberikan dampak yang baik pula demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan individu ataupun organisasi. Akan meraih keuntungan dari produk yang dijual karena memilliki citra yang baik. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap individu atau organisasi dalam menjalankan bisnis.
<br />
<br />Dengan demikian fungsi dan peranan Pubic Relations dianggap sebagai ujung tombak individu atau perusahaan yang berhadapan langsung dengan publik, baik publik yang bersentuhan langsung maupun yang tidak dengan kepentingan-kepentingan mereka terhadap perusahaan. Terhadap publik yang tidak bersentuhan langsung pun tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti sebuah informasi akan sampai di benak mereka.
<br />
<br />Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan dampaknya pada perkembangan media massa memberikan peluang akses informasi masyarakat luas. Public Relations Society of America (PRSA), sebuah Organisasi Public Relations yang terbentuk pada tahun 1947 di Amerika, pada tahun 2002 merumuskan aktifitas-aktifitas Public Relations.
<br />
<br />1. Community Relations.
<br />Hubungan publik yang memfokuskan diri pada komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan. Misalnya, para pemilik lahan/tahan haruslah mendapat perhatian dan kepuasaan dari perjanjian pembelian tanah oleh perusahaan yang membutuhkan tanah mereka untuk proyek pembangunan lapangan terbang baru. Jika tidak, maka komunitas yang tidak terpuaskan ini bisa menghambat proyek yang sedang dilaksanakan.
<br />
<br />2. Counseling.
<br />Para profesional Public Relations hendaklah secara rutin memberikan masukan/pertimbangan kepada pihak manajemen sebelum mereka mengambil keputusan, membuat kebijakan, membangun relasi, atau melakukan komunikasi dengan berbagai macam publik. Jajaran manajemen menyatakan kepada publik ‘apa yang mereka lakukan’ sedangkan profesional atau bagian Public Relations membantu mendefinisikan dan mempresentasikan pesan tersebut untuk sampai ke publik.
<br />
<br />3.Development/Fundraising.
<br />Semua organisasi baik yang profit maupun non-profit dapat bertahan karena ada kontribusi dari berbagai pihak dalam bentuk waktu maupun uang. Peran Public Relations yang menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan organisasi tersebut kepada pihak-pihak yang memiliki peluang dan atau kemampuan memberikan kontribusi.
<br />
<br />4.Employee/ Member Relations.
<br />Sebagai bagian inti dari jalannya perusahaan, tugas Public Relations untuk menciptakan hubungan-hubungan yang baik, tidak hanya sekadar pada para pekerja melainkan juga kepada keluarga pekerja. Dengan demikian akan terbentuk motivasi yang baik pula dan moral yang tinggi dari para pekerja sehingga loyal pada perusahaan.
<br />
<br />5.Financial Relations.
<br />Investor merupakan salah satu bagian terpenting dari sumber pendanaan perusahaan. Peran Public Relations adalah membangun jembatan komunikasi
<br />antara investor-pemilik perusahaan, para pemegang saham, komunitas finansial seperti bank, dan publik. Kebanyakan dari strategi perusahaan, dalam rangka ekspansi pasar maupun akuisisi perusahaan, tergantung dari seberapa bagus hubungan-hubungan finansial yang tercipta.
<br />
<br />6. Government Affairs.
<br />Inilah tipe aktifitas Public Relations yang memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak pemerintahan. Karena sebagai perusahaan publik, tidak bisa dilepas-pisahkan hubungannya dengan pemerintahan. Bahkan untuk beberapa kasus, perusahaan yang ingin mengikuti tender proyek harus memiliki endors resmi dari pemerintah, misalnya SIUPP dan NPWP.
<br />
<br />7. Industry Relations.
<br />Perusahaan tidak hanya menjalin relasi yang terbatas pada konsumen/ pelanggan semata, melainkan juga harus menciptakan relasi yang baik dengan perusahaan lain yang secara langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan seperti para suppliers, distributor, agen bahkan relasi terhadap perusahaan kompetitor sekaligus.
<br />
<br />8. Issues Management.
<br />Manajemen isu melibatkan publik dalam jumlah besar demi terciptanya imej produk maupun citra dari perusahaan. Akrifitas Public Relations untuk mengembangkan manajemen isu ini sebagai bagian dari kekuatan perusahaan. Sebuah perusahaan pertambangan, sebagai misal, harus mengelola manajemen isu yang baik terhadap publik bahwa usaha yang dilakukan tidak berdampak pada kerusakan alam.
<br />
<br />9. Media Relations.
<br />Perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap bentuk-bentuk media massa memberikan pengaruh yang berarti bagi perusahaan. Liputan yang baik di media akan memberikan pencitraan yang baik pula bagi perusahaan, meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam memakai produk perusahaan, dan akhirnya menumbuhkan minat pemodal untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan. Aktifitas Public Relations inilah yang menjalin relasi dengan media dan mendapatkan kepercayaan dari liputan media.
<br />
<br />10. Marketing Communication.
<br />Kombinasi dari aktifitas menjual produk, servis, maupun ide. Iklan-iklan yang dilakukan melalui berbagai media memberikan efek yang menguntungkan pada aktifitas Public Relations. Bentuk kemasan produk yang unik dan bagaimana memajang produk di pasar merupakan terpaan dari pembentukan imej dari perusahaan yang membedakan dari perusahaan lainnya.
<br />
<br />11. Minority Relations/Multicultural Affairs.
<br />Aktifitas Public Relations yang memfokuskan diri pada terbentuknya relasi pada kelompok minoritas yang secara langsung maupun tidak akan memberikan dampak publisitas perusahaan.
<br />
<br />12. Public Affairs.
<br />Interaksi Public Relations yang melibatkan para ofisial dan pemimpin dari berbagai bentuk organisasi atau para pemegang kekuasaan. Relasi dengan komunitas maupun pemerintahan merupakan fokus dari aktifitas Public Relations.
<br />
<br />13. Special Events and Public Participant.
<br />Aktifitas langsung yang melibatkan publik dan dilakukan oleh Public Relations untuk menjalin interaksi antara organisasi/perusahaan dengan publik. Dari rumusah tersebut jelas bahwa posisi Media Relations menempati bagian terpenting dari aktifitas Public Relations. Bahwa Media Relations merupakan corong atau penyuara perusahaan untuk menjangkau publik melalui media. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=2502865570246577518" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_19" spid="_x0000_i1042" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_19" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="3331245761095097213"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/etika-dan-profesionalisme-pr.html"><span style="color:blue;">ETIKA DAN PROFESIONALISME PR</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati on Senin, 07 Desember 2009 <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/etika-dan-profesionalisme-pr.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJgkR9c1LuOT2gla80f0SUD79tH597yOQFpeDxwUfeIXzoVUE6a0mdnSvMEdAq1tpN1fggooJ6kzj0Anpf_jADi8yh5NcFEf38gbqWBWaJlmsauvpNkgc35R0wpKUAcgueA77EQr44TQo/s1600-h/Komunikasi+0.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412503620289015218" spid="_x0000_i1043" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJgkR9c1LuOT2gla80f0SUD79tH597yOQFpeDxwUfeIXzoVUE6a0mdnSvMEdAq1tpN1fggooJ6kzj0Anpf_jADi8yh5NcFEf38gbqWBWaJlmsauvpNkgc35R0wpKUAcgueA77EQr44TQo/s400/Komunikasi+0.jpg" style="'width:291pt;height:231.75pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.jpg" title="Komunikasi+0"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivJgkR9c1LuOT2gla80f0SUD79tH597yOQFpeDxwUfeIXzoVUE6a0mdnSvMEdAq1tpN1fggooJ6kzj0Anpf_jADi8yh5NcFEf38gbqWBWaJlmsauvpNkgc35R0wpKUAcgueA77EQr44TQo/s400/Komunikasi+0.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5412503620289015218" width="388" border="0" height="309" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Kegiatan PR secara umum adalah kegiatan yang berhubungan dengan ‘persepsi’ dan nilai.’ Karena itu memerlukan perhatian pada asas-asas: profesional; obyektif; bermoral dan beretika; efisien; efektif; transparan; akuntabel; dan pelayanan berkualitas. Dengan menjalankan asas tersebut, maka kita akan mampu untuk menjadi aparat Humas pemerintah yang profesional dan handal dalam membentuk reputasi positif lembaga pemerintah yang diwakilinya, sehingga terwujud tata kelola pemerintahan yang baik.
<br />
<br />Ketika berbicara mengenai status profesional PR, publik seringkali merujuk pada ke-etis-an aparat tersebut. Lalu apakah Etika itu? Etika adalah standar-standar moral perilaku, atau bagaimana Anda bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak. Etika merupakan sebuah bentuk kompromi antara hak dan tanggung jawab individu. Sebuah ‘sintesis’ dari hak (sebagai ‘tesis’) dan tanggung jawab (sebagai ‘antitesis’). Ketika keduanya dinegasikan maka muncullah etika itu sebagai standar orang dalam berprilaku.
<br />
<br />Etika bukanlah hal yang datang dengan sendirinya. Ia merupakan suatu hasil bentukan manusia. Etika diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar terjadi interaksi yang harmonis. Dalam prakteknya tak ada etika yang mutlak. Standar etika pun berbeda-beda pada sebuah komunitas sosial, tergantung budaya, norma, dan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas tersebut. Baik itu komunitas dalam bentuknya sebagai sebuah kawasan regional, negara, agama, maupun komunitas group. Tak ada etika yang universal.
<br />
<br />Perbedaan tersebut bahkan seringkali telah melahirkan bentuk etika baru. Karena
<br />ketika dua komunitas yang memiliki standar/dasar etika yang berbeda berkomunikasi, mereka akan terikat dengan aturan main. Di mana kedua belah pihak dituntut untuk menghormati etika masing-masing, agar komunikasi dapat terhindar dari kegagalan. Hal inilah yang pada akhirnya akan terbentuk etika baru sebagai sebuah bentuk kompromi baru dari dua buah etika yang berbeda. Bagi profesi PR, standar/dasar etikanya mencakup:
<br /><b>1. Sikap profesional</b>
<br />Sikap profesional memiliki prinsip bahwa Anda harus bertindak atas dasar keinginan untuk menciptakan kebaikan diantara kedua belah pihak, baik klien maupun komunitas. Bukan semata - mata untuk mengejar posisi dan kekuasaan.
<br />
<br /><b>2. Kepercayaan mutlak, dan tanggung jawab sosial</b>
<br />Untuk menjadi seorang profesional, Anda diharapkan mampu memegang kepercayaan. Kesejahteraan publik atau pimpinan tergantung pada kecakapan dan tindakan Anda. Pimpinan harus mempercayai informasi yang diberikan oleh PR lebih dari siapapun. Sedangkan kehormatan seorang profesional PR mengacu pada keyakinan dan kepercayaan yang diberikan publik, karena perilaku yang benar dan keahlian yang Anda miliki.
<br />
<br />Hal yang harus diperhatikan adalah:
<br /><b>1. Tanggung jawab</b>
<br />Praktisi PR memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan fungsinya (by function) serta tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari tindakan pelaksanaan profesi (by profession) tersebut terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi, organisasi/perusahaan, dan masyarakat umum lainnya.
<br />
<br /><b>2. Kebebasan</b>
<br />Para profesional PR memiliki kebebasan dalam menjalankan profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main yang telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku profesional.
<br />
<br /><b>3. Kejujuran</b>
<br />Profesional PR harus jujur dan setia, serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya. Mengakui akan kelemahannya dan tidak menyombongkan diri, serta berupaya terus untuk mengembangkan diri dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan profesinya melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Di samping itu, tidak akan ‘melacurkan’ profesinya untuk tujuan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, demi tujuan materi semata atau kepentingan sepihak.
<br />
<br /><b>4. Keadilan</b>
<br />Dalam menjalankan profesinya, maka setiap profesional memiliki kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran terhadap hak, mengganggu milik orang lain, lembaga, atau organisasi, atau mencemarkan nama baik bangsa dan negara. Di samping itu, harus menghargai hak-hak, menjaga kehormatan nama baik, martabat, dan milik bagi pihak lain, agar tercipta saling menghormati dan keadilan secara obyektif dalam kehidupan masyarakat.
<br />
<br /><b>5. Otonomi</b>
<br />Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara otonom dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan, dan kemampuannya, organisasi, dan departemen yang dipimpinnya, untuk melakukan kegiatan operasional atau kerja sama yang terbebas dari campur tangan pihak lain. Apa pun yang dilakukannya adalah merupakan konsekuensi dari tanggung jawab profesi. Kebebasan otonom merupakan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap profesional.
<br />
<br />Standar komitmen yang tinggi atas etika dan sikap profesionalisme bagi para praktisi akan membedakan praktisi PR dengan tenaga terlatih lainnya. Kemudian akan menjadikan profesi PR mempunyai nilai lebih dalam pelayanan public interest. Landasannya adalah:
<br /><b>1. Professional Ethics</b>
<br />Perilaku yang profesional didasarkan pada niat baik, merasa diawasi dan dinilai jika melawan kode perilaku. Perasaan ini dapat terwujud, karena dipaksa melalui interpretasi nyata bagi mereka yang menyimpang dari penampilan standar yang diterima.
<br />
<br /><b>2. The Imperative of Trust</b>
<br />Hubungan publik atau pimpinan lembaga dengan PR berbeda dengan hubungan mereka dengan penyedia jasa lainnya. Perbedaan dipusatkan pada hubungan berlandaskan kepercayaan. Sewaktu pimpinan mencari jasa profesional, mereka menempatkan dirinya –bukan hanya pikirannya– dalam suatu resiko. Begitu juga dengan publik. Seringkali, mereka mempercayakan dirinya dan keinginannya kepada Anda. Karena itu, pimpinan atau publik dan Anda telah memasuki sebuah hubungan saling percaya, sehingga diharuskan untuk bertindak sebaik mungkin.
<br />
<br /><b>3. Professional Privilege</b>
<br />Professional Privilege (hak istimewa) para profesional PR berpondasi pada kepercayaan, keyakinan, dan perilaku yang baik dari publik maupun dari sesama profesional. Untuk melindungi hak masing-masing dalam posisinya di masyarakat, para praktisi membuat kode etik dan standardisasi dalam praktek. Kode etik tersebut
<br />seringkali memiliki kekuatan hukum dan kekuasaan terhadap sanksi negara.
<br />
<br /><b>4. Social Responsibility</b>
<br />Para profesional PR juga harus dapat memenuhi kewajiban moral dan harapan dalam masyarakat. Masalah etika ini penting diperhatikan. Karena pada dasarnya, kegiatan PR memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat, terutama apabila dapat menjalankan fungsinya secara efektif, dan sadar akan konsekuensi dari kegiatan yang dijalankannya.
<br />
<br />Pengaruh positif yang dapat ditimbulkan akibat dijalankannya kode etik ini adalah:
<br />1. Humas dapat meningkatkan praktek profesionalisme dengan memberikan kode
<br />etik dan memberdayakan perilaku dan kinerja yang bersifat etis dan standar.
<br />2. Humas mampu meningkatkan perilaku dari suatu organisasi dengan menekankan pada kebutuhan akan aspirasi masyarakat.
<br />3. Humas mampu melayani kepentingan masyarakat dengan menyerap aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat.
<br />4. Humas melayani kelompok masyarakat tertentu dan masyarakat lainnya dengan menggunakan komunikasi dan media untuk mengubah informasi yang tidak benar menjadi informasi yang sebenarnya.
<br />5. Humas mempengaruhi tanggung jawab sosialnya dengan mendukung kesejahteraan manusia dengan cara memperbaiki sistem sosial yang disesuaikan dengan perubahan kebutuhan dan lingkungan.
<br />
<br />Selain itu, juga terdapat beberapa pengaruh negatif, mungkin terjadi akibat penyalah gunaan etika dalam kegiatan PR, seperti:
<br />1. Humas yang ingin mendapatkan keuntungan dengan mendukung kepentingan
<br />tertentu, kadang-kadang sampai mengorbankan kepentingan masyarakat.
<br />2. Humas ada kalanya membuat kekacauan dalam saluran-saluran komunikasi
<br />dengan membuat informasi menjadi lebih rumit dan membingungkan daripada
<br />bersifat klarifikasi.
<br />3. Humas dapat mengakibatkan rusaknya kredibilitas dan saluran komunikasi
<br />karena dinodai oleh rasa kebencian dan ketimpangan.
<br />
<br />Selain pengaruh negatif di atas, seringkali kegiatan-kegiatan yang dilakukan PR berujung pada penuntutan melalui jalur hukum, oleh pihak-pihak yang merasa tidak
<br />puas. Karena itu, PR lembaga pemerintah juga dituntut untuk ’melek’ hukum dalam
<br />melakukan aktifitasnya. Minimal mengetahui dan memahami kegiatan-kegiatan
<br />mereka yang berpotensi dalam pelanggaran hukum. (Dari berbagai sumber) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=3331245761095097213" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_21" spid="_x0000_i1044" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_21" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><a name="6495338309766436559"></a><b><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/mengenal-fungsi-pr.html"><span style="color:blue;">MENGENAL FUNGSI PR</span></a> <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Diposkan oleh Erni Purnamawati <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >Label: </span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/search/label/Public%20Relations"><span style="color:blue;">Public Relations</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" > / Comments: (</span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><a href="http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2009/12/mengenal-fungsi-pr.html#comments"><span style="color:blue;">0</span></a></span><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTqnRF-iOMAbzYdMJSx_4RWrOHn26RGVucbaCJu6Iy4jlCZGOVfmHckxm1HmFp6-R8_0a8Gn-i0vh-DptX2rUlrBJ3D12j6gRCxhvrOGlSSonF1elqclLELLiQSMsZVmZ62pfkHEQIS0P-/s1600-h/EventConnections.jpg"><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412497977669257266" spid="_x0000_i1045" type="#_x0000_t75" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTqnRF-iOMAbzYdMJSx_4RWrOHn26RGVucbaCJu6Iy4jlCZGOVfmHckxm1HmFp6-R8_0a8Gn-i0vh-DptX2rUlrBJ3D12j6gRCxhvrOGlSSonF1elqclLELLiQSMsZVmZ62pfkHEQIS0P-/s400/EventConnections.jpg" style="'width:300pt;height:245.25pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.jpg" title="EventConnections"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.jpg" alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTqnRF-iOMAbzYdMJSx_4RWrOHn26RGVucbaCJu6Iy4jlCZGOVfmHckxm1HmFp6-R8_0a8Gn-i0vh-DptX2rUlrBJ3D12j6gRCxhvrOGlSSonF1elqclLELLiQSMsZVmZ62pfkHEQIS0P-/s400/EventConnections.jpg" shapes="BLOGGER_PHOTO_ID_5412497977669257266" width="400" border="0" height="327" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" >
<br />Salah satu cabang ilmu komunikasi adalah public Relations atau yang kita kenal dengan Hubungan Masyarakat ( Humas ). PR atau Humas itu sendiri mempunyai definisi sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan alur komunikasi yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan di dalam organisasi tersebut.
<br />
<br />Di dalam perusahaan, ada banyak kerancuan antara Public Relations Department dengan Marketing Department. Menurut beberapa orang bahwa antara Public Relations dengan Marketing mempunyai pengertian yang sama tetapi sebenarnya mempunyai pengertian yang sangat berbeda.
<br />
<br />Menurut ilmu komunikasi, Marketing mempunyai definisi sebagai fungsi manajemen yang mengindentifikasi kebutuhan dan keinginan manusia, menawarkan produk dan jasa untuk memuaskan permintaan dan menyebabkan terjadinya tranksaksi dimana pemberian produk atau jasa itu akan ditukar dengan sesuatu yang berharga bagi si penyedia. Dalam salah satu contoh nyata di dalam kerancuan antara Public Relations dengan Marketing, seorang praktisi yang bekerja untuk rumah sakit besar bekerja di ruangan yang Pintunya bertuliskan "Departemen Komunikasi Marketing " dan yang lebih mengejutkannya lagi menjadi "Departemen Public Relations tanpa memberitahu dirinya. Mereka yang menjalani praktek PR juga menambah kerancuan ini. Beberapa praktisi PR memiliki kartu nama yang mencantumkan keterangan bahwa mereka " komunikasi marketing " atau " komunikasi marketing terpadu "dalam judul jabatan mereka. Seorang mantan pemimpin di firma semacam itu pernah menulis sebuah buku yang mendeskrpsikan " marketing public relations " sebagai " program untuk menaikkan penjualn dan kepuasan konsumen melalui komunikasi informasi yang kredibel dan mengesankan ( Thomas L. Harris, The Marketer's Guide To Public Relations )
<br />
<br />Ada beberapa bagian dari fungsi PR antara lain :
<br /><b>1. Hubungan internal</b>
<br />Menurut Alvie Smith, mantan direktur komunikasi korporat di General Motors, ada dua faktor yang menjelaskan mengapa manajemen menghormati salah satu aspek dari fungsi PR ini :
<br />A. Arti penting pemahaman, teamwork, dan komitmen karyawan dalam mencapai hasil standard. Aspek positif dari perilaku karyawan ini sangat dipengaruhi oleh komunikasi dua arah yang interaktif di seluruh organisasi.
<br />B. Kebutuhan utnuk membangun jaringan komunikasi-manajer, jaringan yang membuat setiap supervisor di setipa level bisa melakukan komunikasi secara efektive dengan karyawannya. Kebutuhan ini bukan sekadar informasi yang berkaitan dengan tugas dan harus mencakup isu publik dan isu bisnis penting yang mempengaruhi keseluruhan organisasi ( Alvie L. Smith dalam surat kepada penulis, 28 Maret 1993 ).
<br />
<br /><b>2. Publisitas</b>
<br />Sumber-sumber PR menyediakan informasi yang mereka anggap pantas diberitakan informasi tersebut. Contoh dari publisitas itu sendiri antara lain berita di rubrik finansial tentang peningkatan pendapatan sebuah perusahaan, sebuah foto dan caption tentang pengumuman bisnis baru atau peluncuran produk baru, tulisan seorang kolumnis tentang kemajuan kampanye pengumpulan dana, berita feature di majalah yang menjelaskan tentang ilmuan ilmiah dari pusat diset kanker, dan sebagainya. Model praktik publisitas disebut informasi publik. Model " mengisahkan cerita kami " masih merupakan model yang paling banyak digunakan. Publisitas yang dihasilkan oleh mantan jurnalis telah mendominasi praktik PR sejak awal, jadi tidak mengejutkan jika ada yang masih mengacaukan anatara publisitas dengan konsep PR yang lebih luas.
<br />
<br /><b>3. Advertising</b>
<br />Organisasi-organisasi menggunakan advertising menggunakan advertising untuk tujuan PR ketika mereka ingin menanggapi kritik di media-yakni kritik media yang tak bisa di kontrol sepenuhnya-saat mnereka menganggap sudut pandang mereka tidak dimuat secara adil dan seimbang, saat mereka merasa bahwa publik mereka tidak memahami isu dengan benar atau bersikap apatis, atau ketika merekan ingin mengemukkakan pandangan terhadap suatu kasus.
<br />
<br /><b>4. Press Agency</b>
<br />Agen pers berusaha menarik perhatian publik lebih dari sekadar membangun pemahaman publik. Mereka mendasarkan pendekatannya pada teori penentuan agenda, yag menyatakan bahwa banyaknya liputan media massa akan menentukan persepsi publik terhadap arti penting relatif dari topik dan orang. Mereka menarik perhatian melalui praktik Press Agency.
<br />
<br /><b>5. Public Affairs</b>
<br />Dalam perusahaan,"public affairs" biasa mengacu pada usaha PR yang berkaitan dengan kebijakan publik dan "corporate citizenship". Spesialis public affairs di perusahaan berfungsi sebagai perantara atau penghubung dengan unit-unit pemerintah. Spesialis public affairs lainnya bekerja di departmen yang disebut "corporate affairs","corporate relations","government relations", dan eksternal affairs". (Hoewing," The State of Public Affairs" )
<br />
<br /><b>6. Lobbying</b>
<br />Definisi dari lobbying adalah bagian khusus dari PR yang berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan dengan pemerintahteruama dengan tujuan memengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi. Banyak kalangan memnadang bahwa kegiatan lobbying sebagai usaha untuk memanipulasi demi kepentingan sendiri. Tetapi citra stereotiper pelobi yang membagi-bagi duit sambil mengiap rokok kini tak lagi berlaku untuk kebanyakan pelibi dan pekerjaan mereka:
<br />Pelobi menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengumpulkan informasi dari pemerintah ketimbang melakukan komunikasi dengan pemerintah, karena strategi,taktik dan posisi lobbying yang baik sangat tergantung kepada bisnis informasi yang kuat. ( Charles S. Mack , " Lobbying And Political Action, dalam Practical Public Affairs.
<br />
<br /><b>7. Manajemen Isu</b>
<br />Manajemen isu adalah proses proaktif dalam mengantisipasi, mengindentifikasi, mengevaluasi, dan merespons isu-isu kebijakan publik yamg memengaruhi hubungan organisasi dengan publik mereka. Sebuah panel ahli mengembang definisi tersebut menjadi: Menganttisipasi, meriset dan memprioritaskan isu;menilai dampak isu terhadap organisasi; merekomendasikan kebijakan dan strategi untuk meminimalkan resiko dan meraih peluang, berpartisipasi dan mengimplementasikan strategi ; mengevaluasi dampak program. ( Kerry Tucker dan Glen Broom, " Managing Issues Acts as Bridge to Strategic Planning, " Public Relations Journal 49 No. 11, November 1993: 38-40 )
<br />
<br /><b>8. Hubungan Investor</b>
<br />Hubungan investor adalah bagian dari PR dalam perusahaan korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunikasi keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar. Praktisi PR yang tidak pernah mendapatkan pelatihan yang baik dan tidak memiliki banyak pengalaman di dalam dunia bisnis, manajemen dan hukum kemungkina besar tidak akan mampu untuk mengisi posisi di bidang hubungan investor, " demikian pendapat periset yang mempelajari persepsi fungsi CEO. ( Barbara K. Petersen dan Hugh J. Martin, " CEO Perceptions of Investor Relations as a Public Relations Funtion: An Explatory Study, Journal of Public Relations Research 8, No. 3, 1996: 206-6 )
<br />
<br /><b>9. Pengembangan</b>
<br />Pengembangan adalah bagian khusus dari PR dalam organisasi nirlaba yang bertugas dan membangun dan memelihara hubungan dengan donor dan anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukungan sukarela. Spesialis pengembangan bekerja untuk stasiun penyiaran publik, yayasan riset penyakit, kelompok komunitas seni, museum, kebun binatang, kelompok pemuda, universitas, kelompok kepentingan khusus, dan organisasi keagamaan.Karena kelompok semacam ini bergantung kepada sumbangan, iuran anggota, atau kombinasi dari keduanya. (dari berbagai sumber) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: normal;"><a href="http://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=1298141280298999459&postID=6495338309766436559" title=""Edit Entri" "><span style=";font-family:";font-size:14pt;color:blue;" ><!--[if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_23" spid="_x0000_i1046" type="#_x0000_t75" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" title=""Edit Entri"" style="'width:13.5pt;height:13.5pt;visibility:visible'" button="t"> <v:fill detectmouseclick="t"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\ACERAS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif" title="icon18_edit_allbkg"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/ACERAS%7E1/LOCALS%7E1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" alt="http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif" shapes="Picture_x0020_23" width="18" border="0" height="18" /><!--[endif]--></span></a><span style=";font-family:";font-size:14pt;" ><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="line-height: 115%;font-family:";font-size:14pt;" ><o:p> </o:p></span></p> blogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5715377912236326227.post-13576776441661617462010-03-15T22:36:00.000-07:002010-04-23T18:58:01.991-07:00GOVERNMENTS RELATION1. Pengertian Governments Relation<br /><br />Humas atau Public Relation akan sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut Edward L. Berneys dalam buku Public Relation menyatakan PR mempunyai tiga macam arti, yaitu:<br />1. Memberi informasi kepada masyarakat<br />2. Persuasi yang dimaksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap lembaga demi kepentingan kedua belah pihak<br />3. Usaha untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antar lembaga dengan masyarakat dan sebaliknya <br /><br />PR sebagai upaya mempengaruhi kemauan individu, golongan atau masyarakat termasuk pemerintah dan menghubungkan anatara lembaga atau organisasi dengan publiknya. Karena itu PR berfungsi menumbuhkan hubungan baik antara segenap komponen, memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi, dan partisipasi. PR pada dasarnya menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan baik dengan publik yang menjadi sasaran yakni publik internal dan eksternal.<br /><br />Governments merupakan publik eksternal, yang merupakan salah satu stakeholder penting yang menjadi khalayak public relation. Membina Government Relation merupakan bagian dari fungsi PR dalam mendukung keberlangsungan perusahaan/institusi. <br /><br />Government Relation memeiliki peran penting dalam menjamin masa depan perusahaan agar keberadaan dan peran perusahaan tidaklah terlepas dari peran pemerintah. Dalam hal ini peran pemerintah sebagai penjamin keamanan dan penegak hukum serta menciptakan iklim bisnis yang kondusif akan sangat menentukan dalam keberlanjutan hidup perusahaan.<br /><br />Jadi bisa di ambil kesimpulan bahwa Government Relation adalah aktifitas public relation yang memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak pemerintah. Karena sebagai perusahaan publik tidak bisa dipisahkan hubungannya dengan pemerintah bahkan untuk beberapa kasus perusahaan yang ingin mengikuti tender proyek harus memiliki endors resmi dari pemerintah , misalnya SIUPP dan NPWP.<br />2. Fungsi Governments Relation:<br />1) Predictable :Agar masa depan perusahaan dapat di prediksi. Bagaimanapun juga kebijakan pemerintah sangat menentukan bagi keberlangsungan perusahaan.<br />2) Accountable : Kondisi perusahaan harus di pertanggungjawabkan. Kebijakan perusahaan mengenai pajak, intensif, perburuhan dan lain sebagainya sangat menentukan perusahaan.<br />3) Legislasi : Terkait dengan peraturan perundang-undangan. Pendekatan terhadap eksekutif dan legislatif sangat penting agar kebijakan pemerintah dan perundang-undangan dapat menjamin masa depan perusahaan.<br /><br />Peran PR dalam Government Relation<br />1. Lobbying<br /> Lobbying adalah bagian khusus dari PR yang berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan dangan pemerintah terutama dengan tujuan mempengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi. Atau suatu upaya pendekatan yang dilakukan oleh satu pihak yang memiliki kepentingan tertentu untuk memperoleh dukungan dari lain yang dianggap memiliki pengaruh atau wewenang dalam upaya pencapaian tujuan yang ingin dicapai.Seseorang yang melakukan kegiatan lobbying disebut lobyiest.<br />Lobbying memiliki dua arti, yaitu:<br />1. Proses tawar menawar dengan jalan merunding untuk memberi atau menerima kesepakatan antara pihak (kelompok/organisasi/perusahaan/instansi) dan pihak (kelompok/organisasi/perusahaan/instansi) lain.<br />2. Penyelesaian sangketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihak yang bersangkutan.<br /><br />Proses Lobbying:<br />1. Persiapan<br />2. Memulai<br />3. Langkah strategi<br />4. Diskusi dan komunikasi<br />5. Melakukan pengukuran:<br />a. Diri<br />b. Lawan<br />c. Situasi<br />d. Pengembangan strategi<br />6. Penutup dan kesempatan<br />7. Pasca kesepakatan<br /><br />Pendekatan Dalam Lobbying:<br />1. Win-Lose<br /> Strategi ini dipilih karena pihak-pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil. Dengan strategy ini pihak-pihak yang berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan.<br />2. Win-Win<br /> Strategi ini dipilih bila pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai integrative negotiation.<br />3. Lose-Lose<br /> Strategi ini dipilih biasanya sebagi dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat dalam melakukan lobby. Akibatnya, pihak-pihak yang berselisih pada akhirnya tidak mendapatkan sama sekali hasil yang di harapkan.<br />4. Lose-Win<br /> Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat dengan kekalahan mereka.<br /> "Pola ke-1 dan 2 adalah pola yang sering dipakai"<br />2. Negoisasi<br />• Negosiasi = perundingan <br />• Komunikasi timbal balik yang dirancang untuk mencapai tujuan bersama <br />• Proses tawar menawar dengan cara berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak yang lain (kelompok atau organisasi)<br /><br />Kegiatan Government Relation<br />• One and one meeting<br />• Gatheringblogsicahttp://www.blogger.com/profile/16679272782235019763noreply@blogger.com2